Part 016

102 5 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Aero kembali mengetuk pintu.

Tak lama kemudian, pintu dibuka. Aero melihat Lyra yang membuka pintu. Gadis itu menguap lebar sambil mengucek matanya.

Saat membuka matanya, Lyra tersentak kaget melihat Aero di depan pintu kamar dan menatap padanya. Refleks Lyra membanting pintu membuat Aero terkesiap.

Lyra terbatuk-batuk karena tersedak napasnya sendiri. "Apakah aku hanya berhalusinasi? Bagaimana bisa dia di sini? Aku pasti mabuk, tapi aku tidak minum."

Lyra memberanikan diri membuka pintu. Aero masih berdiri mematung di depan pintu kamarnya. Lyra kembali membanting pintu.

"Oh, itu benar-benar dia. Aku tidak berhalusinasi." Lyra panik. Ia kembali membuka pintu.

"Kak Lyra...." Belum sempat Aero menyelesaikan kalimatnya, Lyra menutup pintunya lagi. Aero mengangguk membiarkan Lyra melakukan apa yang diinginkannya.

Lyra membenarkan rambutnya yang berantakan lalu ia menarik napas sejenak dan memantapkan diri untuk membuka pintu.

"Apa aku mengganggu?" tanya Aero.

Lyra menggeleng. "Kau datang ke mari pasti ingin membawa mobilmu, kan?"

Tanpa menunggu jawaban dari Aero, Lyra kembali masuk tanpa menutup pintu. Aero melihat kamar Lyra yang luas dan terlihat nyaman. Ada gitar di rak besar di kamar tersebut. Aero ingat, gitar itu adalah gitar yang digunakan Lyra untuk mengiringi nyanyian kedua temannya ketika pentas seni di hari yang sama saat cinta Aero ditolak.

Lyra kembali. Ia menyodorkan kunci mobil Ferarri milik Aero. Pria itu menerimanya.

"Sebenarnya, aku juga mau bicara dengan Kakak."

⏰⏰⏰

Di taman belakang rumah.

Aero dan Lyra duduk di ayunan. Mereka sama-sama diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Dia bilang, dia mau bicara denganku, tapi kenapa dia malah diam? Aku belum mandi, rasanya tidak nyaman seperti ini. Bicara dengan orang asing sambil mengenakan piyama tidur, batin Lyra.

Sekarang apa yang harus aku katakan padanya? Semoga semalam aku tidak mengatakan hal-hal bodoh dan membuatnya semakin tidak menyukaiku, ucap Aero dalam hati.

Aero berdehem pelan lalu memulai pembicaraan, "Aku minta maaf karena telah merepotkan Kakak semalam."

Lyra melirik Aero. "Oh, itu... itu bukan masalah."

"Apa aku mengatakan hal-hal konyol atau mengatakan sesuatu yang membuat Kakak tidak nyaman?" tanya Aero memastikan.

Lyra terdiam untuk sesaat.

"Jika dilihat dari dekat... kau sangat jelek."

"Kenapa gadis jelek sepertimu berani menolakku?"

"Aku ingin kita menikah dan memiliki banyak anak. Laki-laki dan perempuan."

"Aku membencimu, Lyra."

Semua kalimat yang terlontar dari mulut Aero saat mabuk semalam masih terpatri jelas dalam ingatan Lyra.

"Kau hanya melantur," jawab Lyra berbohong.

Aero menutup rapat bibirnya mendengar jawaban Lyra. "Aku juga minta maaf, karena telah bersikap kurang ajar."

"Lupakan, kau tidak melewati batasanmu, kok," ucap Lyra.

Tapi, hampir, sambung Lyra dalam hati.

"Aku mendengar dari ibuku, sebelum Kakak pulang, aku...." Aero tidak melanjutkan kata-katanya.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang