"Lu kalo mau ngehibur gua gak usah pake bohong segala Bok." Ucap Oikawa.
"Orang gua denger sendiri dan Iwa juga bakalan tanggung jawab, mana mungkin si Alisa pura-pura doang."
Bokuto berdecak kesal mendengar itu, ia segera mengeluarkan handphonenya dan membiarkan Oikawa mendengar rekaman yang di kirim oleh Kuroo.
"Nih denger ye su denger! Denger baik-baik!" Bokuto menyodorkan handphonenya kepada Oikawa yang sedang mendekam di bawah selimut itu.
Oikawa tidak membalasnya, ia hanya membiarkan handphone itu mengeluarkan suara Alisa dan Elsa yang Kuroo rekam tadi.
Setelah rekaman itu selesai Oikawa menganggukan kepalanya, "Keren juga lu ngeditnya, udah cocok jadi orang yang kerja di tv."
"ITU BUKAN EDITAN ASU!! LU DENGER SENDIRI KAN?!"
"Iya Bok iya gua tau itu editan lu, keren banget gua sampe ketipu dan percaya kalo Iwa cuman kena hipnotis doang." Ucap Oikawa dengan nada lempeng.
Bokuto sangat kesal mendengar itu, ia segera menarik selimut Oikawa dan menarik Oikawa agar ia bangkit dari tidurnya. "Dengerin gua ya anying! Ini bukan editan! Ini kenyataan! Kuroo yang ngerekam ini pas Alisa sama Elsa ngomong!"
Oikawa menatapnya jengah, "Ya ya ya percaya."
"Asu lu Wa! Lu gak percaya kan jing?! Ini tuh beneran su! Kok lu gak percaya sih?!"
"Iwa bilang dia mau tanggung jawab, dan itu ngebuktiin kalo itu gak boongan."
"SEBUCIN ITU YE LU ANYING AMA IWA SAMPE OMONGAN GUA GAK LU PERCAYA?!"
•••••
Iwaizumi membuka matanya dan didapatinya Kenma dan Akaashi yang sedang menatapnya dengan intens.
Karena tak suka dengan tatapan kedua saudaranya itu, Iwaizumi segera duduk dan menjitak kepala keduanya. "Tolol, ngapain ngeliatin gua kayak gitu?!"
Kenma menatapnya datar, "Tatapan wajar buat orang yang udah ngelakuin hal kotor."
"Siapa ji-" Iwaizumi memegang kepalanya, kepalanya terasa sakit.
"Kenapa Bang? Kepala lu mau lepas?" Tanya Akaashi.
Iwaizumi melepas pegangannya pada kepala dan menatap Akaashi dan Kenma panik, "Oikawa?! Mana Oikawa?!"
Keduanya menyerngit heran mendengar itu, "Ngapain nyari Oikawa?"
"Lu udah ngeduain dia, gak usah di cari lagi." Ucap Kenma.
"Bangsat! Itu bukan gua yang ngeduain dia!" Bantah Iwaizumi.
"Bukan lu gimana? Lu aja sampe ngehamilin Alisa!"
"Gak anjing gak! Gua gak pernah ngehamilin Alisa!" Iwaizumi menghela nafasnya. "Lu tau gak sih asu?! Alisa itu bisa ngehipnotis orang, dan gua rasa gua udah di bawah pengaruh hipnotisnya."
"Alah gak mungkin lu ngelakuin hal kotor itu tapi di bawah pengaruh hipnotis." Sangkal Kenma.
Akaashi menyipitkan matanya mendengar Kenma kemudian ia berbisik, "Perasaan lu yang yakin banget kalo dia tadi kena hipnotis, kenapa jadi gini dah?"
"Bacot diem lah lu." Balas Kenma.
"Gua bilang gua gak ngelakuin itu ya anying! Lu di bohongin sama Alisa percaya-percaya aja!"
"Dia nunjukin hasil tesnya dari dokter Bang," Ucap Akaashi.
"Lu tau kan zaman udah canggih? Dan duit adalah segalanya? Bisa aja dia bayar orang buat bikin surat kayak gituan. Atau dia bikin sendiri." Ucap Iwaizumi.
"Lagian gua itu gak suka cewek, bangsat!" Gemas Iwaizumi.
Akaashi dan Kenma diam karena melihat Iwaizumi yang sepertinya sudah menjadi Iwaizumi yang dulu. Kenapa seperti itu? Karena dia sudah menjadi toxic dan nada bicaranya selalu ngegas.
Kenma menatap Iwaizumi, "Bang, kok lu kek...."
Iwaizumi menatap Kenma kesal ia yakin Kenma ingin menuduhnya yang tidak tidak. "Kek apa su?! Kek kakeljon?!"
Kenma menepuk kedua tangannya mendengar itu, "Oke lu beneran kena hipnotis dulu!"
"Bentar, ini gua merasa kayak di ejek." Ucap Akaashi.
"Gak ada, perasaan lu doang itu."
"Bohong amat anjir!"
"Bener, gua kan gak pernah ngejek lu."
Akaashi memutar bola matanya malas kemudian menatap Iwaizumi. "Terus lu sekarang mau gimana Bang? Om sama Tante udah tau kalo lu ngehamilin Alisa. Masa iya lu bakal bilang kalo semuanya bohong. Mereka pasti gak bakal percaya,"
Iwaizumi mengangguk, "Gua udah mikirin itu, dan gua bakal bikin Alisa ngaku ke Ayah sama Bunda kalo semua ini cuman bohongan!"
"Caranya?" Tanya Akaashi.
"Paksa lah asu,"
"Brutal, tapi gak papa."
"Dan gua lebih mikirin... Ini caranya Oikawa balik ke gua dan percaya kalo gua gak ngehamilin Alisa itu gimana jingan?!" Pekik Iwaizumi.
"Tombol backnya pencet." Celetuk Kenma.
"Bukan komputer ya asu!"
Iwaizumi meraih handphonenya yang ada di meja nakas kemudian ia membukanya dan buru-buru membuka we'anya untuk menghubungi Oikawa.
Beberapa menit berlalu sejak ia mengutak-atik handphone itu tetapi tidak ada hasilnya. "ALISA TOLOL ASU!! NOMOR OIKAWA KENAPA LU HAPUS JINGAN!!!"
Akaashi menyipitkan matanya, ia sudah cukup puas mendengar perkataan toxic Iwaizumi. Tetapi bisakah tidak usah berteriak, itu membuat telinganya sakit.
"Bang lu ngomong pelan-pelan juga gak papa, gak usah teriak." Ucap Akaashi.
Iwaizumi menatapnya malas, "Reflek."
Akaashi menghela nafasnya, "Mau gua send nomornya?"
"Gak usah, gua hapal."
Kenma menatap Iwaizumi jijik, "Geli Bang lu kek apaan aja."
Iwaizumi tak menggubrisnya dan malah melempar handphonenya asal, Akaashi dan Kenma yang melihat itu langsung menyerngit heran.
"Kenapa lu lempar?"
"Ceklis satu."
"Arghh gua mau ketempat Oikawa." Iwaizumi berkata sambil mengacak rambutnya frustasi. Dan setelah itu ia segera bangkit dari duduknya dan melongos meninggalkan Akaashi dan Kenma.
Kenma dan Akaashi hanya menatap pintu kamar Iwaizumi yang terbuka lebar.
Kenma membenarkan topi hoodienya agar menutupi kepalanya, "Terlalu bersemangat."
Akaashi tersenyum tipis mendengar itu, "Bagus, tandanya itu bener-bener Bang Iwa."
Kenma juga ikut tersenyum, "Bener,"
Kenma menoleh kearah Akaashi, "Balik lah kalo gitu."
Akaashi mengangguk sebagai jawaban kemudian bangkit dari duduknya dan pulang bersama dengan Kenma.
KAMU SEDANG MEMBACA
PT. Mencari cinta sejati [✓]
RandomOrang kalo udah jatuh cinta itu kalo gak bucin ya bulol.