Maaf kalau ada kesalahan penulisan, typo dan kata tak jelas. Titisan Mermaid mengucapkan maaf karena banyak salah.
Happy reading.~~~
Pagi ini, seperti biasa dikediaman Gavril Aillard Armish di isi tangisan membahana dari anak keduanya. Bayi yang selalu ada saja dramanya membuat Gavril sudah tak terlalu ambil pusing, nyaris setiap pagi Devnath akan menangis saat dimandikan. Azzura yang baru masuk kamar Devnath membawa handuk saja Devnath sudah memulai drama menangisnya. Entah kenapa bayi itu sangat tak suka mandi.
Azzura yang sabarnya bisa dilihat sendiri seperti apa selalu berteriak pada anaknya. Saat menyabun badan serta tangannya, sebelah tangan Azzura harus memegang kakinya. Saat dia menyabun kakinya bergantian kedua tangan Devnath harus dipegangi. Kalau tidak, bisa dipastikan tempat mandi anaknya akan berubah seperti terkena gempa bumi. Air muncrat kemana-mana. Bahkan saat memandikan Devnath, Azzura sudah bersiap-siap mengganti baju pendek serta celana pendek.
Apakah drama berhenti sampai disitu saja? Oh tentu tidak, setelah mandi dia akan berhenti menangis saat dipakaikan minyak wangi dan peralatan bayi lainnya. Tubuh telantang, kedua kakinya dia angkat sangat tinggi, tangannya memegang botol minyak telon dan dia masukkan kedalam mulut. Matanya fokus pada layar lebar di tembok yang menampilkan kartun setiap paginya. Dan drama itu dimulai saat Azzura membawa popok dan baju. Devnath akan bergegas telungkup dan merangkak menjauhi Azzura.
Tatapan mata tajam, napas tak beraturan serta suara mulai meninggi tak membuat Devnath takut akan kemarahan ibunya. Dia semakin merangkak menjauhi Azzura. Saat kesabaran Azzura sudah ada di posisi paling tipis sekali, dia menarik kedua kaki Devnath dan bayi itu akan menangis histeris. Kaki tak mau diam saat di pakaikan pampers, tubuh terus bergerak membuat Azzura kuwalahan terkadang.
"Devnathan, gak usah cosplay jadi tuyul. Bapakmu udah kaya!" Teriak Azzura saat Devnath baru dipakaikan popok namun sudah merangkak sangat jauh.
"Pakai baju dong, Dek. Lihat Kakak udah rapi mau berangkat sekolah. Masa iya kamu baru pakai popok?" Tutur Gavril sangat lembut. Dia sudah rapi dengan baju kerjanya, tangannya juga sibuk membenarkan posisi dasi yang lumayan tak rapi.
Devnath mendengar kata kakak segera menatap Melisya yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Mata bulatnya berkedip beberapa kali sebelum merangkak sangat cepat mendekati kakaknya. Melisya yang melihat itu berjongkok, perlahan Devnath menarik rok kakaknya untuk berdiri.
"Pakai baju, nanti masuk angin." Ujar Melisya dengan senyum manis. Sisa-sisa air mata yang masih membasahi pipi Devnath, Melisya usap menggunakan ibu jari sangat lembut.
"Bawa kesini, Kak." Perintah Azzura pelan, Melisya hanya mengangguk dan mengangkat adiknya dibawa kearah ibunya. Devnath yang melihat Azzura melebarkan celana panjangnya bergerak sangat kasar digendongan Melisya.
Gavril yang takut Melisya akan terjatuh karena Devnath terus bergerak digedongannya beralih mengambil Devnath. Mengangkatnya sangat tinggi membuat bayi itu tertawa nyaring melihat wajah ayahnya dari atas. Azzura mengambil kesempatan memakaikan celana pada tubuh anaknya.
"Makin gede makin nakal, gak mau pakai baju. Anaknya siapa sih?" Tanya Gavril sangat gemas pada anaknya. Dia mencium dada Devnath berkali-kali, sesekali dia juga menggigit perut buncitnya.
"Anak kamu, kalau anak aku pasti kalem. Lihat dulu dong Ibunya." Azzura menyibakkan rambut panjangnya sangat sombong membuat Gavril tersenyum miring.
"Iya, gak bisa diem kayak Daddy. Mommy pendiem banget." Gavril menaruh anaknya tepat didepan sang istri untuk dipakaikan baju.
Walaupun dia juga harus berangkat bekerja tapi Gavril tak akan tega meninggalkan istrinya dengan anak yang sangat pendiam itu sebelum memakai baju sangat rapi. Sebelum-sebelumnya, Gavril memang selalu membantu Azzura memakaikan baju anaknya. Hanya saja hari ini Devnath bangun sangat siang membuat mereka sedikit terlambat juga memandikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomantizmKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...