Kehamilan yang semakin besar dan mendekati detik-detik lahiran membuat Azzura harus kelimpungan memikirkan perasannya sendiri antara takut dan bahagia. Dia takut kalau ada hal buruk terjadi. Namun dia juga bahagia anak yang dia kandung selama ini, anak yang dia perjuangkan kehadirannya akan segera melihat wajahnya. Bertemu dengannya, menciumnya, memeluknya dan juga menjadi buah hati pertamanya bersama orang yang sangat dia cintai.
Gavril dan Azzura juga sudah tak tinggal di komplek lama, Lalita meminta Gavril dan Azzura fokus akan buah hatinya saja. Masalah seratus hari ketiga anaknya biar menjadi urusannya dan Ervi, biar bagaimanapun Kenzo, Kenzi dan Alvi masih memiliki orang tua lengkap walaupun sudah tak bersama. Mereka juga akan mengusahakan hal yang baik untuk anaknya meskipun sudah tak ada di dunia ini.
"Aku hamil tinggal berapa Minggu lagi, Les?" Tanya Azzura sembari membantu Lesi memisahkan melinjo muda dari tangkainya.
Gavril ingin makan sayur asem dengan melinjo muda, Azzura yang belum pernah makan melinjo muda mengernyitkan dahi lumayan dalam. Akankah enak? Atau aneh? Btw, selama kehamilannya Azzura yang semakin membesar. Semua ngidam di ambil alih oleh Gavril. Lelaki yang biasanya suka kopi hitam pahit tanpa gula, semenjak istrinya hamil Gavril lebih suka minum kopi biasa saja. Tak pahit juga tak manis.
Dia juga lebih sering duduk di taman menikmati buah dan salad, padahal dulu dia tak terlalu suka salad. Bahkan yang lebih aneh lagi. Gavril merubah semua warna cat rumahnya saat kehamilan Azzura menginjak tujuh bulan. Dia berkata terlalu membosankan. Azzura hanya iya-iya saja, dia juga tak dirugikan apapun. Gavril mengurus semuanya sendiri. Oh bukan Gavril, namun anak buahnya.
"Tiga mungkin, Non. Kenapa?" Tanya Lesi tanpa melihat majikannya.
"Tinggal tiga minggu lagi aku bisa ngerjain pengawal," gumam Azzura pelan. Lesi menghentikan gerakan tangannya dan menatap Azzura syok, jadi Azzura dari tadi termenung memikirkan waktu untuk jahil dengan pengawal sudah tinggal sedikit lagi. Meminta hal aneh dan tak wajar dengan dalih ngidam.
"Kamu cepet masak, nanti aku nganterin makan ke kantor Mas Gavril. Mau lihat kantor pusat Armish Group gimana." Tutur Azzura, dia berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan dan bersiap dandan sebelum mengantar makanan.
Makanan semua sudah siap, hanya sayur asam yang belum karena Lesi baru menemukan melinjo muda di pasar kota dan dia datang saat semua makanan sudah jadi. Tapi masih untung ada, kalau tidak. Dia takut anaknya akan ileran, entah itu mitos atau fakta yang jelas kalau bisa lebih baik Azzura menghindari.
~~~
"Mendekati hari kelahiran anak kedua Gavril Aillard Armish, pengusaha yang bisa dibilang cukup sukses di usia muda sudah mulai menyiapkan kelahiran anaknya bersama istri kedua."
"Istri kedua? Dikira madu kali," potong Azzura sembari memasukkan tempe goreng yang dia bawa ke kantor Gavril.
Lelaki yang kini sibuk makan siang itu hanya terkekeh pelan. Mereka kini tengah menonton siaran berita di televisi ruangan pribadi Gavril. Dan ya, sejak beberapa hari lalu bahkan setelah acara tujuh bulanan kehamilannya. Gavril dan Azzura semakin sering wara-wiri di televisi maupun koran.
"Wajah cantik Azzura Aquilla Ginervia pun menjadi sorotan publik, perempuan yang masih terbilang sangat muda saat menikah dengan Gavril itu nampak lebih cantik, ya. Mungkin faktor u yang mendukung." Kekeh presenter gosip, Azzura mengibaskan rambutnya mendengar ucapan itu.
"Azzura ini kayaknya punya daya pikat tersendiri sampai membuat seorang Gavril jatuh cinta. Hamil udah sembilan bulan tapi badannya masih terbilang bagus loh, wajahnya juga semakin cantik dan berseri-seri." Ujar lelaki yang juga menjadi presenter gosip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...