Part 094

39 2 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Di rumah sakit.

Tibalah saatnya Lyra melahirkan. Aero tampak khawatir. Ia berdiri di depan ruang bersalin sambil sesekali mondar-mandir. Hellena dan Jessica yang juga berada di sana tampak cemas. Mereka tidak berhenti berdo'a untuk keselamatan Lyra dan juga bayinya.

Nicholas dan Albert duduk di kursi ruang tunggu sambil berharap keselamatan bagi anak dan cucu mereka.

Tira tidak bisa datang untuk menemani, karena dirinya masih proses pemulihan setelah operasi caesar sewaktu melahirkan bayinya dua bulan yang lalu. Ia juga tidak bisa meninggalkan bayinya yang tentu saja masih membutuhkan ASI darinya.

Pintu ruang bersalin dibuka, salah seorang perawat keluar. Pihak keluarga langsung menatap padanya.

"Tuan, masuklah," kata perawat pada Aero.

Tanpa pikir panjang atau banyak bertanya, Aero pun masuk menyusul si perawat. Ia diminta untuk mendampingi Lyra.

Aero tentu bersedia. Ia menggenggam tangan istrinya yang sedang berjuang melahirkan anak mereka.

"Sayang." Aero mencium punggung tangan istrinya berharap itu bisa memberikan kekuatan.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara tangisan bayi yang menggema di ruang bersalin. Orang tua Aero dan Lyra menghela napas lega, merasa jika do'a mereka telah didengar oleh Yang Maha Kuasa.

"Bayinya tampan dan sehat, dia laki-laki," kata Dokter.

Lyra tersenyum kecil. Ia terlihat sangat lemas setelah proses melahirkan.

Aero mengecup kening istrinya. "Terima kasih, Sayang. Kau seorang ibu yang luar biasa."

Setelah dibersihkan, perawat memberikan bayi tampan itu pada ibunya untuk segera mendapatkan ASI.

Sebenarnya Lyra merasa gugup dan malu jika ia harus menyusui bayinya di depan para perawat dan juga dokter, sehingga beberapa perawat dan dokter mengerti, mereka keluar dari ruangan untuk memberikan privasi. Hanya menyisakan dua perawat saja dan juga Aero di ruangan itu.

"Kami ada di ruangan sebelah. Jika membutuhkan sesuatu," ucap dokter.

"Baik, Dok," jawab Aero.

Lyra pun memberikan ASI pada bayi mungilnya. "Dia sangat tampan. Dia mirip denganmu."

Aero tersenyum. "Dia memiliki mata yang bulat sepertimu, Sayang."

"Benar, mata yang penuh dengan rasa penasaran. Terima kasih sudah hadir di kehidupan kami, Nak." Lyra mengecup kening putranya.

Tiga bulan kemudian.

Bayi mungil yang diberi nama Rouvin Alzean J. Fernanda itu tertidur di ranjang bayi. Hidungnya sudah terlihat mancung sejak dini, alisnya tersusun rapi seperti alis Prajas. Bibir mungilnya sedikit terbuka mirip Lyra.

Sean dan Tira datang untuk menjenguk Lyra dan juga melihat bayi mereka.

"Maaf, kami baru bisa datang hari ini," kata Sean.

"Tidak apa-apa, kami senang kalian datang," ucap Aero.

Tira mendekat ke ranjang bayi sambil menggendong bayinya yang berusia 5 bulan bernama Kiev.

"Dia benar-benar tampan, aku tidak mengira anak kita sama-sama laki-laki. Mereka benar-benar teman sejati," celetuk Tira.

"Iya, aku sudah membeli bola dan juga jersey khusus untuk anak-anak kita ini," sahut Sean.

Aero dan Lyra tertawa mendengar ucapan kakak mereka.

"Yang benar saja. Bukankah itu terlalu cepat?" tanya Aero.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang