Part 078

49 3 2
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Lyra berhasil kabur keluar dari kamar Prajas. Ia berlari menuju pintu keluar dan membukanya, tapi tidak bisa terbuka. Lyra melihat ada pemindai sidik jari dan ada slot kartu menandakan kalau pintu apartemen tersebut memiliki keamanan ganda yang tidak bisa dibuka dari dalam (harus memindai sidik jari atau menggunakan kartu khusus __yang digunakan untuk membuka pintu__ agar bisa membuka pintu dari dalam mau pun dari luar). Tentunya hanya pemilik apartemen yang bisa membukanya.

Di saat panik seperti itu, Lyra tidak tahu harus melakukan apa. Ia mendengar suara teriakan Prajas dari kamar. Gadis itu melihat meja dengan taplak yang lebar di dapur.

Pintu kamar dibanting. Prajas keluar dari kamar dengan darah segar yang mengalir ke dahi dan pelipisnya.

"Lyra!" teriak Prajas. Ia melihat ke sekeliling. Tidak ada siapa-siapa di sana.

Prajas menggelengkan kepalanya yang terasa berat dan sakit. Darah dari lukanya terciprat ke mana-mana. Pandangannya tertuju pada kartu di sofa. Senyuman sinis terukir di bibirnya. Ia tahu Lyra masih berada di dalam, karena kartu untuk membuka pintu masih ada di sana.

Prajas mengambil bir dari lemari lalu membukanya dan menumpahkannya ke kepalanya yang terluka. Sebagian ia minum sampai tandas.

Lyra yang bersembunyi di bawah meja tampak kektakutan dalam diam. Ia menggigit bagian bawah bibirnya.

"Keluarlah, Lyra, atau aku akan marah padamu," ancam Prajas. Pandangannya tertuju ke meja di dapur tempat Lyra bersembunyi. Ia melemparkan botol bir tersebut ke lantai.

Lyra tersentak kaget. Ia menutup mulutnya agar tidak berteriak. Jantungnya berdetak kencang saat mendengar langkah kaki yang mendekat. Ia benar-benar ketakutan sekarang.

Prajas melihat gelas-gelas anggur yang menggantung di rak. Ia mendorong gelas-gelas kaca tersebut hingga berjatuhan dan pecah di lantai.

Lyra menutup mulutnya dengan kedua tangan agar tidak beteriak.

Prajas menyebarkan pecahan gelas itu ke seluruh lantai di depan pintu dapur menggunakan kakinya yang memakai sepatu agar Lyra tidak akan bisa kabur lagi.

Hening.

Lyra merasa sedikit lebih aman, namun tiba-tiba Prajas menendang meja tersebut hingga terlempar. Lyra menjerit kaget. Ia beringsut menjauh, tapi Prajas menarik lengannya.

"Bangun!" bentak Prajas.

Lyra menggeleng dan meronta. Ia berhasil melepaskan tangannya dari Prajas dan berlari keluar dari dapur. Prajas terbelak melihat Lyra nekat menginjak pecahan kaca gelas di sana.

Lyra meringis kesakitan saat kakinya menginjak pecahan gelas tersebut dan beberapa langkah kemudian, Lyra kehilangan keseimbangan dan tubuhnya limbung ke samping. Kepalanya membentur ujung laci meja dengan cukup keras membuatnya tersungkur jatuh ke lantai yang dipenuhi pecahan kaca. Gadis itu pun tak sadarkan diri.

"Lyra!" Prajas panik.

Darah segar menggenang dan merembes ke kemeja putih yang dikenakan oleh gadis itu.

Prajas segera melepaskan kemeja Lyra yang berlumuran darah. Ia melihat pecahan-pecahan kecil kaca gelas yang  menancap di punggung, leher, dan lengan Lyra.

Prajas mengangkat tubuh Lyra dan menidurkannya di ranjang dengan posisi tengkurap.

Dalam keadaan yang masih setengah mabuk dan panik, Prajas mengambil kotak P3K besar dan membuka isinya.

Dengan hati-hati, Prajas mencabuti pecahan kaca di punggung Lyra. "Oh, tidak! Maafkan aku, Lyra."

Prajas bangkit dan mencari obat-obatan di lemari. Ada banyak obat di sana dengan nama yang hanya dimengerti oleh orang seperti Prajas.

Selain karena pernah berkuliah di fakultas kedokteran dan juga kesehatan, Prajas juga bergelut di bidang Farmasi dan obat-obatan mengingat dirinya memegang perusahaan Farmasi yang cukup besar.

Jadi, pengetahuannya tentang obat-obatan dan dunia kedokteran tidak diragukan lagi.

Dengan telaten, Prajas mengobati luka-luka itu. Ia juga membuka BRA yang dipakai Lyra. Libido-nya yang tadi meningkat kini berganti dengan kepanikan dan kecemasan.

"Kau akan baik-baik saja, Lyra akan baik-baik saja," ucap Prajas menenangkan dirinya sendiri.

⏰⏰⏰

Saat membuka matanya, Lyra terkejut mendapati dirinya tidur tengkurap. Ketika akan bergerak, Lyra meringis merasakan perih di bagian punggung dan lengannya. Bahkan lehernya juga terasa perih. Ia melihat ke meja rias di samping ranjang. Lyra terbelalak melihat pantulan dirinya sendiri dari cermin meja rias.

Bagian atas tubuhnya terekspos begitu saja alias tidak memakai apa pun. Ada banyak luka sayatan di punggung, lengan dan lehernya. Tampaknya luka-luka itu diolesi oleh obat. Itu sebabnya Lyra merasa perih.

Ada kotak P3K berukuran besar di sisi ranjang. Tampaknya Prajas yang mengobati luka-luka di tubuh Lyra.

Namun, Lyra masih panik dan cemas. Ia berpikir mungkin Prajas melakukan sesuatu padanya saat dirinya tak sadarkan diri. Apalagi saat ini bagian atas tubuhnya telanjang.

Prajas masuk dan melihat Lyra yang sudah bangun dengan kepanikan. Prajas juga terlihat khawatir. Tampaknya pria itu sekarang dalam keadaan sadar sepenuhnya (tidak mabuk).

Lyra segera mengambil selimut dan menutupi tubuhnya. Meski ia merasakan perih saat lukanya bersentuhan dengan selimut. Ia tidak ingin melepaskan selimutnya.

"Jangan ditutup, obatnya akan menempel pada selimut," kata Prajas sambil duduk di tepi ranjang.

Lyra beringsut menjauh dan semakin mengeratkan pegangannya pada selimut. Ia masih takut pada Prajas. Bahkan Lyra tidak berani menatap wajah pria itu.

Prajas menghela napas berat. "Bagaimana caraku mengobatimu kalau kau menghindar dariku?"

"Bawa aku ke dokter," jawab Lyra dengan suara bergetar.

"Aku bisa mengobatimu, aku punya banyak obat. Bahkan lukamu bisa sembuh dan tidak akan membekas jika aku yang mengobati," ucap Prajas.

"Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau melukaiku? Aku pikir kau tidak akan melukai orang yang kau sayangi," tanya Lyra.

Prajas mengalihkan pandangannya tanpa memberikan jawaban kemudian ia bangkit dan berlalu.

"Kau sama seperti Ayah," kata Lyra sambil menatap punggung Prajas.

Langkah Prajas terhenti.

"Kalian sama saja, sama-sama melukai orang yang kalian sayangi hanya untuk mendapatkan apa yang kalian mau, apa pun itu," sambung Lyra.

Prajas berbalik dan menatap Lyra. "Tapi, aku tidak pernah meninggalkan orang yang aku sayangi bagaimana pun alasannya. Tidak seperti ayahmu yang meninggalkan ibuku dalam penderitaan. Jika ayahmu tidak berhubungan dengan ibuku, mungkin sekarang kita bisa bersama. Ini karena ayahmu."

"Jika ayahku dan ibumu tidak berhubungan, maka kau tidak akan pernah lahir dan tidak akan bertemu denganku," sanggah Lyra.

Prajas menyahut, "Aku lahir, tapi bukan dari rahim ibuku dan bukan dari benih ayahmu."

Setelah berkata demikian, Prajas pun berlalu pergi.

Lyra menatap kosong.

Karena tidak bisa pergi dan lari ke mana pun, akhirnya Lyra menyerah dan membiarkan Prajas mengobati lukanya. Pria itu benar-benar mengobatinya dengan telaten sampai lukanya mengering dan bekasnya menghilang (ada obat atau mungkin salep _saya lupa namanya_ yang bisa membuat luka bakar atau luka sayatan menjadi rapat kembali dan cepat pulih tanpa bekas. Jadi, salep itu yang dipakai oleh Prajas untuk mengobati Lyra).

◣─────•~❉✿❉~•─────◢

08.57 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang