Part 013

92 6 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Aero menghentikan mobil merahnya di depan gerbang mansion Adiwijaya. Namun, dua bodyguard membukakan gerbang.

"Silakan masuk, Tuan," kata salah satu bodyguard.

Aero pun melajukan mobilnya memasuki pelataran mansion Adiwijaya. Ia melihat Lyra keluar dengan dres hitam panjang pertengahan betis berbalut blazer putih yang cantik dan cocok di tubuhnya. Gadis itu juga memakai sepatu tinggi semata kaki yang cantik.

Lyra terlihat lebih nyaman dengan pakaian tertutup seperti itu. Ia memasuki mobil Aero.

Di restoran.

"Hari ini kita pulang jam 11," kata Aero tanpa beban.

"Huh?" Lyra tampak terkejut dengan ucapan Aero. Ia merasa keberatan.

"Tidak perlu khawatir, aku akan mengantar Kakak pulang dengan selamat," ucap Aero menenangkan Lyra.

Lyra merespon, "Tapi, jam 11 itu...."

Aero memotong ucapan Lyra, "Sampai jam 2 dini hari pun restoran ini tetap buka. Pemilik restoran tidak akan marah atau mengusir kita meski kita melewati jam malam."

Lyra mengangguk. "Baiklah, tapi kenapa kita di sini sampai jam 11?"

"Kita bisa menghabiskan waktu di rumahku sampai jam 11 kalau Kakak tidak keberatan," sahut Aero.

"Kalau begitu, lebih baik di sini saja sampai jam 11. Mau bagaimana pun, aku tidak bisa ke rumahmu malam-malam, karena kita belum...." Lyra tidak melanjutkan kata-katanya.

"Aku tidak akan melewati batasanku sampai kita menikah," kata Aero.

Lyra terdiam untuk sesaat. "Kakakku akan menikah terlebih dahulu. Aku pikir kita memiliki waktu lebih lama lagi menuju pernikahan."

"Itulah sebabnya kita harus memanfaatkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain sebelum menikah," ucap Aero.

Hening.

Mereka fokus dengan hidangan makan malam yang mereka pesan.

"Karena kita sama-sama menerima perjodohan ini, artinya kita berpacaran, kan?" tanya Aero.

Lyra tidak segera menjawab. Ia juga bingung harus menjawab apa.

"Apakah Kakak menganggapku seperti seorang pria?" tanya Aero lagi sambil menatap Lyra. Ia menunggu jawaban dari gadis di depannya itu.

Lyra mengangguk. "Iya, kau seorang pria dewasa."

Tapi, cara menatapmu padaku masih sama seperti dulu. Apa kau berpikir kalau aku tidak layak menjadi suamimu? Batin Aero.

"Kau tumbuh dengan baik. Saat melihat fotomu dari ayahku, aku nyaris tidak mengenalmu," sambung Lyra sambil meneguk jusnya.

"Aku senang bisa bertemu lagi dengan Kakak," ucap Aero sambil menuangkan anggur ke gelas.

"Aku juga, aku senang bertemu lagi denganmu," ucap Lyra sambil memerhatikan anggur di gelas Aero.

Saat Aero akan meneguknya, Lyra menahan gelas anggur tersebut.

"Kau tidak boleh minum," larang Lyra.

"Aku bukan anak di bawah umur." Aero meneguknya.

"Tapi, kau harus menyetir," sanggah Lyra.

"Aku tidak akan mabuk hanya karena minum segelas wine," sanggah Aero.

⏰⏰⏰

Brukk!

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang