Extra part 3

29.8K 2.4K 276
                                    


Pukul setengah delapan pagi, keluarga Gavril memasuki area rumah setelah melaksankan salat idul fitri. Dan perjalanan mereka dipimpin Devnath karena bocah itu berjalan paling depan membawa sepotong coklat yang dia ambil dari anak kecil lain di masjid. Entah siapa bocah itu tapi Devnath sok kenal dan meminta berbagi coklat. Gavril yang sedang mengobrol dengan temannya tak tahu kelakuan absurd anaknya, tapi setelah tahu Gavril berniat mengganti dengan uang. Orang tua bocah itu menolak dan berkata, "Nanti temenan, ya."

"Coklat darimana itu?" Tanya Gilbert yang sudah berjalan paling belakang. Dia baru sadar saat melihat tangan cucunya bergerak maju mundur disela-sela berjalannya.

"Inta, Ev apel, Edy dak awa akan. Ev akut ingcan." (Minta, Dev laper, Daddy gak bawa makan. Dev takut pingsan.) Sahut Devnath sangat santai. Sedangkan Azzura berdecak kesal pada anaknya. Mana ada pingsan kelaparan dan saat makan coklat sudah tak kelaparan lagi. Sangat tak masuk akal pikiran.

"Kamu tahu pingsan itu darimana sih, Noth Devnoth. Sok banget kamu jalan aja masih suka oleng banyak gaya." Omel Melati sangat gemas dengan cucunya.

"No Evnoth, Evnath." Koreksi Devnath, dia berjalan mundur karena sekarang menatap Melati. Jari telunjuknya bergerak kekanan dan kiri.

"Siapa yang ngasih coklat? Udah kenalan belum sama temennya?" Tanya Ervi mengangkat cucunya untuk digendong. Devnath melingkarkan tangannya pada leher Ervi sebelum mencium pipi kakeknya. Pipi Ervi kini penuh dengan coklat karena sekitar mulut Devnath penuh coklat.

"Ev dak enal adik icil tu, ungkin oyang auh, Papa." (Dev gak kenal adik kecil itu, mungkin orang jauh, Papa.)

"Kamu juga kecil, Devnath." Koreksi Melisya penuh pengertian. Kalau yang menjawab Azzura sudah bisa dipastikan akan ada nada sinis dan penuh dendam.

"Ev dah ecal, num ucuna ali otol." (Dev udah besar, minum susunya dari botol)

Yap, jawaban tersebut selalu Devnath ucapkan tatkala ada yang menyinggung masalah besar dan kecil. Devnath sendiri belum mengerti kata besar dan kecil yang dimaksudkan Gavril maupun Azzura selama ini. Tapi dia ikut saja karena orang sekitarnya selalu berucap demikian. Bayi yang sangat baik bukan.

"Aju Ev bayu agi, ecok bayu agi. Ev eneng yiyaya." (Baju Dev baru lagi, besok baru lagi. Dev seneng hari raya.) 

"Puasanya gak ikut tapi hari rayanya ikut, ya?" Tanya Lalita yang berjalan lebih cepat agar berdampingan dengan Ervi.

Gavril, Azzura, Melisya, Melati dan Gilbert berjalan dibelakang pasangan yang baru rujuk itu. Melihat seperti pengantin baru karena Lalita sekarang masih sedikit malu-malu apalagi tak sengaja terpergok sedang menatap suaminya diam-diam. Melati sebagai besan yang sangat senang melihat rujuknya Lalita dan Ervi setiap bertemu pasti menggodanya terlebih dahulu. Merasa ada yang kurang kalau tak menggoda Lalita dan Ervi dulu.

"Udah boleh makan gula, Vril?" Tanya Gilbert sembari menendang pantat anaknya.

"Itu dark coklat, Pa. Kayaknya orang tua anak tadi juga gak bolehin anaknya makan gula dulu." Sahut Gavril berjalan lebih cepat agar tak mendapat serangan maut sendal seharga enam juta lima ratus milik Gilbert. Sendal milik Gilbert terasa panas dipantatnya.

"Devnath habis ini tidur, ya. Nanti temennya dateng. Mommy sama Daddy mau ke rumah Mama." Ujar Azzura teringat setiap hari raya mereka sekeluarga akan mengunjungi makan Vellin, Firzi, Kenzo, Kenzi, Alvi dan juga Vernandi. Entah kenapa hati Gavril setelah memiliki anak tergerak untuk mengunjungi makam Vernandi sekalian.

Dulu saat Gavril kemakam Vellin maupun Firzi tak ada niatan menabur bunga ataupun berdoa untuk lelaki itu. Tapi setelah Devnath lahir dan dipikir-pikir untuk apa juga dia dendam, semua sudah terjadi. Dia selalu memberikan kata-kata positif untuk istrinya tapi kalau dia sendiri masih menyimpan dendam dan amarah pada orang lain sepertinya bukan hal baik.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang