Part 002

176 15 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Aero membuka lemari es lalu mengambil kotak susu. Ia meneguknya sampai habis.

Dibukanya lemari makanan. Aero mengambil roti dan mengolesinya dengan mentega lalu melahapnya.

"Oh iya, hari ini ibuku datang," gumam Aero yang mulutnya masih penuh dengan roti.

Siang harinya, para pelayan tampak sibuk membereskan rumah.

"Tolong bereskan piala di lemari juga, Bibi. Ibuku sangat teliti," ucap Aero.

"Baik, Tuan."

Aero mendengar suara mobil berhenti di depan pelataran rumahnya. Ia berjalan gontai menuju ke depan. Seorang wanita paruh baya berambut cokelat curly keluar dari mobil.

"Putraku." Wanita itu memeluk Aero.

Aero membalas pelukan ibunya. "Ibu langsung datang dari Indonesia?"

"Sebenarnya Ibu sudah di sini sejak kemarin. Ibu menginap di hotel. Tapi, Ibu takut bertemu ayahmu, makanya Ibu meneleponmu terlebih dahulu semalam," jawab wanita paruh baya itu.

"Kalau begitu, masuklah." Aero merangkul ibunya dan berlalu memasuki rumah.

Para pelayan menatap ibu dan anak itu.

"Dibalik ekspresi dan sikap dinginnya, ternyata Tuan Muda Fernanda berhati lembut dan memperlakukan ibunya seperti seorang Ratu."

"Iya, Tuan Muda memang gambaran seorang pangeran di dunia nyata."

Pelayan senior menghampiri kedua pelayan yang sedang bergosip itu. "Apa yang sedang kalian bicarakan? Bekerja dengan benar, Nyonya sudah tiba."

Kedua pelayan muda itu pun segera melakukan tugas mereka.

Ibunya Aero menatap piala-piala di lemari. Semua piala itu tampak berkilau. "Wah, pelayan melakukan pekerjaannya dengan baik kali ini."

Ada banyak hidangan di meja.

"Kau menyiapkan semua ini untuk Ibu?" Wanita paruh baya itu tampak senang.

"Iya, tadi aku memesannya," jawab Aero. "Ayo, kita makan."

"Spageti dan steak. Kau pasti sudah terbiasa dengan makanan-makanan barat. Apa kau tidak merindukan masakan Indonesia?" tanya ibunya.

"Aku merindukan masakan Indonesia, tapi di sini tidak ada restoran Indonesia," jawab Aero.

Mereka pun makan siang bersama. Saat menikmati makan siang, terdengar suara mobil berhenti di pelataran rumah.

Ibunya Aero tampak panik. "Itu ayahmu."

"Benarkah? Bagaimana bisa Ibu tahu kalau itu Ayah? Aku saja tidak yakin," tanya Aero.

"Aku mencium baunya dari sini," jawab wanita paruh baya itu.

Aero memundurkan wajahnya.

Ternyata benar, pria paruh baya berjas biru gelap memasuki ruang makan. Langkahnya terhenti melihat mantan istrinya duduk di meja makan bersama putra tunggal mereka.

"Jessica? Kau di sini?"

"Nicholas?"

Aero melirik kedua orang tuanya bergantian.

Kini Aero duduk di kursi utama, sementara kedua orang tuanya duduk berhadapan sambil menyantap hidangan di meja makan.

"Kau tidak pergi ke kantor?" tanya Nicholas pada putranya. Tampaknya ia ingin berbasa-basi untuk memecahkan kesunyian.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang