Part 054

64 3 2
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Kakak belum menjawab pertanyaanku, bagaimana caranya Kakak bisa sampai di sini? Pasti ada seseorang yang membawa Kakak," tanya Lyra penuh selidik.

"Ini semua karena Prajas," gumam Evan.

Lyra mengerutkan dahinya mendengar gumaman Evan. Aero menautkan alisnya geram mendengar Evan yang menyebut nama Prajas.

"Prajas?" gumam Lyra. Ia melirik ke arah suaminya yang terlihat menahan kemarahan.

"Apa Kakak bisa keluar dari tempat rehabilitasi dan kabur ke Amerika atas bantuan dia?" tanya Lyra khawatir.

"Karena Prajas, aku terkurung dan menderita berada di tempat sialan itu," geram Evan. "Ini semua karena bedebah itu."

"Itu bukan karena Prajas, itu karena salah Kakak sendiri," ucap Lyra.

Evan dan Aero menoleh pada Lyra.

"Kenapa Kakak mengkonsumsi obat-obatan terlarang? Kenapa Kakak melakukan semua kesalahan itu? Bukan orang lain yang merusak Kakak, tapi Kakak yang menghancurkan diri sendiri dan orang-orang di sekitar Kakak," ucap Lyra.

"Aku tidak akan begini, kalau Prajas tidak mengotoriku!" sanggah Evan setengah membentak.

Lyra bangkit dari tempat duduknya dan menatap kesal pada kakaknya. "Lalu kenapa Kakak bisa terjerumus sendirian? Kenapa Prajas tidak? Kenapa Kakak jadi begini, padahal Prajas tidak?! Seharusnya sebagai pria, Kakak punya pendirian sendiri!!"

Aero mencerna ucapan Lyra. Ia mendongkak menatap istrinya yang terlihat begitu marah. Bahkan Aero belum pernah melihat istrinya semarah itu.

Evan mendongkak menatap adik bungsunya yang terlihat begitu marah padanya. "Kau membela Prajas? Kau lebih membelanya ketimbang kakakmu sendiri? Dia menjebakku!"

"Aku tidak membela siapa pun!" bantah Lyra.

"Kau membelanya karena dia kakak tertuamu?" gerutu Evan.

"Kau kakak tertuaku!" bentak Lyra.

Evan mendengus kesal. "Ya! Aku kakak tertuamu, tapi kenapa kau lebih membenciku ketimbang Prajas?!"

"Aku membenci kalian berdua! Kalian sama-sama pembuat masalah!" Lyra kembali duduk sambil mengatur napasnya.

Aero merangkul dan menenangkan istrinya.

Lyra menatap Evan. "Aku tidak mau tahu, hari ini Kakak harus pergi ke mansion Ayah. Aku tidak mau melihat Kakak lagi."

Evan bertekuk lutut di depan adiknya. "Aku mohon, aku tidak mau tinggal di rumah Ayah. Biarkan aku tinggal di sini. Aku tidak akan mengganggu kalian, aku hanya butuh tempat bernaung."

Lyra tidak merespon.

Namun, karena Aero merasa kasihan pada kakak iparnya, ia pun mengizinkan Evan tinggal di rumahnya.

"Hanya hari ini saja, besok Kakak harus pergi ke mansion Adiwijaya," kata Lyra kemudian berlalu dari kamar yang ditempati kakaknya.

Aero menyusul istrinya yang pergi ke kamar mereka. "Sayang, aku rasa kau terlalu berlebihan. Biarkan saja kakakmu tinggal di sini beberapa hari."

"Kau tidak mengerti, dia sangat menakutkan semenjak mengenal narkotika," ucap Lyra. "Besok dia harus pergi ke mansion Adiwijaya. Apa pun alasannya. Ayah pasti tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin Ayah akan mengembalikan Kak Evan ke Indonesia dan ditempatkan di tempat rehabilitasi."

Aero mengangguk. "Baiklah, kita serahkan pada ayahmu. Aku yakin ayahmu akan memutuskan yang terbaik untuk kakakmu."

Hening.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang