Part 062

58 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Tiba-tiba mobil Prajas berhenti agak jauh dari gerbang mansion Adiwijaya.

"Kenapa berhenti di sini, Mas?" tanya Lyra.

Prajas menatap Lyra lalu ia mendekatkan wajahnya. Lyra membulatkan matanya saat menyadari kalau Prajas mungkin ingin menciumnya.

Hidung mancung mereka bersentuhan. Prajas menutup matanya dan semakin dekat. Lyra menatap bibir pria itu yang tinggal beberapa inci lagi menyentuh bibinrya.

Lyra segera menahan dada Prajas sebelum pria itu benar-benar menciumnya. Prajas membuka matanya karena penolakan Lyra.

"Mas Prajas, kita belum menikah," tolak Lyra halus.

Prajas mendesah kecewa.

Lyra mengalihkan pandangannya. Kedua pipinya memerah, karena malu. Padahal mereka tidak jadi berciuman.

Prajas melajukan mobilnya sampai ke depan gerbang mansion Adiwijaya. Ia terlihat kecewa, karena tidak mengira Lyra akan menolaknya.

Lyra melepaskan seatbelt lalu menoleh pada Prajas. "Sampai jumpa."

Prajas merespon dengan anggukkan.

Lyra keluar dari mobil Prajas. Namun, saat akan menutup pintu, ia kembali masuk dan mengecup pipi Prajas sekilas.

"Selamat malam," kata Lyra kemudian ia berlari kabur dan masuk ke dalam gerbang.

Prajas membeku karena ciuman Lyra meski pun hanya sekelas. Ia menyentuh pipinya. Pria itu tersenyum lalu ia melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Adiwijaya.

Tanpa disadari, Albert berdiri di balkon menatap kepergian mobil sport biru gelap itu.

"Siapa dia? Apakah dia pria atau wanita?" gumam Albert. "Sepertinya itu mobil mahal, tidak sembarangan orang bisa membelinya. Tapi, bagaimana bisa Lyra berteman dengan orang itu?"

Lyra tersenyum senang sambil menaiki tangga menuju kamarnya. Saat membuka pintu dan akan memasuki kamarnya, Evan memanggilnya.

"Lyra?"

Lyra menoleh pada Evan yang berjalan menghampirinya. Pria itu berdehem pelan.

"Siapa dia?" tanya Evan.

Lyra menggerakkan pupilnya ke kiri. "Dia temanku, memangnya kenapa?"

Evan menatap curiga pada Lyra. "Teman? Dia pria atau wanita?"

"Memangnya kenapa?" gerutu Lyra.

Evan mencubit hidung Lyra. "Pasti pria, ya? Kalau wanita, untuk apa kau memakai baju bagus dan berdandan cantik seperti ini."

"Aw! Sakit, Kak Evan!" Lyra menepis tangan Evan.

"Jadi, siapa pria itu? Dia pacarmu? Jujurlah padaku," bisik Evan.

Lyra menggerakkan tangannya. Evan mendekatkan telinganya ke mulut Lyra.

"Iya!" teriak Lyra di telinga Evan membuat pria itu berteriak kaget.

Lyra segera masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya sebelum ia mendapatkan masalah.

"Lyra!" Evan menggedor pintu kamar adiknya. "Bocah ini!"

Lyra tertawa jahat.

"Katakan siapa orang itu? Apa aku mengenalnya?" tanya Evan yang kelewat penasaran.

"Kakak tidak perlu tahu," ledek Lyra dari dalam kamar.

Keesokan harinya, yaitu hari Minggu, Lyra tidak ada kegiatan di rumah. Ia hanya bermain-main dengan kedua anak kucing, yaitu Browny dan Snowy. Albert, Hellena, dan Evan sibuk dengan urusan masing-masing di luar.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang