71. Catur

412 65 3
                                    

"Najis villa elite sinyal sulit." Ucap Kenma sambil melempar handphonenya asal.

Iwaizumi yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas, "Ya makanya lu jangan main HP mulu asu." Setelah itu bangkit dan menuju kearah dapur.

Kenma hanya mengkomat kamitkan mulutnya mendengar perkataan Iwaizumi. Saat ini mereka telah sampai di pulai pribadi yang Bokuto menangkan di pasar malam. Di pulau itu terdapat 1 buah villa yang besar dan juga mewah. Cukup untuk menampung mereka berenam selama beberapa hari. Bahan makanan juga tersedia di sana. Dan pada saat membuka pintu, kalian akan disuguhi oleh pemandangan pantai yang sangat indah. Cocok untuk memanjakan mata dan bermesraan bersama pasangan.

Tetapi pulau ini memiliki 1 minus.

DI PULAU INI TIDAK ADA SINYAL DAN DI VILLA INI TIDAK DISEDIAKAN WIFI.

Tentu saja itu adalah petaka bagi Kenma yang tak bisa lepas dari handphonenya.

Kenma menatap kesal kedua orang yang sedang bermain catur itu. Sebenarnya Kenma tidak ingin ikut kesini. Tetapi karena kedua saudara serta pacarnya itu memaksa jadi ia dengan berat hati menyetujuinya.

Mata Kuroo berkedut kesal karena sedari tadi ia selalu saja ter-skak oleh Bokuto. Entah sudah kali berapa ia kalah bermain catur dari Bokuto.

"Asu, kok kalah lagi sih?!" Tanya Kuroo kesal.

Bokuto memasang tampang songongnya, "Lu terlalu cepet seratus tahun buat ngalahin gua."

"Alah ndasmu, paling juga lu main curang kan?!" Tuduh Kuroo yang tidak terima ia terus terusan kalah dari Bokuto.

Bokuto menggeleng cepat, "Mana ada anjir! Gua anak baik-baik gak pernah curang."

Kuroo dan Bokuto terus berdebat, sedangkan Kenma hanya memperhatikan keduanya. Dan kemudian ia bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan kearah Kuroo.

"Join," Kenma langsung duduk disebelah Kuroo tanpa meminta persetujuannya.

Kuroo yang mendengar itu langsung berhenti berdebat dan menatap Kenma, "Emang bisa main catur?"

Kenma menatapnya malas, "Harusnya kan gua yang nanya kayak gitu ke lu."

•••••

"Anjir ini villa udah kayak surga aja," Ucap Oikawa sambil memperhatikan isi kulkas.

Akaashi yang mendengar perkataan Oikawa hanya tertawa kecil, "Setuju sih Bang, cuman minus di sinyal aja."

Oikawa mengambil es krim dari kulkas tersebut dan mengangguk setuju, "Bener bener! Padahal tambah mantep banget nih villa kalo ada sinyal!"

"Btw, masak apaan?" Tanya Oikawa sambil mendekat kearah Akaashi yang sedang sibuk didekat kompor.

Akaashi membalik ayam yang sedang ia bakar, "Ayam bakar."

"Angjay pantes wangi bet!" Oikawa menghirup aroma ayam bakar yang kesana kemari mengelilingi seisi villa.

Oikawa menjauh dari Akaashi kemudian menarik kursi yang ada didekat sana. Ia berniat memakan es krim sembari memperhatikan Akaashi memasak.

Oikawa mengangguk-anggukan kepalanya, ia menyadari satu hal pada saat melihat Akaashi. Akaashi memang sangat mirip dengan Iwaizumi, bahkan seperti duplikatnya.

"Shi, lu mirip bet ya ama Iwa." Ucap Oikawa sambil memakan es krimnya.

Mata Akaashi berkedut kesal mendengar perkataan Oikawa, ia sangat amat tidak suka jika dibilang mirip dengan Abang sepupunya itu. Entah mengapa itu terdengar seperti mengejek di telinganya.

PT. Mencari cinta sejati [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang