74. 123

392 59 2
                                    

"Lu semalem ngapain sama Bokuto di pantai sampe ada suara duar gitu." Ucap Kenma sambil menyisir rambutnya.

Senyum yang dari semalam tak luntur di wajah Akaashi kini makin jadi berkat perkataan Kenma. "Bang Bok nembak gua Ken!"

Kenma meliriknya heran, "Bukannya lu yang nembak dia? Kok dia nembak lu lagi?"

Akaashi mengangguk antusias kemudian duduk disebelah Kenma, "Iya! Tapi katanya dia gak mau. Soalnya gak gentle! Makanya dia nembak gua ulang!"

"Stres."

"Gak stres ya! Ini tuh namanya effort!" Bantah Akaashi.

Kenma memutar bola matanya malas, "Iya dah si paling effort." Kenma memberikan penekanan pada kata effort yang ia ucapkan.

Akaashi memincingkan matanya tak suka karena perkataan Kenma barusan itu merusak suasana hatinya yang sedang berbunga-bunga ini.

"Dejavu ya dek?" Akaashi bertanya dengan nada mengejek.

Berkat pertanyaan Akaashi, Kenma langsung melayangkan sisir yang dipegangnya. Tetapi untungnya Akaashi bisa menghindari sisir itu.

"Makan tuh dejavu kakeljon!"

"Udah gak kakeljon lagi ya!!!"

"Alah dimata gua lu masih kakeljon!"

"Mata lu gak bener berarti, cek sono. Siapa tau minus,"

Kenma mengangkat satu alisnya heran, "Lu itu mah, udah mata minus. Otak juga minus,"

"Dari pada akhlak yang minus." Balas Akaashi sambil menjulurkan lidahnya.

"Kek ajing lu melet-melet gitu," Geli Kenma.

Akaashi langsung menatapnya kesal, "Selingkuhan bacot!"

"Upgrade dong jadi yang utama, bukan selingkuhan."

"Gembel."

"Baru jadian aja dah songong lu asu." Geram Kenma.

Akaashi tersenyum remeh, "Udah mau jalan satu bulan ya...."

"Tiga bulan nyimak," Balas Kenma dengan senyum remehnya juga.

"Tiga bulan jadi selingkuhan kok bangga?"

"Setidaknya lebih cepet dari pada kakeljon!"

"Meskipun gua lama jadinya, tapi gua gak dijadi-"

"Eji lamaa..." Bokuto yang baru saja datang langsung bergelayut kepada Akaashi yang sedang berdebat dengan Kenma.

Karena Bokuto yang bergelayur di legannya, Akaashi langsung berhenti berdebat dan menatap kepada Bokuto. "Maaf Bang... Emang Abang udah siap?"

Bokuto mengangguk, "Dari tadi! Eji lama banget, ngapain aja emang?"

"Pake sunblock Bang," Akaashi berujar sambil menunjukan sunbloknya.

"Bang Bok udah make?"

Bokuto menggeleng, "Belom, emangnya itu buat apa?"

"Biar badannya gak kena sengatan matahari langsung." Jawab Akaashi.

"MATAHARI BISA NYENGAT EMANG JI?!" Pekik Bokuto heboh.

Akaashi terkekeh mendengarnya, "Bisa Bang, sengatannya bisa bikin kulit kebakar."

Kebakar=mengeluarkan api.

Itu yang Bokuto pikirkan.

Bokuto langsung melotot mendengar perkatan Akaashi, "IH EJI BAHAYA DONG KALO GITU MAH!"

"Udah ah gak usah main di pantai, nanti kulit Eji kebakar kan bahaya. Mana gak bisa nelfon pemadam lagi..." Bokuto mulai heboh.

"Eiya nomor pemadan berapa sih? 911 ya?"

"Apa kosong lapan kapan kapan?"

"113 Bang..." Akaashi membuka sunbclok itu, kemudian mengoleskannya ke lengan Bokuto.

Bokuto yang diolesi sunblock dengan Akaashi tentu saja tidak membantah, tetapi mulutnya tak berhenti berbicara.

"Kenapa gak 123 aja nomornya?"

"Gak tau deh, emangnya kenapa?" Tanya Akaashi tanpa mengalihkan fokusnya.

"Karena kalo 123 aku sayang Eji~" Bokuto menggembel-ekhem gombal.

Dan berkat gombalan itu, wajah putih mulus Akaashi menampilkan rona merah tipis.

"Sayang Bang Bok juga."

"SA-"

"Sadar dong, disini masih ada gua." Kenma akhirnya angkat bicara karena sudah muak melihat dua sejoli yang bermesraan dihadapannya.

Bokuto mengedipkan matanya melihat Kenma yang ada di sana, "Eh Kenma, baru dateng?"

"Dari tadi asu!"

.
.
.
.
.

Butuh Eji ver nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butuh Eji ver nyata.

PT. Mencari cinta sejati [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang