Part 084

47 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Tapi, kenapa kau harus menculikku?" tanya Lyra.

"Karena aku ingin tahu, apakah kau bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang?" jawab Prajas.

Lyra mengangguk. "Aku bahagia."

Prajas masih terlihat kurang yakin dengan jawaban Lyra. "Menikah melalui perjodohan berarti hidup dengan pria yang tidak kau cintai dan juga tidak mencintaimu. Pasti berat, kan?"

"Aku bahagia, jika tidak, kenapa aku bertahan bersama Aero?" jawab Lyra diakhir dengan pertanyaan.

"Di hari pernikahanmu, kulihat ekspresimu tertekan dan aku tahu kau tidak menginginkan pernikahan itu," kata Prajas.

"Aku akui, awalnya aku memang tidak menginginkan pernikahan itu, tapi seiring berjalannya watu, aku menerima kehadiran suamiku dan cinta itu datang dengan sendirinya," jelas Lyra.

Prajas mencerna ucapan Lyra. Ia tersenyum. "Aku sudah mendapatkan jawabanku. Kau bisa kembali pada keluargamu dan suamimu besok pagi. Malam ini kita akan berangkat."

Lyra tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Prajas benar-benar melepaskannya?

Prajas bangkit dari sofa kemudian berlalu dan membuka pintu kamar. "Saatnya makan malam sebelum pergi. Agar di dalam jet kau bisa beristirahat. Aku akan menunggumu di meja makan. Terserah mau mandi dulu atau tidak."

Setelah mengatakan itu, Prajas menutup pintu kamar.

Lyra tampak berpikir kemudian ia bangkit dan berlalu sambil membuka pintu dengan menggesernya, tapi ia kesulitan. Pintunya tidak kunjung terbuka.

"Aku tidak mau mandi, aku mau makan!" gerutu Lyra.

Pintu dibuka dari luar, ternyata Prajas kembali dan membukakan pintu.

Mereka pun pergi ke ruang makan. Evan sudah duduk di sana menunggu. Lyra masih kesal pada Evan, jadi ia tidak mau duduk di samping kakaknya itu. Ia pun memilih duduk berhadapan dengan Evan. Sementara Prajas duduk di kursi utama.

"Mana obatku, Prajas?" tanya Evan.

"Makan dulu, nanti obatnya akan aku berikan," kata Prajas.

Ketiga saudara itu pun makan bersama dengan lahap. Tidak ada percakapan saat mereka makan. Hanya terdengar suara ketukan sendok dan piring.

Selesai makan, Evan menagih obat dari Prajas. Karena Evan berisik, Prajas menyuruh bodyguard membawakan obat yang diinginkan oleh Evan.

Lyra menatap Prajas dengan tatapan tidak percaya. "Kau bilang kau tidak akan memberikannya obat. Kau benar-benar...."

Prajas mendesis sambil meletakkan telunjuknya di depan mulut. Lyra pun diam.

Bodyguard kembali sambil membawa banyak permen dan memberikannya pada Evan.

"Apa ini? Kau pikir aku bodoh? Ini permen sialan, aku tidak mau makan permen! Aku bukan anak kecil," gerutu Evan.

"Ada obat yang kau mau di dalam permennya, Bodoh. Orang gila mana yang menjual obat terlarang secara terang-terangan?" gerutu Prajas.

Lyra memperhatikan Evan dan Prajas bergantian.

Tampaknya Evan percaya. Ia pun membuka permennya dan memakannya. Tidak ada reaksi apa pun. Karena yang ia makan memang permen biasa.

"Permen rasa mint chocolate memang yang terburuk," ucap Evan sambil mengeluarkan permennya dari mulut dan membuangnya ke wadah sampah.

Lyra tertawa. "Iya, mint chocolate memang yang terburuk."

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang