Part 014

97 6 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

⏰ Flashback On ⏰

Lyra mengembalikan buket bunga yang diberikan Aero padanya. Aero menatap Lyra dengan ekspresi penuh tanya. Namun, ia pun menerima kembali buket tersebut.

Tanpa mengatakan apa pun, Lyra pergi, tapi Aero segera meraih tangan Lyra membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

"Tapi, kenapa? Kenapa bunganya dikembalikan padaku?" tanya Aero. "Kenapa berubah pikiran?"

Lyra kembali menatap Aero. "Maafkan aku, Aero. Aku bukan berubah pikiran."

Aero terdiam setelah mendengar jawaban Lyra. Ia masih menatap gadis yang dicintainya itu.

"Aku menerima bungamu, karena aku tidak ingin membuatmu malu di depan orang-orang. Aku tidak ingin kau terluka saat aku mengatakan tidak di depan mereka," kata Lyra.

Aero melepaskan tangan Lyra. Gadis itu pun melanjutkan langkahnya meninggalkan Aero yang masih berdiri mematung.

⏰⏰⏰

Di kelas, Lyra mendapatkan ucapan selamat dari teman-teman sekelasnya. Mereka mengira Lyra benar-benar menerima cinta Aero.

Lyra hanya tersenyum menanggapi ucapan teman-temannya.

"Mana buket bunganya?" tanya Evelyn.

"Aku menyimpannya di loker," jawab Lyra.

"Aku kalah dari bocah itu. Dia bisa mendapatkan hati Lyra."

"Itu karena Lyra luluh dengan keberanian anak itu yang menyatakan perasaannya di depan semua orang."

Gavin menghampiri Lyra. Ia menyodorkan tangannya. "Selamat, Lyra."

Lyra menerima uluran tangan Gavin sembari mengangguk kemudian berlalu pergi. Gavin menatap punggung Lyra.

Aero menerima dengan lapang dada penolakan Lyra, meski hatinya masih sakit, karena Lyra adalah cinta pertamanya. Selain itu, ia sempat senang saat Lyra menerima buket bunga darinya.

Hari ini ada kelas Kimia. Semua murid kelas 7-D sedang berada di Lab. Kimia, termasuk Aero.

Saat melakukan penelitian kelompok, Aero tidak sengaja menumpahkan cairan asam dan melukai tangannya.

"Aero, kau baik-baik saja?" Guru menghampirinya. "Kau terkena cairan asam. Sebaiknya segera ke ruangan PMR untuk mendapatkan penanganan."

Aero menggeleng. "Tidak perlu, Bu. Saya baik-baik saja. Ini hanya luka kecil."

"Luka bakar bisa membekas sampai dewasa, Aero."

⏰⏰⏰

Di ruangan PMR.

Siswi anggota PMR mengobati luka di jemari Aero. Tampaknya siswi itu kurang cekatan dan masih butuh bimbingan. Ia terlihat gugup saat melihat luka di tangan pasiennya.

"Aw, perih!" ringis Aero.

"Maaf, aku tidak sengaja menyentuh bagian itu."

Sementara itu, Lyra berada di ruang ketua PMR yang merangkap dengan ruangan pasien. Ia duduk dengan ekspresi khawatir setiap mendengar suara ringisan Aero.

"Tunggu sebentar, ya, aku akan mengambil plester di koperasi sekolah. Semoga mereka menyediakan plester di koperasi." Siswi itu pergi tanpa menunggu jawaban Aero.

Aero melihat jemarinya yang membengkak dan luka menggelembung di mana-mana. Ia meringis sambil meniupi luka-luka itu.

Sebuah tangan menggenggam tangannya dengan lembut. Aero mendongkak menatap pemilik tangan itu, ternyata Lyra.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang