Part 006

110 8 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Sesampainya di rumah, Aero keluar dari mobil. Pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu ia menghubungi nomor Lyra. Sambil menunggu panggilannya terhubung, Aero bersandar ke mobil.

"Halo?" suara Lyra dari seberang sana.

Aero tersenyum menyeringai saat mendengar suara Lyra. "Kak Lyra?"

Tidak ada jawaban. Aero menunggu sampai Lyra bicara. Namun, Lyra tidak kunjung mengeluarkan suara.

Aero kembali memanggil, "Kak Lyra?"

"Hmm?" Kali ini Lyra menjawab.

"Apa hari ini kita bisa bertemu?" tanya Aero to the point.

Lyra tidak segera menjawab. Aero mendengar napas Lyra yang sepertinya sedang cemas.

Aero mengernyit dan membatin, ada apa dengannya? Apa dia gugup atau ketakutan?

"Aku...."

"Kalau tidak bisa, mungkin lain kali saja. Maaf mengganggu waktumu," potong Aero. Ia akan mematikan teleponnya, tapi tidak jadi, karena Lyra kembali bicara.

"Tidak apa-apa, Aero... aku... aku bisa datang, kok."

Aero tersenyum penuh kemenangan. Ia kembali meletakkan ponselnya ke telinga. "Aku akan menjemput Kakak sore ini."

Panggilan pun berakhir. Aero tampak senang. Ia memasuki rumahnya.

Jessica yang melihat senyuman di wajah putranya, tampak penasaran. "Ada apa? Kau terlihat senang."

Aero tersenyum. "Tidak ada, aku hanya... sedang good mood."

"Oh ya, bagaimana dengan masakan Ibu? Apa ayahmu menyukainya?" tanya Jessica.

Aero mengangguk. "Ayah bilang, hanya masakan Ibu yang paling lezat di dunia ini. Sayangnya...."

"Sayangnya apa?" potong Jessica.

"Sayangnya Ibu hanya memasak sedikit untuknya. Ayah juga bilang, akan lebih menyenangkan jika Ibu makan siang bersamanya," ucap Aero kemudian ia berlalu meninggalkan ibunya yang terlihat senang.

"Ternyata Nicholas bisa romantis juga, tapi kenapa menyebalkan saat bertemu langsung denganku?" ucap Jessica.

Sore harinya, Aero tampak sudah rapi dengan kaos hitam, jeans hitam, dan jaket denim berwarna navy. Pria itu bercermin sambil membenarkan kerah jaketnya. Tidak lupa ia menyemprotkan parfume ke tubuhnya.

"Apakah kali ini dia akan menolakku juga? Tidak bisa, Lyra, kau tidak akan bisa menolakku," ucap Aero pada pantulan dirinya di cermin.

Setelah berpamitan pada ibunya, Aero melajukan mobilnya menuju ke mansion Adiwijaya.

Namun, baru 10 meter, mobilnya berhenti. Aero tampak berpikir. "Mansion Adiwijaya di mana, ya?"

Aero mengeluarkan ponselnya. "Aku tanya Ayah saja. Eh, tidak! Tadi aku menolak menyimpan nomor Lyra. Kalau aku meminta alamat mansion Adiwijaya, yang ada Ayah meledekku."

Untuk sesaat Aero memutar otaknya. Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan ke nomor Lyra agar mengirimkan lokasinya.

Tak lama kemudian, Lyra membalas pesan Aero. Isinya lokasi di mana ia berada, yaitu mansion Adiwijaya.

"Dia tidak bisa berbasa-basi," gumam Aero.

Tibalah Aero di mansion Adiwijaya. Ia  menghentikan mobilnya di depan gerbang. Aero sedikit menunduk untuk melihat keseluruhan bangunan bercat putih tulang itu.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang