Part 089

52 2 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Tira benar-benar sudah kehabisan kesabaran dengan teror Henry yang semakin hari semakin nekat. Sehingga ia pun mengalah dan memilih untuk bertemu dengan mantan pacarnya itu di sebuah restoran.

"Kau berubah pikiran? Akhirnya kau mau menemuiku dan ingin kembali padaku?" tanya Henry yang terlihat senang.

"Jangan salah paham. Aku datang untuk memberi tahumu agar berhenti menggangguku," kata Tira.

Senyuman Henry memudar. "Tapi, kenapa?"

"Kenapa? Kau tanya kenapa? Kalau aku bertanya, kenapa selama ini kau menerorku? Apa jawabanmu, Henry?" tanya Tira.

"Karena aku ingin mendapatkan perhatianmu. Aku ingin kau tahu kalau masih mengharapkanmu," ucap Henry.

"Sekarang, yang aku tahu kau benar-benar menakutkan dan pantas dihindari. Keputusanku mengakhiri hubungan denganmu sudah sangat benar." Setelah berkata demikian, Tira bangkit dari tempat duduknya kemudian berlalu, tapi Henry meraih tangannya.

"Kau punya pacar? Kau sudah punya pria lain di sisimu?" tanya Henry.

Tira langsung menjawab, karena memang benar saat itu Tira sudah berpacaran dengan Sean.

"Tira, aku masih mencintaimu, aku mohon kembalilah padaku," mohon Henry.

Tira menepis tangan Henry. "Lepaskan aku! Jika kau masih datang ke kehidupanku, aku dan orang-orangku tidak akan tinggal diam. Kau akn mendapatkan masalah."

Henry menatap punggung Tira yang pergi keluar dari restoran. Dengan kemarahan yang masih memenuhi kepalanya, Henry bangkit lalu keluar dari restoran.

Di luar restoran, mobil Prajas terparkir di antara mobil-mobil lainnya. Dari dalam mobil, ia melihat Tira keluar dari restoran. Gadis itu akan memasuki mobilnya.

Prajas melihat Henry juga keluar dari restoran dan menyusul Tira. Henry menutup pintu mobil agar Tira tidak masuk ke dalam mobil dan meninggalkannya. Mereka berdua bertengkar di depan restoran. Sedari tadi Prajas memperhatikan.

Tira mendorong Henry lalu ia memasuki mobilnya. Mobil Tira melaju meninggalkan restoran.

Henry segera memasuki mobilnya dan pergi dari sana. Tampaknya pria itu ingin mengejar mobil Tira.

Prajas menyalakan mesin. Mobilnya melaju mengikuti mobil Henry.

Tira fokus menyetir sambil menggerutu kesal karena sikap Henry. Tanpa disadarinya, mobil Henry mengikut di belakang.

Henry mempercepat laju mobilnya dan tanpa diduga. Ia menabrak bagian belakang mobil Tira.

Tira tersentak kaget. Ia melihat ke spion tengah dan baru menyadari kalau Henry mengikutinya dan barusan menabrak mobilnya.

"Dia pasti sudah gila! Dia benar-benar gila!" Tira mempercepat laju mobilnya, tapi Henry kembali menabraknya. Bemper depan mobil Henry tersangkut pada bemper belakang mobil Tira.

Tira panik saat Henry melajukan mobilnya menuju ke pagar beton jembatan.

"Tidak!" teriak Tira.

Di kejauhan, mobil Prajas berhasil menyusul kedua mobil itu. Ia terkejut melihat mobil Henry yang memepet mobil Tira ke pagar beton.

Insting Prajas sebagai seorang kakak pun muncul. Ia geram melihat mobil Tira yang sudah ringsek itu tidak bisa maju atau pun mundur. Bahkan pagar beton mulai retak.

Prajas memandang seatbelt kemudian ia menginjak pedal gas. Dengan kecepatan tinggi, Prajas menabrak mobil Henry dan memepetnya ke dinding beton terowongan.

Tira segera keluar dari mobil dengan tubuh gemetar dan sempoyongan. Ia syok setelah hampir tewas jatuh ke laut. Tira jatuh terduduk di tepi jalan. Ia memegangi lengannya yang terasa sakit dan perih. Saat dilihat, ternyata lengannya terluka karena pecahan kaca mobil.

Henry meringis sambil memegangi darinya yang berdarah karena benturan keras yang ia alami barusan. Ia segera keluar dari mobilnya.

Prajas membuka seatbelt lalu ia juga keluar dari mobil dan menghampiri Henry. Tanpa ba-bi-bu, Prajas menarik bagian depan kemeja Henry dan melayangkan pukulannya ke wajah pria itu dengan cukup keras hingga tersungkur.

"Siapa kau!" bentak Henry dengan hidung berdarah karena pukulan Prajas. Ia bangkit dan sempoyongan.

"Beraninya kau mendekatinya! Kau juga ingin membunuhnya?!" teriak Prajas.

"Kau pacar barunya?" tanya Henry. Ia mengepalkan tangannya dan siap memukul Prajas.

Namun, Prajas lebih cepat menangkan kepalan tangan Henry lalu ia memukul wajah pria itu sekali lagi hingga tersungkur.

Prajas menarik kerah kemeja Henry. "Apa kau tidak mengerti dengan kata tidak?! Dia tidak mencintaimu lagi! Dia tidak ingin bersamamu! Jadi, berhenti memaksanya!"

"Aku mencintainya! Aku ingin dia menjadi milikku! Aku akan mendapatkannya dengan cara apa pun! Aku tidak akan membiarkan pria mana pun mengambilnya dariku!" teriak Henry.

Seketika Prajas bungkam. Ia seperti sedang melihat dirinya sendiri saat melihat Henry. Sama halnya dengan Henry, Prajas juga terus berusaha untuk mendapatkan Lyra. Ia menghalalkan segala cara agar bisa kembali bersama gadis yang ia cintai.

Prajas bisa mendapatkan semua hal di dunia ini, tapi tidak dengan Lyra. Lyra tidak bisa menjadi miliknya, karena Lyra adalah adiknya. Tidak ada hukum yang membenarkan hubungan antara kakak dan adik di dunia ini.

"Jika aku tidak bisa memiliki Tira, maka tidak ada yang boleh memilikinya! Dia harus mati!" kata Henry lagi.

Prajas masih terdiam dan merenung lalu ia menatap Henry dengan tatapan tajam. "Tapi, aku tidak pernah mengharapkan kematian bagi gadis yang aku cintai."

"Omong kosong!" Henry mengeluarkan pisau lipat dan menyerang Prajas, tapi Prajas berhasil menghindar meski lengan kemejanya robek terkena sayatan pisau lipat milik Henry.

"Kau tidak bisa memiliki Tira! Kau tidak boleh mengambil milikku! Tidak bisa!" teriak Henry sambil terus menyerang Prajas.

Prajas memelintir tangan Henry lalu memukul titik kesadarannya hingga pria itu pun tak sadarkan diri.

Tira melihat pria yang menolongnya berjalan ke arahnya. Ia pun bangkit dan menghampiri pria itu untuk berterima kasih. Namun, langkah Tira terhenti kala ia menyadari kalau pria yang barusan menolongnya adalah Prajas, pria yang sedang meneror keluarganya di Indonesia, kakaknya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Prajas sambil memegang kedua lengan Tira yang masih membeku dalam ketakutan.

"Kau baik-baik saja?" Prajas mengulangi pertanyaannya sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Tira.

Tira mengangguk. "Aku... aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku."

"Masuk ke mobilku," kata Prajas sambil membukakan pintu mobilnya.

"A-apa?!" Tira tampak khawatir. Tentu saja ia khawatir. Ia takut Prajas merencanakan sesuatu yang jahat untuknya.

Baru saja Tira menghela napas lega karena lepas dari Henry, tapi masalah baru saat ini adalah kemunculan Prajas.

"Tunggu apa lagi? Masuk," suruh Prajas yang menunggu.

Tidak ada pilihan lain. Kabur pun Tira tidak akan bisa. Mobilnya ringsek dan ia juga kesulitan karena luka yang cukup serius di lengannya. Tidak ada siapa pun di sekitarnya, hanya Prajas. Jika ia lari, maka mungkin saja Prajas akan membunuhnya.

Terpaksa Tira masuk ke dalam mobil Prajas.

Prajas menutup pintu mobil lalu ia juga memasuki mobilnya.

◣─────•~❉✿❉~•─────◢

13.57 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang