72th - Rasa Geram

59 5 4
                                    

Original Writer Zumaseyo
Publisher Keyralaws

Original Writer ZumaseyoPublisher Keyralaws

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

72

RASA GERAM

Hai, FF ini udah mau rampung. Sekitar tiga chapter lagi mungkin.😊

***

Kunjungan ayahnya Rubin di lapas oleh Papa Jiyong guna kepentingan sidang hari ini ditemani Hyunsuk. Kali ini bukan ajakan Papa Jiyong, melainkan keinginannya sendiri untuk ikut menemui ayahnya Rubin.

Ayahnya Rubin menyambut mereka sangat baik dan ia berencana mengungkapkan apa yang sudah ia siapkan.

"Maaf, Pak Jiyong, saya baru sadar. Untuk sekarang, semuanya terserah Pak Jiyong. Berapapun nanti masa hukuman yang saya terima, saya akan menjalaninya. Maaf, selama ini menyusahkan proses penyelidikan ini karena saya yang terlalu bertele-tele dan mengubah pernyataan hanya berdasarkan alasan tidak ingin membuat keluarga saya malu. Namun, justru hal ini yang membuat proses hukum semakin rumit.

"Pak Jiyong, Nak Hyunsuk, maafkan putra saya yang selalu mengganggu kalian. Dia anak yang baik, dia melakukan itu karena belum terima ayahnya akan di hukum. Maafkan putra saya, saya mohon."

"Sebenarnya..."

"Saya bisa maklum, Pak," sela Hyunsuk sebelum papanya melanjutkan kalimat. "Kalau saya ada di posisi Rubin, mungkin saya juga akan bertindak sama. Saya hanya berharap Rubin bisa merubah pola pikirnya mulai sekarang. Bahwa, semua itu hanya akan membuat Rubin tampak buruk."

Ayahnya Rubin tersenyum, tidak menduga akan mendapatkan maaf yang semudah ini. "Terima kasih, Nak Hyunsuk. Terima kasih sudah memahami putra saya."

Sementara, Papa Jiyong hanya menatap putranya dalam diam. Ia bangga, bagaimana putranya ini bisa mengatakan hal yang meluluhkan itu? Apa putranya ini mulai bisa berpikir dan bersikap dewasa? Apa pikirannya sekarang tidak hanya bermain dan malas-malasan?

Papa Jiyong tersenyum pada Hyunsuk, ia melanjutkan diskusinya bersama ayahnya Rubin.

Selesai kunjungan, Papa Jiyong dan Hyunsuk keluar dari lapas. Bersamaan dengan itu, Rubin rupanya datang hendak menjenguk ayahnya.

"Halo, Lee Rubin," sapa Papa Jiyong dengan ramahnya, seperti seorang ayah pada putranya sendiri.

Hanya menatap sekilas Papa Jiyong, Rubin beralih pada Hyunsuk, "Gue mau bicara sama lo."

Hyunsuk menatap Rubin beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Kebetulan, ada juga yang mau gue omongin."

Namun, tatapan Papa Jiyong mengisyaratkan agar Hyunsuk mengurungkan niatnya. Khawatir mereka akan berkelahi seperti biasa.

"Sebentar doang kok, Pa," lirih Hyunsuk.

Mencegah pun tidak bisa, Papa Jiyong menepuk-nepuk pundak anaknya untuk hati-hati saja, yang artinya Papa Jiyong menyetujui mereka untuk saling bicara.

Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang