Part 083

49 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Prajas mengakhiri ceritanya. Lyra tampak syok mendengar cerita dari Prajas.

"Aku masih syok dan tidak bisa melupakan pembunuhan di depan mataku sendiri yang dilakukan oleh Evan. Itulah sebabnya aku tidak ingin menemui Evan saat mengantarmu ke tempat rehabilitasi," jelas Prajas kemudian.

Lyra membuang napas kasar.

"Kau sedang mengandung, tidak seharusnya kau mendengarkan cerita ini yang bisa membuatmu stres," ucap Prajas menyesal.

Lyra mendongkak menatap Prajas. "Lalu... kenapa yang kau ceritakan berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan oleh kakakku? Dia bilang, kau yang membuatnya terjerumus."

"Begitukah? Itu sebabnya kau marah padaku? Karena dia mengatakan hal tersebut, kau jadi membenciku?" tanya Prajas.

Lyra tidak menjawab, karena ia juga tidak tahu siapa yang jujur dan siapa yang berbohong.

"Baiklah, aku ingin mendengarkan secara langsung darinya." Prajas mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. "Bawa Evan ke mari."

Tak lama kemudian, kedua bodyguard tadi membawa Evan ke kamar.

"Kau mau memberikan obatku?" tanya Evan senang.

"Aku mau bertanya padamu, Evan. Kapan kau mengenal obat-obatan terlarang itu?" tanya Prajas.

"Saat SMA," jawab Evan pelan.

"Siapa yang mengenalkanmu pada narkoba?" tanya Prajas lagi.

Evan melirik Lyra. "Teman-temanku dari sekolah lain."

Lyra menautkan alisnya. Ia ingin sekali memberondong Evan itu dengan pertanyaan-pertanyaan lain, tapi Prajas menahannya agar tidak marah.

"Siapa yang mengajarimu berjudi dan pesta seks?" tanya Prajas lagi.

Evan menunduk. "Teman-temanku."

"Lalu kenapa waktu itu Kakak bilang Prajas yang menjerumuskan Kakak?!" Lyra tidak tahan lagi, sehingga ia pun membentak kakaknya.

"Waktu itu... Ayah menyuruhku mengatakannya. Ayah bilang, jika aku mengatakannya padamu, maka Prajas tidak akan mengambilmu dari kami," kata Evan pelan.

Lyra tidak habis pikir. Ia tidak mengira ayahnya akan menuduh Prajas atas apa yang tidak dilakukannya dan mengorbankan putranya yang lain untuk membuat Lyra percaya.

Prajas menyandarkan punggungnya ke sofa. "Sekarang kau percaya? Aku mau bertanya padamu, Lyra. Siapa yang bersalah di sini?"

Lyra tidak menjawab. Semuanya terlalu sulit dicerna.

"Bawa dia kembali," suruh Prajas pada bodyguard-nya.

Kedua bodyguard itu pun membawa Evan yang terlihat penuh penyesalan pergi dari hadapan Prajas dan Lyra.

Lyra mengangguk lalu kembali menatap Prajas. "Aku tidak akan menyalahkan siapa pun, kecuali dirimu. Kau mengirimkan teror padaku, pada keluargaku juga."

"Apa aku melukaimu? Mencuri barang berharga? Mengirimkan pesan kematian atau ancaman pembunuhan? Tidak, kan?" tanya Prajas.

"Tetap saja kau masuk ke rumah orang tanpa permisi dan membuat ketakutan. Itu termasuk kejahatan," sanggah Lyra.

"Lalu kenapa kalian tidak melapor pada polisi?" sahut Prajas.

Lyra tidak segera menjawab.

"Karena ayahmu tahu, dia yang paling bersalah di antara kita semua. Itulah sebabnya dia tidak melapor pada polisi. dia tidak mau berurusan denganku dan tidak mau rahasianya terbongkar, karena aku mengetahui masalah Evan. Padahal aku tidak menyebarkannya, tapi tetap saja tersebar dengan sendirinya, kan?" ucap Prajas.

"Lalu bagaimana dengan Kak Tira? Kau datang ke Amerika untuk mencelakai Kak Tira, kan? Dia hampir tewas dalam kecelakaan mobil waktu itu," ucap Lyra yang masih mencari letak kesalahan Prajas yang paling fatal.

"Tira? Kau tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Tira?" tanya Prajas.

Lyra tampak berpikir.

Prajas pun bercerita, "Sepertinya hanya Tira satu-satunya orang di antara kalian yang tidak aku teror. Awalnya aku memang ingin meneror Tira seperti kalian, tapi situasi Tira juga sangat sulit. Dia memiliki seorang pacar, tidak-tidak, bukan pacar, tapi mantan pacar yang masih mencintainya dan ingin kembali padanya.

Tira tidak ingin kembali pada pria itu, karena dia kasar dan over protektif pada Tira. Aku masih mengamati pertengkaran mereka. Tira memasuki mobilnya dan pergi. Pria itu menyusul dan menabrak mobil Tira dari belakang lalu memepetnya ke pagar beton jembatan di atas laut hingga mobil Tira ringsek dan hampir jatuh dari jembatan yang pagar betonnya mulai roboh."

Lyra mendengarkan dengan serius dan membayangkan kejadian itu dengan ekspresi cemas.

"Aku tidak tinggal diam melihat adikku yang sepertinya akan dibunuh. Aku melajukan sport biruku dan menabrak mobil bajingan itu untuk menyelamatkan Tira. Saat itu Tira melihat wajahku, karena aku membawanya ke rumah sakit dan dia berterima kasih padaku. Karena kejadian itu aku tidak ingin meneror Tira," sambung Prajas.

Tampaknya Lyra masih tidak percaya dengan cerita Prajas. "Kak Tira melihat wajahmu?"

Prajas mengangguk. "Karena Tira tidak mengenalku, jadi dia tidak tahu kalau sebenarnya aku adalah pacarmu atau kakakmu waktu itu. Tira benar-benar yang paling tidak tahu apa-apa dibandingkan dengan kalian."

Ucapan Prajas terdengar masuk akal bagi Lyra. "Tapi, Ayah bilang... kau yang mencelakai Kak Tira."

Prajas terlihat kesal. "Kau masih percaya dengan apa yang ayahmu katakan? Bukankah masalah Evan juga sudah dikonfirmasi langsung barusan olehnya? Apa kau juga membutuhkan Tira untuk mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi?"

"Jadi, maksudmu, Ayah juga berbohong tentang apa yang terjadi dengan Kak Tira?" tanya Lyra.

"Aku tidak tahu apa saja yang ayahmu katakan pada kalian, tapi yang aku ceritakan memang kebenarannya," jelas Prajas.

Lyra pun bungkam. Ia tidak tahu harus bicara apa lagi. Pada intinya Lyra benar-benar kecewa pada ayahnya yang selama ini membohonginya.

Prajas kembali angkat bicara, "Waktu berlalu begitu lama dan kadang cepat. Tapi, selama itu kau menganggapku penjahat sendirian. Kau menerima kebohongan itu sebagai fakta dan itu membuatku bertanya-tanya, kenapa kau mempercayai semua itu tanpa tahu kebenarannya. Bukankah seharusnya kau bersikap netral?"

Lyra mengangguk. "Baiklah, dalam hal ini aku bersalah, karena mempercayai ayahku begitu saja tanpa tahu fakta dan kebenarannya."

Hening.

Prajas dan Lyra tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Tunggu," gumam Lyra. Ia kembali mendongkak menatap Prajas. "Lalu, kenapa kau mengeluarkan Kak Evan dari tempat rehabilitasi dan menjanjikan obat-obatan terlarang untuknya?"

Prajas menjawab, "Aku mengeluarkannya dari tempat rehabilitasi di Indonesia dengan dua tujuan, yang pertama aku ingin dia masuk ke rumahmu dan mendapatkan kunci agar aku bisa membawamu, dan yang kedua aku ingin Evan direhabilitasi di sini. Ada tempat rehabilitasi yang bagus dan aku pikir Evan bisa sembuh di sini."

Lyra masih menunjukkan ekspresi tidak percaya pada Prajas.

Prajas mengerti kalau Lyra masih belum percaya padanya. "Dengar, Evan dan Tira sama sepertimu. Mereka adikku juga, kan? Ayahmu meninggalkan Evan di tempat rehabilitasi di Indonesia tanpa kejelasan, itu sebabnya aku merasa kasihan dan membawanya ke mari. Aku pura-pura akan memberinya obat-obatan agar dia mau membantuku menculikmu."

"Tapi, kenapa kau harus menculikku?"

"Karena aku ingin tahu, apakah kau bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang?"

◣─────•~❉✿❉~•─────◢

16.57 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang