Yuhuu, ada yang nunggu kisah ini up?
Happ reading.~~~
Ruang makan yang berisi beberapa orang membuat senyum perempuan muda yang kini menyuapi anaknya membuat sang lelaki paruh baya menatapnya datar. Beberapa hari ini, moodnya sangat mudah berubah apalagi saat melihat istri serta anaknya. Bayang-bayang kesalahannya bersama Novi mulai nampak setelah kepergian ketiga anaknya bersama Lalita.
"Len, kamu pindah kamar bawah sama Rama." Tukas Ervi datar. Lena yang sedang menyuapi anaknya makan menatap mertuanya dengan alis naik sebelah.
"Kenapa, Pa?"
"Itu kamar Kenzo dulu, saya mau membuatnya menjadi kamar Kenzo selamanya. Tak ada yang boleh menempatinya."
Novi menatap suaminya dengan dahi mengernyit heran, dulu saat Kenzo masih hidup saja Ervi sama sekali tak peduli saat kamar anak pertamanya di pakai Rama dan Lena. Tapi sekarang saat Kenzo sudah pergi dia baru berkata demikian. Novi merasa ada sedikit kejanggalan yang terjadi pada suaminya.
Beberapa hari ini Ervi juga tertangkap basah melihat foto besar keluarganya dulu yang dia taruh di gudang. Foto Ervi, Lalita, Kenzo, Kenzi, Alvi dan Azzura yang terlihat mereka tersenyum manis menatap ke arah kamera. Pakaian resmi yang mereka kenakan membuat Novi berpikir kalau keluarga lama suaminya akan menghadiri acara penting.
"Termasuk Riri, Nov." Ujar Ervi sebelum berdiri dari duduknya. Novi hanya bisa mengurut dadanya pelan dan mengangguk.
Dia sudah mencintai Ervi sejak dulu, bahkan jauh sebelum hubungan antara Ervi dan Lalita ada Novi sudah sangat mencintai sosok lelaki itu. Lelaki dewasa, ramah, murah senyum, baik hati dan juga peduli dengan sosial. Ervi adalah sosok lelaki sempurna di mata Novi. Namun, saat tahu Ervi menjalin asmara dengan Lalita. Harapan Novi untuk memiliki kisah dengan Ervi pupus.
Sampai, suatu hari dimana dia bisa memiliki Ervi. Walaupun menjadi yang kedua bukan masalah bagi Novi selama dia bisa bersama dengan cinta pertamanya di bangku SMA, bisa melihatnya dari kejauhan saja Novi sudah senang bukan main. Apalagi menjadi istrinya, walaupun istri kedua dan nikah siri sebelumnya. Dia berpikir hal besar datang dari hal kecil yang selalu dia syukuri, makanya Novi sudah sangat bersyukur saat Ervi mau menikahinya walaupun hanya nikah siri.
"Ma, Papa kenapa sih?" Tanya Lena menatap ibu mertuanya. Novi hanya menggeleng pelan dan tersenyum manis.
"Kamu turuti apa kata Papa, ya. Jangan membantah." Sahut Novi sebelum berjalan menyusul suaminya ke lantai dua.
Novi berjalan pelan menaiki tangga, saat sudah sampai di kamar dia tak melihat tanda-tanda suaminya. Namun, isakan pelan dari salah satu ruangan yang dulunya kamar Azzura membuat Novi berjalan ke kamar tersebut. Kamar yang tak pernah boleh di buka siapapun kecuali Ervi. Pernah dulu Novi berniat membersihkan kamar itu, belum sempat Novi memutar knop pintunya Ervi sudah pulang kerja. Dia marah bukan main bahkan menampar pipi Novi berkata kalau perempuan itu terlalu lancang dengan larangannya.
"Maafin Papa, Zura. Maafin Papa." Gumaman pelan dari Ervi membuat Novi meremas dada bagian kirinya.
Dia mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat, mungkin Ervi lupa menutupnya. Dia melihat isi kamar Azzura masih sama persis seperti dulu. Bahkan bonekanya masih tertata sangat rapi. Kamar yang menjadi tempat Ervi menenangkan diri selama berjam-jam saat ada masalah. Kamar yang berisi foto keempat anak Ervi bersama Lalita, bahkan ada foto pernikahan Lalita dan Ervi juga. Semua tertata rapi di tembok berwarna pink muda itu.
"Papa bingung mau mulai dari mana setelah membuatmu seperti sekarang. Papa takut membuatmu semakin benci sama Papa, semakin tertekan saat melihat Papa. Papa takut menyakitimu semakin dalam, Zura." Ervi memeluk bingkai kecil foto Azzura saat masih kecil bersama dirinya. Foto dimana Azzura memakai baju tidur dan duduk di atas pangkuannya, dia memeluk anaknya dari belakang dan mencium pipi Azzura penuh kasih sayang terlihat dari sorot matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...