38th Step - Butuh Kepastian

84 10 4
                                    

Original Writer Zumaseyo
Publisher Keyralaws

38
Butuh Kepastian

Istirahat pertama Ryujin berhasil menemukan Hyunsuk di taman belakang yang tengah duduk sendiri sambil bertelepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Istirahat pertama Ryujin berhasil menemukan Hyunsuk di taman belakang yang tengah duduk sendiri sambil bertelepon. Setelah melihat Hyunsuk mengakhiri teleponnya, ia mendekat.

"Kelomang lo masih hidup?"

Ryujin mengangguk mendapat pertanyaan sambutan dari Hyunsuk.

"Gue lupa bawa kalo mau bawa ke rumah, dia tinggal di sekolah terus. Lagi buat mainan Yujin sekarang."

"Paling besok mati."

"Kok gitu?"

"Kebanyakan peliharaan kelomang kaya gitu cuma tahan beberapa hari doang."

Ryujin mengangguk membenarkan dan duduk di sampingnya.

"Lo tadi nendang tong sampah di pojok taman, ya?"

"Lo liat?"

"Bukan cuma gue, tapi penjaga sekolah juga liat."

"Beneran?" Hyunsuk tidak mau percaya.

"Lo nendang sampe sampahnya tumpah, tapi gak lo beresin."

Hyunsuk malah tertawa.

"Itu gue lagi gabut."

"Kasihan penjaga sekolah tau. Dia ngomel."

"Oh, ya? Ayo, coba gimana ngomelnya?" tantang Hyunsuk untuk menirukan gaya bicara penjaga sekolah yang bersuara cempreng itu.

"Ehem... ehem..." Ryujin menyiapkan suaranya agak sebisa mungkin sama dengan cemprengnya suara pak penjaga sekolah. "Paketu emang suka seenaknya sendiri. Harusnya saya lapor ke bapaknya biar dijadiin kasus, terus Pak Jiyong yang jadi pengacaranya."

Mendengar itu, Hyunsuk tertawa.

Ya Tuhan, senengnya bisa liat Hyunsuk tertawa deket gue, batin Ryujin berbunga-bunga.

"Lo gak ada mirip-miripnya sama Pak Penjaga," komentar Hyunsuk masih dalam tawanya.

"Terus kenapa lo ketawa? Bukannya lo ketawa karena gue mirip sama dia?" Ryujin jadi merengut.

"Udah bel, masuk, yok!" Hyunsuk bangkit mendahului Ryujin yang terus saja mengekor padanya.

Mata pelajaran kali ini adalah bahasa Inggris. Ditengah-tengah pelajaran, salah seorang murid laki-laki menginterupsi Ryujin yang tengah menunggu gurunya yang belum juga masuk.

Tapi, murid laki-laki itu malah mengerutkan kening begitu beberapa saat membuka kamus Ryujin.

"Ryujin."

"Iya?" Ryujin langsung menoleh saat dipanggil anak yang ia pinjami kamusnya.

Anak itu menyerahkan kamus agar Ryujin melihat sendiri apa yang membuatnya terkejut.

Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang