Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pa!" seru Hyunsuk memanggil papanya menghentikan langkah semua rombongan termasuk Ryujin. Ia meraih lengan Ryujin dan menatap ke papanya yang berjarak beberapa meter di depannya. "Aku akan urus dia dulu, dia capek banget. Papa sama yang lain naik dulu aja ntar kita nyusul. Udah gak ada empat ratus meter lagi, 'kan? Udah deket, kalian duluan aja."
"Ryujin, kamu gak papa?" tanya Papa Jiyong masih diam di tempatnya.
Sebagai jawaban, Ryujin hanya mengangguk. Sepertinya, ia terlalu lelah untuk sekadar menjawab satu kata.
"Hyunsuk, beneran papa sama temen-temen naik dulu?" ulang Papa Jiyong dan Hyunsuk mengangguk pasti sambil membantu melepas ransel Ryujin dan mendudukkannya bersandar di salah satu pohon pinus terdekat. "Ya udah, kamu temenin dia istirahat dulu. Nanti kalo sudah mampu jalan lagi, kalian berdua bisa lanjut naik. Papa sama temen-temen naik dulu, ya?"
"Iya, Pa," jawab Hyunsuk dan Papa Jiyong mengomando rombongannya untuk melanjutkan perjalanan.
Ada raut khawatir dari wajah Yujin, Jihoon juga Jeongwoo melihat kondisi Ryujin. Namun, mereka percaya Hyunsuk sangat bisa menangani hal ini. Maka, mereka mengikuti arahan Papa Jiyong untuk melanjutkan perjalanan.
Melihat Ryujin terduduk lemas menunduk, helaan nafas berat terdengar dari Hyunsuk. Ia memeriksa luar ransel Ryujin mencari botol minum dan ternyata sudah habis.
"Dari awal naik sampe sini, minuman lo udah abis?" tanya Hyunsuk tertawa, lebih pada tawa ejekan. Itu artinya dikit-dikit minum, dikit-dikit minum. "Pernah olahraga gak, si? Bukannya seminggu sekali ada mapel olahraga di sekolah ya? Walaupun gak pernah olahraga di rumah, setidaknya seminggu sekali ada di sekolah. Udah olahraga kok lemes banget si tenaga lo?"
Ryujin tidak menjawab. Ia hanya menerima sodoran botol minum dari Hyunsuk untuknya. Tangan lemahnya berusaha difungsikan untuk meminum air milik Hyunsuk yang hampir masih utuh isinya.
Kembali Hyunsuk berucap, "Pernah olahraga lari, 'kan?"
"Ngeremehin banget, pernah lah," dengus Ryujin akhirnya sanggup bersuara, walau masih tampak lelah. "Pernah lomba juga dan menang."
"Sering latihan bawa beban?"
Kali ini Ryujin menggeleng lemah.
"Kelihatan," komentar Hyunsuk. "Bawa ransel aja ngos-ngosan banget. Makanya,..."
Hyunsuk berhenti berucap saat mendapati butiran kristal bening Ryujin meluncur tenang di pipi.
"Kata-kata lo pedes banget, si? Gue 'kan belum pernah hiking dan gak tahu bakal seberat ini perjalanannya," isaknya.
"Ya udah si gak usah nangis, capeknya malah gak ilang-ilang nanti," ujar Hyunsuk setelah beberapa saat memikirkan kalimat mana yang pantas terucap di depan gadis yang hampir kehabisan tenaga untuk perjalanan kali ini.