Part 009

96 5 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Kak Lyra kelas apa, ya?" gumam Aero. Ia mencari tahu lewat sosial media sekolah. Ada foto murid per kelas bersama walikelas mereka di akun tersebut. Ia pun mencarinya satu persatu.

Aero menemukan foto Lyra bersama teman-teman sekelas dan juga walikelasnya. Di caption tertulis, "Halo, kami kelas A."

Aero meng-klik foto itu berharap ada tagar atau "menandai" nama akun setiap murid. Memang ada, tapi tidak ada nama Lyra.

Karena penasaran, Aero memeriksa satu per satu akun murid kelas 9-A dan melihat followers dan following setiap akunnya berharap ada akun Lyra yang nyempil. Tapi, tetap tidak ketemu.

Aero menyerah.

Keesokan harinya, Aero pergi ke sekolah seperti biasa. Saat menaiki tangga menuju kelasnya, ia berpapasan dengan Lyra.

"Terima kasih kemarin sudah memotret kami." Lyra memberikan botol minuman berenergi pada Aero.

Aero menerimanya. "Terima kasih, Lak Lyra."

Lyra mengangguk seraya tersenyum kemudian berlalu.

Aero menatap botol minuman di tangannya. Ia tampak senang lalu melanjutkan langkahnya.

Di rumah, Aero duduk di kursi sambil menatap botol minuman berenergi pemberian Lyra di meja.

Ponselnya berdering. Ada notifikasi yang masuk. Ternyata saran dari instagram untuk di-follow.

Ada akun nama Lyra. Aero terlihat senang dan langsung mem-follow akun tersebut.

"Lyra Yovana A.," Aero membaca nama lengkap Lyra. "A-nya apa, ya? Apakah nama keluarga?"

Ia meng-klik akun tersebut dan melihat ada satu postingan, yaitu foto tiga siswi anggota PMR yang waktu itu dipotret oleh Aero.

Caption : Sepuluh bulan lagi.

Aero mengernyit. "Tinggal 10 bulan lagi, kelas 9 lulus sekolah."

⏰⏰⏰

Tim basket kelas 7 sedang bertanding melawan kelas 9.

"Tidakkah ini terlalu berlebihan? Maksudku, ini pertandingan yang tidak imbang. Seharusnya kelas 7 melawan kelas 7 juga," kata Evelyn.

"Iya, tapi mau bagaimana pun, panitia menginginkan satu orang pemenang," sahut Aprilla. "Jadi, kelas 7, 8, dan 9 akan bertanding untuk mendapatkan juara 1."

Lyra juga menonton pertandingan basket bersama kedua temannya itu. Ia tidak memberikan tanggapan. Pandangannya tertuju pada Aero yang terlihat banjir keringat.

Pertandingan terus berlangsung. Bola basket melesat menghantam wajah Aero.

"Uh!" Lyra bangkit dari kursinya saat melihat Aero tersungkur. Darah segar mengalir dari hidungnya.

Wasit meniup peluit. "PMR? PMR? Apa ada PMR di sini?"

Lyra segera turun ke lapangan. Ia membantu Aero berdiri. Kapten basket juga membantunya. Mereka berdua memapah Aero ke ruangan PMR.

"Darahnya lumayan banyak," kata Kapten basket sambil membantu Aero duduk di ranjang UKS.

Sementara Lyra mencari kotak P3K di lemari.

"Kembali ke lapangan, pertandingan masih berlangsung," ucap Aero.

"Kau tidak apa-apa aku tinggalkan sendiri?"

Aero mengangguk.

Kapten basket menghampiri Lyra. "Kakak, aku pamit dulu, ya. Pertandingan masih berlangsung."

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang