Part 056

84 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Selesai mandi, Lyra memakai piyama hitam polka dot putih. Ia tidur di samping Aero dan memeluk suaminya itu.

"Aku merasa dipeluk oleh pria, karena aroma tubuhmu seperti pria," ucap Aero sambil membalas pelukan istrinya.

Lyra cemberut. "Karena aku memakai sabun mandi milikmu."

"Memangnya kenapa kau tidak mau memakai sabun mandi milikmu sendiri? Padahal aku menyukai aromanya," tanya Aero.

"Aku membencinya," sahut Lyra.

"Kenapa? Bukankah biasanya kau memakai sabun yang sama?" tanya Aero.

"Entahlah, belakangan ini aku benci aroma-aroma yang biasa tercium olehku sampai-sampai aku merasa mual," jawab Lyra.

Aero tampak berpikir. Mual? Apa mungkin Lyra hamil?

"Lihatlah." Lyra menunjukkan wallpaper ponselnya. Ternyata foto aesthetic mereka berdua sebelum pernikahan.

"Kau menjadikannya wallpaper?" tanya Aero.

Lyra mengangguk. "Kenapa ponselmu wallpaper-nya default? Kenapa tidak memasang foto pernikahan kita?"

"Kan, sudah terpasang di dinding rumah ini," jawab Aero.

"Setidaknya pasang di akun media sosialmu. Kalau orang-orang tahu kau sudah menikah, tidak akan ada gadis yang genit padamu. Mereka akan menjaga jarak," ucap Lyra.

Aero merespon, "Aku tidak ingin memamerkan wajah istriku. Nanti wajahmu dilihat oleh pria lain dan mereka akan terpesona padamu. Aku kesal saat melihat langsung pria lain menatapmu dengan tatapan seperti itu, apalagi jika aku memposting wajahmu ke media sosial atau hanya sekedar dijadikan foto profil. Mereka bisa menyimpan fotomu dan memandangimu setiap hari. Aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi."

Lyra mencerna ucapan Aero lalu ia tersenyum dan menangkup wajah suaminya itu. "Ucapanmu benar juga, kau sudah besar rupanya."

Aero membelai lembut rambut istrinya. "Aku sudah besar dan lebih besar darimu."

"Kau tetap anak kecil bagiku, hanya tubuhmu yang besar dan tinggi," goda Lyra sambil mencubit hidung suaminya.

"Bukan hanya tubuhku yang besar, tapi juga..." Aero tidak melanjutkan kata-katanya.

"Apa yang kau pikirkan?" gerutu Lyra.

"Memangnya apa yang kau pikirkan tentang isi kepalaku?" Aero balik bertanya.

"Kau menggantung kalimatmu membuat orang akan bertanya-tanya," ucap Lyra.

"Kau pasti memikirkan itu, ya?" goda Aero.

Lyra menggerutu, "Memikirkan apa?"

"Memikirkan itu." Aero menyatukan hidungnya dengan hidung Lyra.

"Jika dilihat dari dekat...." Lyra tidak melanjutkan kata-katanya.

"Kenapa? Jika dilihat dari dekat, wajahku kenapa?" Aero penasaran.

"Jika dilihat dari dekat, ternyata wajahmu jelek," celetuk Lyra.

"Jelek?" Aero menunjukkan ekspresi kesal, meski ia berpura-pura kesal. Karena ia tahu kalau dirinya tampan.

"Iya, jelek," goda Lyra.

"Kalau aku jelek, kenapa kau mencintaiku? Kau menyukaiku karena aku tampan, kan?" gerutu Aero.

"Percaya diri sekali kau, Tuan Fernanda. Aku mencintaimu dari hati kecilku. Aku tulus mencintaimu, bukan karena kau tampan," sanggah Lyra. Sebenarnya ia hanya ingin menggoda suaminya.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang