EP. 15. I'm Yours, You're Mine
********
Terhitung satu minggu resmi berpacaran. Tapi tidak ada perubahan yang spesial layaknya pacar pada umumnya dari Jingga. Gadis itu bersikap biasa-biasa saja sehingga membuat Biru gregetan sendiri. Apa gadis itu tidak tahu konsep berpacaran itu seperti apa?
"Huuft....." Berulang kali Biru membuang napas kasar. Dia tatap layar ponselnya, berharap Jingga membalas pesan singkat yang dikirimkannya tiga puluh menit lalu. Hal ini membuat Biru tak konsentrasi pada penjelasan guru yang sedang berlangsung di depan kelasnya.
Selama satu minggu ini pula Jingga terus berusaha menghindari Biru. Gadis itu bahkan selalu saja mencari alasan saat dia mengajaknya bertemu di sekolah ataupun berangkat dan pulang bersama.
Satu lagi, seminggu ini Biru juga merasa sulit untuk menemukan Jingga di sekolah. Jingga sangat pintar kabur-kaburan.
********
"Ikut aku."
"A....."
Jingga hampir memekik, dia kembali mengatupkan mulut begitu mengetahui seseorang yang menarik tangannya adalah Biru.
Hari ini jadwal belajar bersama Obi. Baru saja Jingga menginjakkan kakinya di ambang pintu perpustakaan sekolah, tiba-tiba Biru datang dan menariknya. Entah kapan cowok itu datang dan mengetahui dirinya ada di perpustakaan. Padahal Jingga sudah berusaha sembunyi-sembuyi dari Biru selama satu minggu ini.
"Kamu apa-apaan, sih? Lepasin aku." Protes Jingga nyaris limbung karena harus mengikuti langkah besar Biru yang cepat. "Nanti orang lain lihat, Kak." Imbuhnya seraya terus meronta kecil agar Biru melepaskan cengkeraman di pergelangan tangannya.
"Nggak peduli. Kamu pacar aku sekarang." Sahut Biru tanpa menoleh dan mempercepat langkahnya, beruntung koridor sekolah sepi karena memang jam sekolah sudah habis.
Sementara Jingga hanya merengut masam dan pasrah mengikuti langkah Biru yang menyeretnya menuju parkiran.
"Masuk! Aku anter kamu pulang." Perintah Biru tanpa ekspresi sesaat setelah berhasil membukakan pintu mobil untuk Jingga.
Jingga menggeleng. "Enggak. Aku bisa pulang sendiri. Lagian aku harus ngajarin Obi dulu. Dia pasti lagi nunggu aku."
Biru menarik napas frustrasi. Dia sudah cukup bersabar pada Jingga selama satu minggu ini, tapi gadis itu malah terus membuatnya geram.
"Aku nggak mau bilang hal ini untuk yang ketiga kalinya. Masuk!" Ulang Biru, nada bicaranya terdengar dingin, tatapannya menyorot tajam hingga membuat Jingga sedikit takut.
Jujur, Jingga tidak terbiasa dengan kehadiran seseorang yang suka memerintah dan seenaknya seperti Biru.
Orang-orang di sekelilingnya tidak ada satu pun yang seperti ini. Oleh karena itu, Jingga sendiri bingung dengan keputusannya dan memilih untuk menghindar selama satu minggu ini. Antara menyesal dan tidak.
"Ya udah lepasin dulu." Ucap Jingga kesal seraya menyentak tangan Biru hingga cengkeraman itu terlepas, lalu masuk ke dalam mobil. Batinnya menggerutu. Kenapa dia selalu tidak memiliki keberanian untuk benar-benar menolak setiap Biru memerintahnya?
Selama perjalanan, baik Biru maupun Jingga tidak ada yang berbicara. Keduanya sama-sama terdiam dalam pikiran yang berbeda. Jingga masih bingung bagaimana harus menghadapi situasi ini
Jingga tidak pernah menyangka akan berakhir pacaran dengan Biru yang baru dikenalnya belum lama, mungkin hanya hitungan minggu.
Biru, si cowok pemaksa, tapi selalu membuatnya merasa diperlakukan secara spesial, Jingga akui itu. Mungkin hal tersebut juga yang membuatnya jatuh cinta pada Biru meski saat ini dia masih bingung akan keputusan yang diambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...