Part 026

81 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Karena ayahnya melarang Aero keluar rumah, Aero benar-benar bosan berada di rumah selama berhari-hari. Kerjaannya bangun, makan, olahraga, menonton TV, tidur, dan lain-lain. Kadang ia berbincang atau berkeliling di sekitar rumah bersama ibunya hanya untuk menghindari kebosanan.

Selama itu pula ia dan Lyra sama-sama tidak saling menghubungi, bahkan hanya sekedar menanyakan kabar pun tidak.

Keduanya sama-sama tidak memulai pembicaraan yang membuat komunikasi mereka tidak berjalan mulus.

"Ah, pacarku ke mana?" gerutu Aero sambil rebahan di tempat tidurnya.

Pria itu menyisir rambutnya ke belakang dengan jemarinya. "Pacar, pacar, pacar, untuk apa pacaran kalau tidak pernah saling memberikan kabar. Apa dia sedang sibuk?"

Aero menatap nomor telepon Lyra di layar. Ia pun iseng meneleponnya. Setelah beberapa detik, Aero membatalkan panggilan. Entah apa maksudnya melakukan hal tersebut.

Namun, tak lama kemudian, panggilan dari Lyra pun masuk. Aero tersenyum lalu mengangkatnya.

"Halo, Kak Lyra?"

"Kau barusan meneleponku? Ada apa?" tanya Lyra dari seberang sana.

Aero merasa senang mendengar suara Lyra lagi setelah sekian lamanya. Ia tersenyum. "Benarkah? Sepertinya aku tidak sengaja menekan tombol panggilan."

"Begitu, ya?"

"Iya." Ternyata memang rencana Aero yang berpura-pura tidak sengaja menelepon Lyra agar Lyra menelepon balik padanya.

"Kau tidak pergi ke kantor hari ini?" tanya Lyra.

"Tidak," jawab Aero.

Lyra tidak tahu menahu mengenai kecelakaan yang dialami Aero, karena Aero memang tidak menceritakannya. Ia tidak ingin membuat Lyra khawatir. Selain itu, Aero merasa kalau insiden penabrakan itu adalah masalah pribadinya. Jadi, Lyra tidak perlu tahu. Lagi pula ia selamat dari insiden tersebut dan dirinya baik-baik saja.

"Kenapa? Kau sakit?"

"Kakak khawatir?" tanya Aero senang.

"Tentu saja, jangan sakit, karena aku tidak ada di sampingmu untuk mengobatimu," ucap Lyra dengan gombalan mautnya.

Aero memutar bola matanya. "Kalau begitu, aku saja yang ke sana."

"Datanglah," sahut Lyra dari sebebrang sana.

"Bagaimana kalau kita makan siang di tempat biasa?" ajak Aero setelah melihat lampu hijau dari Lyra.

"Okay, aku menunggu."

Aero terlihat senang. Ia bangkit untuk duduk. "Baik, aku akan segera ke sana."

Panggilan pun berakhir. Aero segera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi.

"Yuhuu!" Suaranya menggema di dalam sana.

⏰⏰⏰

Di restoran.

"Aku bosan di rumah terus. Aku senang kau mengajakku ke restoran," kata Lyra.

Aero tersenyum. "Aku juga senang Kakak mau makan siang bersamaku. Ngomong-ngomong, kenapa Kakak tidak pergi ke luar? Apakah Tuan Adiwijaya melarang Kakak keluar rumah?"

Lyra mengangguk. "Bodyguard juga melarangku keluar jika tidak bersama seseorang yang kenal dekat dengan ayahku."

Aero tampak berpikir. "Begitu, ya?"

Lyra mengeluarkan sesuatu dari tasnya, ternyata beberapa lembar kartu undangan pernikahan. Ia terlihat seperti seorang sales yang sedang mempromosikan sebuah produk.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang