◤─────•~❉✿❉~•─────◥
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang mengenakan high heels menuju ke kamar tersebut. Pintu kamar dibuka dari luar. Pandangan Aero tertuju ke pintu yang kini sudah terbuka. Kedua matanya yang yang tadinya berbinar berubah untuk sesaat ketika melihat seseorang yang datang membuka pintu kamarnya.
Ternyata Alicia. Gadis itu membawa satu keranjang buah-buahan lalu meletakkannya ke meja.
"Aku ingin segera datang ke sini untuk melihat keadaanmu setelah mendengar kalau kau sakit," ucap Alicia.
"Lyra di mana?" tanya Aero dengan pandangan tertuju ke pintu berharap istrinya segera menemuinya.
Bukannya menjawab, Alicia duduk di tepi ranjang lalu menyentuh kening Aero. "Suhu tubuhmu tinggi, kau sudah makan? Sudah minum obat? Kenapa tidak pergi ke dokter?"
Aero memegang tangan Alicia untuk menyingkirkannya dari dahinya.
Lyra masuk dan melihat suaminya memegang tangan Alicia. Apalagi Alicia duduk di tepi ranjang dan posisi mereka terlihat sensual dan intim.
Aero panik, karena ia berpikir kalau istrinya pasti berprasangka bahwa dirinya berbuat genit dengan Alicia.
Karena tidak ingin mengganggu, Lyra pun memutuskan untuk keluar dari kamar membiarkan suaminya berbicara dengan Alicia.
Setelah Alicia pamit pulang, Lyra pun masuk ke kamar dan melihat Aero yang menatap ke arahnya. Lyra melihat dua mangkuk bubur yang ia buat pagi ini sudah kosong menandakan kalau suaminya sudah menghabiskannya. Lyra berpikir kalau Alicia yang menyuapi Aero. Padahal nyatanya Aero makan sendiri. Kedua mangkuk bubur itu habis sebelum Lyra dan dan Alicia datang.
Aero akan berbicara, tapi tidak jadi saat melihat istrinya mengambil pakaian dari lemari lalu masuk ke kamar mandi.
Terdengar suara gemericik air di kamar mandi. Aero pun memilih merebahkan tubuhnya kembali ke tempat tidur.
Beberapa menit kemudian, Lyra keluar dari kamar mandi dengan baju rumahan.
"Aku akan memasak untuk makan malam, kau mau bubur lagi atau masakan biasa saja?" tanya Lyra.
"Nanti saja masaknya, kau baru pulang dari kantor. Lagi pula ini baru jam 5. Makan malamnya nanti saja," ucap Aero.
"Tidak apa-apa, aku membeli sayuran segar. Sayang kalau tidak segera dimasak," kata Lyra
"Aku suka bubur buatanmu, jadi aku mau bubur saja," ucap Aero.
Lyra mengangguk. "Baiklah, tunggu sebentar, ya."
Aero mengangguk. Ia menatap punggung Lyra yang berlalu pergi. "Apa mungkin Lyra marah padaku? Mungkin saja iya dia marah padaku, karena melihatku tadi yang memegang tangan Alicia."
Lyra kembali. "Aku baru memasukkan berasnya. Lebih baik sekarang kau mandi dulu."
Aero segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak perlu mandi. Aku tidak kuat berdiri terlalu lama."
"Aku yang akan memandikanmu, jadi ayo kita mandi," kata Lyra sambil mengulurkan tangannya.
Lyra memandikanku? Lalu bagaimana reaksinya saat melihatku telanjang lagi? Waktu itu dia menjerit, bagaimana jika sekarang dia pingsan? Batin Aero. Ia segera mencari alasan.
"Bukankah kau sedang memasak? Kau bilang, kau baru saja memasukkan berasnya. Jadi, lebih baik kau memasak saja dulu. Tidak baik meninggalkan kompor yang menyala," kata Aero.
"Aku memasak buburnya di rice cooker."
Aero terdiam dan langsung blank.
Lyra menarik tangan suaminya lalu memapahnya ke kamar mandi. Ia ekstra hati-hati dan pelan-pelan, karena tahu kepala Aero masih sakit dan berat meski suhu tubuhnya sudah menurun. Lyra mendudukkan Aero di atas closet.
"Buka bajumu, aku akan memeriksa airnya apakah sudah pas atau terlalu panas," kata Lyra kemudian berlalu ke bath up.
Aero melepaskan satu per satu pakaiannya menyisakan boxer hitamnya. Sesaat ia ragu, apakah ia harus melepaskan boxer-nya juga atau jangan.
Ia berbalik membelakangi pintu dan mengintip boxer-nya. "Memang tidak mengecewakan, tapi aku belum siap memperlihatkannya pada Lyra."
Mendengar suara langkah istrinya yang mendekat, Aero langsung bersikap normal.
"Kenapa masih pakai celana? Kau mau mandi sambil memakai celana?" tanya Lyra dengan ekspresi polosnya. Ada gayung di tangannya.
Aero tersenyum kaku. "Aku memutuskan untuk memakai celana ini saat mandi. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman."
"Baiklah, kalau itu maumu." Lyra menyodorkan gayung berisi air hangat pada Aero. "Apa menurutmu ini sudah cukup hangat atau terlalu dingin?"
Aero memasukkan tangannya ke gayung lalu ia mengangguk. "Ini pas."
Lyra memapah Aero untuk naik ke bath up. Dengan telaten, Lyra memandikan suaminya seperti memandikan anak kecil di mana ia duduk di kepala bath up dan Aero duduk di depan kakinya membelakangi Lyra.
Aero hanya diam dan berpegangan ke tepi bath up, karena kepalanya yang sakit.
Lyra menggosok bahu dan punggung kekar suaminya dengan sabun. Pandangannya tertuju pada tato yang sangat kecil di belakang telinga suaminya. Tato tersebut adalah tato jam pasir. Lyra menyentuhnya.
"Kau terobsesi dengan jam?" tanya Lyra.
"Aku hanya menyukai jam. Aku juga mengoleksi jam tangan sejak usiaku 13 tahun," jawab Aero.
Lyra mengangguk mengerti. Ia sering melihat Aero bergonta-ganti jam tangan mewah setiap harinya.
"Kau menyukainya?" tanya Aero.
"Iya, sangat aesthetic," jawab Lyra.
"Lyra," panggil Aero.
"Hmm?"
"Kau tidak marah, kan?" tanya Aero.
"Marah kenapa?" Lyra balik bertanya.
"Aku dan Alicia...."
"Aku tahu kalian berteman baik. Alicia menceritakannya padaku," ucap Lyra memotong ucapan suaminya.
Lyra tidak cemburu sama sekali? Atau dia pura-pura baik-baik saja? Batin Aero.
Lyra keluar dari bath up lalu mengambil jubah mandi dan memakaikannya pada Aero.
"Kau bisa membuka celanamu sekarang, aku tidak lihat, kok." Lyra membelakangi Aero.
Aero melakukan sesuai permintaan istrinya. Setelah membuka boxer-nya, Aero memakai jubah mandi.
"Sudah?"
"Sudah."
Lyra pun memapah Aero ke kamar lalu memilih pakaian untuk suaminya itu. "Bajunya bebas terserah aku, ya."
"Iya," jawab Aero.
Lyra membantu Aero memakai pakaian. Setelah itu, Lyra pergi ke dapur untuk memeriksa buburnya yang ternyata sudah matang.
Lyra membuat dua mangkuk. Ia menambahkan ke masing-masing mangkuk dua telur ceplok yang digoreng tanpa minyak, sayuran yang direbus sebentar, dan suwiran daging ayam.
Dengan nampan, Lyra membawa dua mangkuk bubur itu dan dua gelas air putih ke kamar.
"Kau juga makan bubur?" tanya Aero.
Lyra mengangguk. Ia menyuapi suaminya dari mangkuk satu dan untuk dirinya di mangkuk lainnya.
"Aku dengar, wanita Adiwijaya akan memakan makanan yang dimakan suaminya. Tradisi tersebut dilakukan sejak zaman penjajahan," kata Aero.
"Rupanya kau mengetahuinya," ucap Lyra.
Aero tersenyum. "Apakah itu alasannya waktu itu kau makan ramen menggunakan sendok, karena aku tidak bisa menggunakan sumpit? Jadi, kau ingin menemaniku yang tidak bisa memakai sumpit."
Lyra tidak merespon. Ia tetap menyuapi Aero dan menyuapkan bubur untuk dirinya juga.
"Tapi, sekarang kau bukan Nona Adiwijaya lagi, kau Nyonya Fernanda."
◣─────•~❉✿❉~•─────◢
07.34 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRONOPHILE
Romance◤─────•~❉✿❉~•─────◥ Siapa sangka jika seseorang yang pernah kau tolak cintanya adalah jodohmu? Mungkinkah dia masih menyimpan rasa padamu dan itulah sebabnya dia memilih untuk menjadi pendamping hidupmu? Tapi, bagaimana jika sebenarnya dia masih me...