Part 024

88 6 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Bagaimana dengan Kakak? Apakah Kakak punya pacar sebelum menerima perjodohan ini?" tanya Aero.

Lyra menggeleng. "Tidak."

"Bagaimana dengan Kak Gavin?"

"Kami tidak pernah berpacaran," sanggah Lyra.

"Tapi, kalian ketemuan di Cafe waktu itu, kan?"

"Ya, itu benar. Kami bertemu di Cafe waktu itu," kata Lyra jujur. "Tapi, kami benar-benar tidak memiliki hubungan spesial. Kami hanya teman biasa."

Aero tidak mengira Lyra akan jujur. Tampaknya gadis itu memang tidak berniat menyembunyikan apa pun dari Aero.

"Kak Gavin mengira hubungan kita sudah berjalan 12 tahun sejak aku memberikan buket pada Kakak di pentas seni waktu itu," ucap Aero.

Lyra tidak segera menjawab, tapi sejurus kemudian ia bersuara, "Ya, karena aku yang bilang begitu."

Aero tersenyum kecil.

"Waktu kau pergi ke Amerika, teman-teman SMP mengira kalau kau mencampakkanku dan meninggalkanku. Tapi, aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan tentang hubunganku denganmu. Yang pasti aku berharap kau baik-baik saja di sana," ucap Lyra.

"Aku baik-baik saja," jawab Aero.

Hening.

"Aku tidak melihatnya di pernikahan Kak Tira dan Kak Sean," ucap Aero setengah bertanya.

Lyra menjawab, "Sebenarnya ada hubungan yang rumit antara keluarga Danuarga dengan keluarga Adiwijaya. Jadi, meski pun Gavin temanku, aku tidak bisa mengundangnya begitu saja ke pernikahan kakakku, bahkan acara penting keluarga lainnya pun."

"Maaf, seharusnya aku tidak menanyakan ini," ucap Aero.

"Tidak apa-apa."

Sunyi.

"Kedua kucing Kakak sakit?" tanya Aero.

Lyra mengangguk. "Iya, awalnya Snowy terkena virus lalu Browny tertular. Kak Tira dan aku membawa mereka ke rumah sakit hewan yang bagus untuk mendapatkan perawatan. Sekarang mereka sedang dikarantina di penangkaran kucing."

Senyap.

Lagi-lagi mereka kehabisan topik pembicaraan. Keduanya sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Kenapa kau lebih memilih makan siang ketimbang makan malam?" tanya Lyra.

Sebenarnya keduanya juga boleh. Setelah makan siang denganmu aku juga mau makan malam nanti, batin Aero.

"Karena waktu itu Kakak menolak makan siang denganku dan memilih minum di Cafe bersama Kak Gavin. Jadi, aku memilih makan siang. Makan malam 'kan sudah pernah, ya meski berakhir memalukan," ujar Aero sambil mengalihkan pandangannya.

Lyra tersenyum. "Aku tidak bisa meninggalkan janji pertama untuk janji baru, kecuali kalau mendesak."

"Jika aku jadi Kak Gavin, aku akan membiarkan Kakak pergi," kata Aero. "Karena yang menelepon Kakak adalah calon suami Kakak."

Lyra tidak merespon. Ia menatap Aero.

"Tapi, ya sudahlah." Aero mendesah kecewa.

Lyra mencondongkan tubuhnya lalu mengusap rambut Aero. "Kau marah?"

Aero mendongkak menatap Lyra. Ia merasa familiar dengan situasi ini. Ya, situasi yang sama seperti dua belas tahun yang lalu. Kedua pipi Aero memerah membuat Lyra tersenyum gemas.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang