◤─────•~❉✿❉~•─────◥
Prajas bangkit dari jendela. Ia melemparkan batang rokoknya keluar jendela lalu melangkah menghampiri Lyra.
"Jangan menekan perutmu terus, bayimu bisa kesakitan," ucap Prajas.
Lyra mendongkak menatap Prajas dengan tatapan khawatir lalu kembali menatap perutnya.
"Aku tidak sejahat dan serendah itu. Aku tidak akan membunuh bayi yang tidak berdosa," kata Prajas sambil memegang kedua tangan Lyra agar berhenti menyentuh perutnya.
Lyra menangis ketakutan. "Kau pasti menyuntikku dengan obat bius, kan? Kau bisa membunuh bayiku."
Prajas bangkit lalu mengambil sesuatu dari laci, ternyata ia mengambil testpack baru dan melemparkannya ke ranjang.
"Aku jelas-jelas tahu jenis obat apa saja yang bisa membahayakan janin, jadi untuk apa aku melukaimu dan juga bayimu?" ucap Prajas. "Kau bisa memeriksanya sendiri dengan testpack itu."
Lyra bangkit lalu pergi ke kamar mandi, tapi pintunya tidak bisa dibuka.
Prajas memperhatikan apa yang dilakukan Lyra. "Kau mau ke mana? Ke kamar mandi? Kamar mandinya di sana."
Lyra melihat Prajas menunjuk ke arah sebaliknya. Lyra pun pergi ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Lyra melihat testpack-nya yang ternyata masih positif. Lyra menghela napas lega. Ia keluar dari kamar mandi dan melihat Prajas sedang berbicara dengan dua orang pelayan perempuan di depan pintu.
Kedua pelayan berkulit pucat dengan mata segaris itu mengangguk setengah membungkuk pada Lyra. Merasa canggung, Lyra juga mengangguk.
Kedua pelayan itu pun pergi.
Prajas menutup pintu dengan cara digeser. Lyra baru mengetahui begitu cara kerja pintunya. Pantas saja tadi ia tidak bisa membuka pintu tersebut.
"Duduklah," suruh Prajas sambil menunjuk ke sofa. Pria itu duduk duluan.
Lyra tidak bergeming. Ia melihat ke jendela. Wanita itu melangkah menuju ke jendela dan melihat ke luar. Butiran salju menyambutnya.
Lyra mengedarkan pandangannya ke sekeliling jalanan kota. Kedua matanya terbelalak melihat papan-papan iklan di jalan yang ditulis dengan huruf-huruf Jepang.
"A-apa ini? Aku tidak sedang berada di Amerika?" Lyra terlihat semakin panik.
Prajas menjawab, "Saat ini kita sedang berada Kagoshima, di rumah mendiang kakekku."
Lyra berbalik menatap Prajas dengan tatapan tidak percaya. Ia tidak mengira Prajas akan membawanya sampai sejauh ini.
Prajas kembali bersuara, "Aku pernah bilang, kan, kalau aku ingin tinggal bersamamu di luar negeri?"
Lyra tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia benar-benar panik sekarang. Lyra ingin kembali ke Amerika dan hidup bersama Aero, suaminya.
Prajas bangkit dan menghampiri Lyra lalu membawanya agar duduk di sofa. "Kau tidak perlu khawatir...."
"Bagaimana aku tidak khawatir? Kau membawaku ke luar negeri jauh dari keluargaku dan suamiku. Kau menakutkan, Prajas. Kenapa kau masih tidak mengerti kalau kau menakutkan dan selalu membuatku berada dalam bahaya?" ucap Lyra dengan suara bergetar.
Prajas masih menatap Lyra. "Aku ingin menanyakan satu hal padamu."
Lyra membuang napas kasar.
Ketika Prajas akan membuka mulutnya, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar kamar.
Lyra dan Prajas menoleh ke pintu.
Dari luar, seseorang menggeser pintu dan masuk. Lyra terkejut, ternyata Evan. Ada dua bodyguard berwajah khas Asia Timur yang menyusulnya.
"Kakak? Kakak di sini?" Lyra melihat pada Evan dan Prajas bergantian.
"Aku sudah membawa Lyra padamu, sekarang berikan yang aku mau! Mana obat-obatan yang kau janjikan untukku?!" tanya Evan.
Lyra terbelalak mendengar ucapan Evan. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Kak Evan yang merencanakan semua ini? Kak Evan membawaku pada Prajas dan menukarku dengan narkoba?!"
Evan menoleh pada Lyra. "Aku tidak punya pilihan lain! Prajas mengeluarkanku dari tempat sialan itu dan membawaku ke Amerika. Dia menyuruhku membawamu padanya agar aku bisa mendapatkan obat-obatan yang kumau!"
⏰ Flashback On ⏰
Saat Lyra membawa Evan ke rumah, Evan melihat Lyra membuka pintu dengan kunci yang dibawanya. Evan juga melihat ke sekeliling menghitung jumlah CCTV di rumah itu.
Ketika Lyra fokus memasak, Evan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia melihat mantel Lyra di sofa. Evan beranjak dari kursi dan merogoh saku mantel tersebut untuk mengambil kunci rumah.
Dengan blok lilin, Evan mencetak bentuk kunci tersebut bolak-balik. Setelah itu, ia mengembalikan kunci tersebut ke dalam saku mantel.
⏰ Flashback Off ⏰
"Kau gila, kalian benar-benar gila!" ucap Lyra yang tidak habis pikir dengan semua itu.
"Bawa dia pergi," suruh Prajas.
Kedua bodyguard itu pun membawa Evan yang masih berteriak dan mengamuk pergi dari sana.
Bodyguard menggeser pintu dari luar hingga tertutup rapat.
Lyra menggeleng sambil memegangi kepalanya.
"Aku melihat gaun merah yang kuberikan untukmu di hari anniversary kita ada di wadah sampah. Kau membencinya? Padahal dulu kau sangat menyukai gaun berwarna merah," ucap Prajas yang membuat Lyra teringat akan sesuatu.
~10/03|9|Gaun cantik untuk wanita yang paling cantik.~
Itu kalimat yang ada dalam kartu ucapan di dalam kotak paket gaun merah tersebut.
"Kau lupa dengan anniversary kita yang ke-9?" tanya Prajas.
Lyra baru mengerti kalau angka 9 di kartu tersebut adalah tahun kebersamaan mereka yang sebenarnya sudah kandas sejak 6 tahun yang lalu.
Prajas tersenyum kecut. "Sepertinya kau sudah melupakanku saking bahagianya hidupmu bersama suamimu."
Lyra tidak merespon.
"Aku hanya ingin melihatmu lagi setelah sekian lama. Aku harap kau memelukku dan mengatakan kalau kau merindukanku. Tapi, saat melihatku di pernikahanmu waktu itu, kau menatapku dengan tatapan ketakutan. Padahal aku adalah pria yang dulu pernah kau cintai," ucap Prajas.
Lyra bersuara, "Aku benci mengingat itu, Prajas. Tolong, kau juga sudah tahu sejak lama kalau kau kakakku dan aku ini adikmu. Aku bosan mengatakan ini setiap kali bertemu denganmu."
Prajas menatap Lyra dengan tatapan terluka. "Baiklah, kita lupakan masalah hubungan cinta kita di masa lalu, tapi kenapa setelah aku menerima fakta kalau kau adalah adikku kau malah pergi menjauh selamanya dariku?"
"Kau tidak melihat apa yang terjadi pada Kak Evan? Kau tidak melihat kondisinya sekarang?" tanya Lyra serius.
Prajas mendengarkan.
Lyra melanjutkan, "Bukankah kau yang membuatnya menderita dan kecanduan seperti itu? Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau membuat kakakku mengenal narkoba, berjudi, dan bermain wanita? Kenapa kau merusaknya? Dulu dia adalah sosok kakak laki-laki yang hangat, baik, dan menyayangi adik-adiknya. Dia sangat jauh berbeda dengan sekarang. Bahkan dia ingin menukarku dengan narkoba sialan darimu!"
Prajas tidak langsung menjawab, karena Lyra kembali bersuara, "Kenapa kau melakukan itu? Kau mengenal Kak Evan jauh sebelum mengenalku. Apa kau sengaja ingin membuatnya menjadi seorang pecandu dan nantinya akan membuat nama baik keluargaku dan keluarga besar Adiwijaya tercemar?"
Prajas menyahut, "Aku tidak pernah menjerumuskan Evan ke dalam dunia obat-obatan terlarang, Lyra."
◣─────•~❉✿❉~•─────◢
13.54 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRONOPHILE
Romance◤─────•~❉✿❉~•─────◥ Siapa sangka jika seseorang yang pernah kau tolak cintanya adalah jodohmu? Mungkinkah dia masih menyimpan rasa padamu dan itulah sebabnya dia memilih untuk menjadi pendamping hidupmu? Tapi, bagaimana jika sebenarnya dia masih me...