Part 063

53 2 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Di restoran.

Prajas dan Lyra makan siang bersama.

"Bagaimana jika orang tuamu marah padamu saat pulang nanti?" tanya Prajas khawatir.

"Biarkan saja. Aku sudah lelah menuruti kemauan ayahku dari dulu, sementara ayahku tidak pernah memberikan apa pun yang aku mau. Mau itu, mau ini, tidak boleh. Aku dikekang terus," ucap Lyra pelan.

Prajas mendengarkan.

Lyra melanjutkan, "Kak Tira baru lulus dan Ayah sudah menyuruhnya mengurus perusahaan cabang di Los Angeles. Aku rasa aku sedikit lebih beruntung, karena tidak disuruh sekolah dan tinggal di luar negeri sendirian seperti kakakku."

Prajas mengerti dengan situasi yang dialami Lyra.

Setelah selesai makan siang, Prajas membayar makanan. Lyra melihat ada pin ornamen ular di dompet pria itu.

Dalam perjalanan pulang, Prajas tampak fokus menyetir. Sementara Lyra duduk di sampingnya.

"Jangan mengantarku sampai ke depan gerbang, ya. Di luar area mansion saja," kata Lyra.

"Kenapa? Kau takut ayahmu marah padaku?" tanya Prajas.

Lyra mengangguk. "Iya, ayahku sangat menakutkan saat marah."

"Aku akan tetap mengantarmu sampai depan gerbang seperti biasa," ucap Prajas.

Lyra merasa khawatir mendengar ucapan Prajas. Ia tahu Prajas tipe orang yang nekat dan akan melakukan apa yang diucapkan olehnya.

"Aku mohon, sampai jalan raya saja, ya," pinta Lyra.

Prajas mengangguk. "Baiklah."

Lyra menghela napas lega. Ia menyandarkan punggungnya. Perhatiannya tertuju ke stiker kecil di sudut kaca depan mobil menyerupai ular.

"Apakah Mas Prajas menyukai ornamen-ornamen yang berhubungan dengan ular?" tanya Lyra.

Prajas mengangguk. "Iya, lambang keluarga Danuarga adalah ular."

Lyra baru ingat, kalau di mansion Danuarga, yaitu tempat tinggal ibunya Prajas juga ada ornamen ular.

Lampu merah menyala. Prajas menghentikan laju mobilnya.

"Aku juga punya tato ular di perutku," ucap Prajas sambil membuka kancing kemejanya.

Lyra terbelalak dengan apa yang dilakukan Prajas. Ia melihat ke sekeliling lalu menutup jendela mobil.

"Mas Prajas, apa yang Mas lakukan? Kenapa membuka baju di sini?" gerutu Lyra sambil menahan kedua tangan Prajas agar berhenti membuka kancing bajunya.

Prajas tetap membukanya dan menunjukkan tato yang lumayan besar terbentang dari perut kekarnya ke dadanya yang bidang. Tato tersebut sangat aesthetic dan keren.

Lyra terkagum-kagum. "Bagus juga."

"Apanya? Tatonya atau tubuhku yang bagus?" goda Prajas.

"Tatonya," gerutu Lyra.

Lampu merah menyala. Prajas pun melajukan mobilnya dengan tangan kanan memegang stir dan tangan kiri mengancingkan kemejanya.

"Bagaimana dengan keluarga Adiwijaya? Pasti punya lambang juga, kan?" tanya Prajas.

Lyra mengangguk. "Lambang keluarga Adiwijaya adalah singa jantan."

"Wah, bukankah itu keren?" ucap Prajas.

Lyra mengangguk. "Ya."

Seperti permintaan Lyra, Prajas menghentikan mobilnya di jalan raya. Lyra harus berjalan beberapa meter ke jalur yang nantinya memasuki area mansion Adiwijaya.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang