Part 070

54 4 2
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Prajas meminta izin pada Albert untuk mengajak Lyra makan siang di mansion Danuarga. Albert pun mengizinkannya tanpa banyak berkomentar.

Lyra tidak mengira ayahnya akan mengizinkannya pergi.

Di mansion Danuarga.

Rose, Prajas, dan Lyra makan siang bersama.

"Nyonya Danuarga, kamar mandinya di sebelah mana?" tanya Lyra.

"Di sebelah kiri dekat tangga," jawab Rose.

"Permisi." Lyra pun pergi ke kamar mandi.

"Kau sudah bicara pada orang tuanya?" tanya Rose.

Prajas mengangguk. "Awalnya ayahnya tidak menyetujui hubungan kami, hanya ibunya yang mendukung. Tapi, setelah berusaha akhirnya ayahnya Lyra juga luluh dan merestui kami."

Rose tersenyum kecil. "Syukurlah, aku harap kalian berdua bahagia seperti Ryuuga dan Zoella. Aku mendatangi pernikahan mereka dua hari yang lalu."

"Mereka menikah?" tanya Prajas.

Rose mengangguk.

Ponsel Lyra di meja berdering. Ada telepon yang masuk. Rose melirik layar ponsel Lyra. Telepon tersebut dari seseorang nama Hellena. Rose mengernyit dan tertegun.

Prajas mengambil ponsel Lyra lalu mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Nyonya Adiwijaya? Lyra sedang ke kamar kecil."

"...."

Rose memperhatikan putranya yang sedang menelepon.

"Iya, nanti aku akan memberitahunya."

Panggilan pun berakhir.

"Ibunya Lyra?" tanya Rose.

Prajas mengangguk. Ia menunjukkan layar kunci di ponsel Lyra. "Ini keluarganya. Ayah, ibu, dan saudara-saudaranya."

Kedua mata Rose membulat melihat wajah pria paruh baya dalam foto tersebut yang tentu saja ia kenal.

Bagaimana mungkin, batin Rose. Ia menatap putranya yang terlihat bahagia.

"Mereka keluarga yang baik meski terkesan kaku," celetuk Prajas.

Rose mengalihkan pandangannya. Bagaimana bisa ini disebut sebagai kebetulan? Prajas mencintai gadis yang merupakan anak dari ayahnya sendiri. Artinya Lyra adalah adiknya Prajas.

Lyra kembali dari kamar mandi dan duduk di samping Prajas seperti semula.

Rose menatap Lyra dengan mata bergetar.

"Ibumu menelepon, katanya kau bisa menemui Evan sore ini," ucap Prajas.

"Benarkah?" Lyra terlihat senang.

Prajas mengangguk. "Iya, aku akan mengantarmu."

"Baiklah." Lyra tersenyum.

Rose melihat pada Prajas dan Lyra bergantian. Ia melihat cinta lewat tatapan keduanya. Yang tentu saja itu adalah cinta terlarang.

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Prajas saat dia mengetahui kalau dia dan Lyra adalah saudara, batin Rose.

Sore harinya, Prajas mengantar Lyra ke tempat di mana Evan direhabilitasi.

"Mas Prajas tidak mau ikut menemui Kak Evan? Bukankah kalian berteman? Kak Evan pasti senang bisa bertemu dengan Mas," tanya Lyra.

Prajas menggeleng seraya tersenyum. "Lain kali saja."

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang