◤─────•~❉✿❉~•─────◥
Prajas memasuki apartemennya di sebuah gedung apartemen yang cukup besar dan mewah di Surabaya. Tampaknya apartemen tersebut baru saja ditempati, yang mana tidak banyak barang di apartemen tersebut.
Prajas meletakkan bir dingin yang baru saja dibelinya ke meja. Ia menyalakan rokok dan menyesapnya.
Setelah hubungannya sebagai kekasih dengan Lyra berakhir, Prajas juga berubah seperti dulu. Ia merokok, minum, dan kadang memanggil wanita penghibur hanya untuk mengalihkan lukanya.
Terdengar suara bel berbunyi. Prajas menoleh ke pintu. Ia pun bangkit dan membukakan pintu menggunakan kartu. Terlihat wanita cantik berambut panjang dan lurus masuk. Ia memakai lingerie seksi yang membuat pria mana pun akan terpesona.
Sementara itu, Lyra berada di rumahnya. Ia scrolling media foto-foto kelulusan dan wisuda bersama teman-teman mahasiswa kampusnya. Ada banyak foto kenangan di ponselnya itu.
Lyra tersenyum saat melihat foto dirinya, Evelyn, dan Aprilla di mana mereka membuat pose dan ekspresi konyol. Kedua temannya yang sudah bersamanya sejak SMP, SMA, dan bahkan kuliah bersama.
Saat di slide terakhir, senyumannya memudar berganti tatapan sendu. Foto terakhir adalah foto pemotretan wisuda dirinya dengan Prajas.
⏰⏰⏰
Prajas menangkup wajah Lyra yang menari erotis di atasnya. Sebenarnya wanita itu bukan Lyra, tapi wanita panggilan yang dipesannya.
Prajas berfantasy seakan-akan ia melakukan hubungan seks dengan Lyra, adiknya sendiri.
Prajas menarik tengkuk wanita yang dikiranya Lyra dan mereka berciuman dengan mesra.
Keesokan harinya.
Perlahan Prajas membuka matanya. Ia melihat wanita cantik itu memakai pakaiannya sambil bercermin di meja rias.
Sebelum pergi, wanita itu tersenyum dan mengecup pipi Prajas. "Kau sangat tampan."
Prajas tidak bergeming dari posisinya.
Sementara di Adiwijaya Blitztar.
Lyra duduk di kursi kebesarannya. Ia fokus menatap ke layar komputer. Wanita berambut pendek dan memakai kacamata mengetuk pintu yang setengah terbuka.
Lyra menoleh. "Ada apa, Salma?"
"Waktunya istirahat, Nona," ucap wanita bernama Salma itu.
"Kau duluan saja," ucap Lyra pada Salma yang tak lain ada sekretarisnya.
"Tuan Besar menyuruhku mengawasi Nona dan memastikan Nona menjaga kesehatan," kata Salma pelan.
Lyra melirik Salma yang menunjukkan puppy eyes. "Baiklah, ayo kita pergi ke restoran sebelah."
Salma tersenyum senang.
Lyra dan Salma makan siang bersama.
"Tidakkah kau merasa kerepotan mengawasiku terus?" tanya Lyra.
Salma hanya terkekeh. "Selama Tuan Besar memberikan bonus."
Lyra memutar bola matanya.
Di mana pun aku berada, ayahku selalu mengawasiku, batin Lyra.
"Nona Adiwijaya merasa terganggu karena kehadiranku?" tanya Salma sambil memasang puppy eyes.
Lyra tersenyum kaku kemudian menggeleng. "Tidak, hanya saja... mungkin kau tidak memiliki waktu bersama teman-temanmu jika terus bersamaku."
Setelah aktivitasnya di kantor selesai, Lyra pun kembali ke rumah. Seperti biasa ia diantar jemput bodyguard-nya.
Keesokan harinya, Lyra tidak pergi ke kantor. Karena hari Minggu, jadi Lyra pergi ke Gereja.
Saat khusyuk berdo'a, Lyra mendengar suara yang ia kenal dari sampingnya. Lyra membuka mata dan menoleh, ternyata Prajas.
"Kak Prajas di sini?" tanya Lyra.
Prajas tersenyum. "Tentu."
Selesai berdo'a, Lyra memilih kembali ke mobilnya. Prajas tidak bisa mendekatinya, karena ada dua bodyguard di samping Lyra seperti biasa.
Hingga suatu hari, Prajas menyamar menjadi pelayan pria dan menyusup ke rumah Lyra lalu menculiknya.
Di apartemen, Prajas menidurkan Lyra ke ranjang kamarnya dengan pelan-pelan. Ditatapnya wajah cantik Lyra yang tak sadarkan diri itu.
Tangan Prajas bergerak menyentuh dan mengusap rambut Lyra. "Kenapa kau harus menjadi adikku? Kenapa harus kau?"
⏰⏰⏰
Perlahan Lyra membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling. Sebuah ruangan bercat biru pudar yang asing baginya.
Ada foto wisuda Lyra bersama Prajas yang dibingkai di meja. Lyra terkejut dan menyadari kalau dirinya sedang berada di rumah Prajas. Ia mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi.
Namun, belum sempat Lyra menemukan jawabannya, terdengar suara pintu dibuka. Ia menoleh dan melihat Prajas yang masuk ke kamar. Pria itu mengenakan celana pendek dan kemeja yang tiga kancing teratasnya terbuka menampilkan dada bidangnya dan sedikit bagian dari tato ularnya.
"Kenapa aku bisa di sini?" tanya Lyra khawatir.
Prajas duduk di tepi ranjang. Ia menggenggam tangan Lyra dengan erat. "Kita akan pergi dari sini."
"Ke mana?"
"Ke mana pun itu, asalkan jangan di Indonesia," jawab Prajas yang membuat Lyra tediam seketika.
Prajas menjelaskan, "Aku sudah memutuskan, kita bisa hidup bersama di luar negeri dan...."
"Tidak," potong Lyra. "Kita tidak bisa melakukannya. Kau kakakku, kau mau menentang takdir? Kita tidak bisa hidup bersama."
"Aku mencintaimu, Lyra. Semakin aku berusaha menerima fakta kalau kau adikku, semakin aku membencinya. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku tidak bisa menganggapmu adikku. Kau adalah gadis yang aku cintai," jelas Prajas.
"Aku tahu, aku mengerti, tapi aku tidak mau menikah dengan kakakku sendiri, meski aku masih merasakan hal yang sama," tolak Lyra.
Prajas menangkup wajah Lyra. "Dengar, apa yang terjadi antara ayahmu dan ibuku hanyalah masa lalu. Tidak ada hubungannya dengan kita, kita lupakan saja dan memulai kembali dari awal."
Lyra menghindar dari Prajas sambil mengusap hidungnya. "Apa kau mabuk? Kau minum lagi? Bukankah kau berjanji akan berhenti minum dan merokok?"
Prajas menatap Lyra dengan tatapan berbeda membuat Lyra merinding dan mengalihkan pandangannya. Ia tahu kakaknya sedang mabuk berat saat ini.
"Aku akan tetap mendapatkanmu dengan cara apa pun," ucap Prajas sambil mendorong Lyra ke ranjang dan menindihnya.
Lyra berontak dan berteriak ketakutan. "Kak Prajas! Jangan!"
Prajas mendekatkan wajahnya akan mencium bibir Lyra, namun gadis itu segera mengalihkan pandangannya ke samping alhasil ciuman Prajas mendarat di pipinya.
"Kak Prajas!" Lyra mendorong dan memukul dada Prajas. Namun, apa daya tubuh Prajas dua kali lipat lebih besar darinya. Ditambah lagi pria itu menindihnya membuat Lyra kesulitan bergerak.
Prajas membuka paksa kemeja Lyra. Namun, gadis itu berontak. Karena kesulitan, Prajas pun menarik kerah kemeja Lyra hingga seluruh kancing kemeja gadis itu terlepas dan berhamburan ke lantai. Bagian atas tubuh Lyra terbuka menampilkan belahan dadanya yang terbungkus BRA cokelat muda berenda.
Prajas menyeringai penuh kemenangan melihat itu. Ia mendekatkan wajahnya ke leher Lyra dan membuat tanda kemerahan di sana.
Lyra panik, karena Prajas yang sudah kesetanan. Tangannya mengapai-gapai meja. Ciuman Prajas semakin turun.
Lyra segera memukul kepala Prajas menggunakan botol bir yang ia gapai di meja dengan keras hingga botol tersebut pecah. Isinya tumpah membasahi rambut Prajas dan sebagian terciprat ke wajah Lyra.
Prajas meringis sambil memegangi kepalanya yang terluka dan mengeluarkan darah.
Dalam kesempatan itu, Lyra berlari kabur keluar dari kamar.
◣─────•~❉✿❉~•─────◢
07.18 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRONOPHILE
Romance◤─────•~❉✿❉~•─────◥ Siapa sangka jika seseorang yang pernah kau tolak cintanya adalah jodohmu? Mungkinkah dia masih menyimpan rasa padamu dan itulah sebabnya dia memilih untuk menjadi pendamping hidupmu? Tapi, bagaimana jika sebenarnya dia masih me...