Part 012

98 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Aero menelepon nomor Lyra sambil melihat reaksi Lyra.

Terlihat Lyra mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Aero melihat ekspresi Lyra berubah khawatir saat melihat layar ponselnya.

"Ada apa dengan ekspresinya? Kenapa dia terlihat panik seperti ditelepon rentenir? Yang meneleponnya ini adalah calon suaminya," gerutu Aero.

Lyra mengangkat telepon darinya. Aero tidak mengeluarkan suaranya. Ia berharap Lyra yang bicara duluan.

Namun, beberapa detik berlalu, bahkan sudah memasuki satu menit. Aero tidak sabar. Ia pun bicara duluan, "Kak Lyra?"

"Iya?" jawab Lyra pelan.

Aero melihat Lyra semakin khawatir saat mendengar suaranya.

"Apa kita bisa makan siang bersama?' tanya Aero tanpa basa-basi.

"Maaf, tapi aku sedang bersama orang lain saat ini," kata Lyra dengan pandangan tertuju pada pria di hadapannya.

Aero terdiam untuk sesaat. Ia menahan kemarahan dalam dirinya, karena Lyra lebih peduli pada pria itu sehingga menolak makan siang bersamanya.

"Halo? Aero?" Lyra memanggil namanya.

"Siapa dia?" tanya Aero kemudian.

"Maksudmu?" tanya Lyra.

"Siapa orang lain yang sedang bersama Kakak saat ini?" tanya Aero lagi.

"Oh, dia teman lama," jawab Lyra.

Setidaknya dia jujur, kalau dia sedang bersama orang lain, tapi aku tetap kesal, batin Aero.

"Baiklah, karena tidak bisa makan siang denganku, sebagai gantinya Kakak harus makan malam bersamaku malam ini. Nanti aku akan menjemput Kakak, mengerti?" ucap Aero penuh penekanan.

"Baiklah, aku akan bersiap," jawab Lyra.

"Nanti akan aku hubungi lagi." Setelah berkata demikian, Aero mengakhiri panggilannya tanpa menunggu jawaban dari Lyra.

Lyra meletakkan ponselnya lalu melanjutkan pembicaraan bersama pria di depannya. Aero tetap berada di dalam mobilnya menunggu Lyra keluar dari Cafe.

Dua jam berlalu.

Aero melihat jam tangannya. "Dua jam lebih mereka mengobrol dan minum-minum di Cafe. Saat bersamaku, Lyra hanya menghabiskan waktu kurang dari satu jam."

Tak lama kemudian, Lyra keluar dari Cafe dan memasuki mobilnya. Pandangan Aero tertuju pada pria misterius itu yang masih duduk di kursinya.

Aero mengira kalau pria itu dan Lyra akan berpindah ke restoran untuk makan siang bersama, ternyata tidak.

Karena tidak ingin kehilangan jejak Lyra, Aero pun melajukan mobilnya mengikuti Lyra.

Ternyata Lyra pulang ke mansion Adiwijaya. Mengetahui itu, Aero pun memilih pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, ia keluar dari mobilnya kemudian melihat plat nomor mobil yang barusan ia gunakan.

"Aku tidak boleh memakai mobil ini lagi, bisa jadi Lyra tahu dibuntuti oleh mobil ini. Kalau sampai ketahuan aku yang membuntutinya... habislah aku," gumam Aero.

"Kalau bersama Lyra, lebih baik aku memakai mobil yang merah saja," sambungnya.

Saat akan memasuki rumahnya, Aero melihat mobil ayahnya yang terparkir di pelataran rumah.

Sesaat Aero terdiam lalu panik. "Gawat, mereka pasti bertengkar lagi selama aku tidak ada."

Aero bergegas memasuki rumahnya. Ia melihat ayah dan ibunya duduk berhadapan di meja makan. Ada banyak hidangan di meja makan yang belum tersentuh sama sekali.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang