Part 032

85 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Perlahan kedua mata Lyra terbuka. Samar-samar ia melihat seseorang yang tidur di sampingnya. Lyra mengucek matanya. Ia terkejut melihat ada pria yang tidur satu ranjang dengannya dan kini membelakanginya. Refleks Lyra menendang pria itu hingga tersungkur dan jatuh dari tempat tidur.

"Aw!" ringis pria itu sambil memegangi kepalanya.

Lyra baru ingat kalau dirinya sudah menikah dan tentu saja pria yang barusan ia tendang adalah suaminya.

"Maafkan aku, Aero." Lyra segera menghampiri Aero.

Aero menoleh pada Lyra dengan rambut acak-acakan. Namun, hal tersebut membuatnya terlihat semakin tampan dan seksi.

Lyra melongo melihat pemandangan pagi yang indah di depannya.

Ditatap seperti itu oleh istrinya, Aero menjadi bingung. "Kenapa tiba-tiba menendangku?"

Lyra tersadar. "Maaf, aku lupa kalau kita sudah menikah."

Siang harinya, Aero dan Lyra pun pamit pada keluarga Adiwijaya untuk pindah ke rumah Aero seperti rencana sebelumnya.

Di rumah Aero, Nicholas dan Jessica menyambut mereka. Aero dan Lyra pun makan siang bersama Nicholas dan Jessica.

Namun, sayangnya Jessica harus kembali ke Indonesia hari itu juga, karena ibunya _alias neneknya Aero_ masuk rumah sakit dan harus menjalani operasi.

Jessica memeluk Aero dan Lyra. "Berbahagialah, putraku dan juga putriku."

Sopir pribadi Nicholas mengantar Jessica ke bandara. Sementara Nicholas berbicara dengan Aero dan Lyra.

Jam 4 sore, Nicholas pun pamit untuk pulang.

Aero menunjukkan kamar yang akan mereka tempati. Ada rangkaian bunga di depan pintu. Ranjang di kamar tersebut juga dihiasi bunga di setiap gorden tembus pandangnya. Semua itu biasa kita lihat di kamar-kamar pengantin baru di Indonesia.

Bunga-bunga tersebut adalah bunga asli, alias bukan bunga palsu. Saat memasuki kamar, aroma bunga langsung menyambut mereka.

Ada juga aroma lain yang biasa digunakan untuk meningkatkan 'keharmonisan' yang biasa ditemukan di kamar pengantin baru di Amerika.

"Aku hidup sendirian di rumah ini, sebelum ibuku datang ke mari. Pelayan hanya akan datang seminggu sekali, jadi aku harap kau memakluminya," ucap Aero.

Lyra mengangguk mengerti. "Aku pernah merasakan hal yang sama saat kuliah di luar kota dulu."

Lyra membereskan pakaiannya ke dalam lemari. Aero membantunya, meski Lyra sudah melarang.

Setelah selesai membereskan pakaian, Aero mengajak Lyra berkeliling di rumahnya. Dimulai dari ruang tamu, ruang keluarga, beberapa kamar _temasuk kamar tamu, kamar utama, dan kamar lainnya lantai satu_, ruang makan, dapur utama dan dapur kotor.

Lalu di lantai dua ada ruang bersantai di mana terdapat sebuah jam besar. Meski pun sangat besar, tapi suara detik jarumnya tidak terdengar sama sekali, karena jam tersebut memang sengaja didesain seperti itu. Aero menyukainya, karena ia tidak menyukai suara berisik.

Selanjutnya ada ruangan perpustakaan. Ada banyak rak dan buku di ruangan tersebut. Di samping perpustakaan ada ruangan kerja Aero, kamar utama lantai dua dan beberapa kamar lainnya, ruangan gym pribadi yang menghadap ke pepohonan rimbun di samping rumah, dan yang terakhir mini bar.

"Kau punya mini bar?" tanya Lyra saat melihat ruangan yang dipenuhi rak dan botol minuman.

"Iya, dulu ini rumah ayahku sebelum ayahku menempati mansion keluarga Fernanda. Ayahku menyukai minuman dan membuat mini bar di sini. Setelah Ayah pindah, mini bar ini tetap aku gunakan," jawab Aero.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang