EP. 50. Pick Me
********
"Kamu lagi ada masalah?" Tanya Hana heran dengan sikap Jingga yang lebih banyak diam dengan wajah murung seharian ini.
Selepas memeriksa pasien, biasanya Jingga akan membahas makanan untuk makan siang atau berbagi cerita mengenai drama Korea yang telah dia tonton. Ini tak seperti biasanya.
"Ohh? Apa, Han?" Jingga sedikit terkesiap.
Hana memutar bola matanya malas, lalu mengulang pertanyaannya. "Kamu lagi ada masalah? Kok diem mulu dari tadi?"
"Enggak, kok. Aku cuma lagi datang bulan." Elak Jingga seraya menyunggingkan senyum dipaksakan.
"Pantesan." Hana manggut-manggut mengerti. "Gimana kalau nanti kita cari makanan yang manis atau pedes? Biasanya aku makan itu kalau lagi PMS. Aku jamin nanti mood kamu balik lagi, deh."
"Boleh." Sahut Jingga tak bersemangat, tapi senyuman tipis tetap tersungging dari bibirnya.
Tak ada lagi percakapan setelah itu, hanya terdengar derap kaki mereka yang melangkah menuju ruang ICU untuk memeriksa pasien pasca operasi.
Karena fokusnya kurang, Jingga tak memperhatikan keadaan sekitar, hingga akhirnya dia menabrak dan kepalanya membentur dada bidang seseorang, tubuhnyapun sedikit terhuyung ke belakang, untung saja orang yang dia tabrak menahan pinggangnya dan membuat Jingga kembali berdiri tegak.
"Dok, kamu nggak apa-apa?" Tanya Hana yang khawatir melihat Jingga menahan sakit.
"Aww, sssh . . . ." Jingga mendesis, menahan ngilu pada tulang hidungnya yang terbentur cukup keras.
"Kamu nggak apa-apa, Ji?" Tanya Langit tak kalah khawatir sembari menyentuh hidung Jingga untuk memeriksanya, hidung gadis itu tampak berdarah.
Jingga mendongakkan kepala, dia tertegun saat mengetahui ternyata Langit adalah orang yang ditabraknya. Sejenak, pandangan mereka saling bertemu, terkunci selama beberapa detik.
"Ung, aku nggak apa-apa." Jingga buru-buru menepis tangan Langit yang sedang mencoba untuk menyeka darah dari hidungnya.
"Hidung kamu berdarah, Ji." Langit kembali meraih wajah Jingga untuk memastikan keadannya.
"Nggak apa-apa, aku bisa ngobatin ini nanti." Ucap Jingga dingin dan kembali menjauhkan tangan Langit dari wajahnya. "Aku permisi."
"Ji . . . ." Langit menahan lengan Jingga yang hendak beranjak meninggalkannya. Dia heran dengan sikap Jingga yang tampak berbeda dari biasanya. Normalnya, gadis itu akan menggerutu dan mengaduh kesakitan dengan nada yang dibuat manja, tapi sekarang tidak. Gadis itu terlihat dingin.
"I'm okay. . . ." Jingga melepaskan tangan Langit yang memegang lengannya sambil tersenyum lemah, kemudian dia berlalu pergi, meninggalkan Langit yang menatapnya dengan sendu.
Langit merasa Jingga seolah sedang menghindarinya. Dia ingat, tadi pagi saat mereka berpapasan, saat Jingga hendak naik lift, gadis itu mengurungkan niatnya ketika mengetahui Langit ada di dalam sana. Langit akan menegurnya, tapi gadis itu buru-buru pergi tanpa bicara sepatah katapun.
Hana juga merasa heran dengan sikap Jingga pada Langit, namun dia tak terlalu memikirkannya. Hana teringat tadi Jingga mengatakan sedang datang bulan. Mungkin sikap dingin Jingga pada Langit hanya mood swing saja.
********
Malam harinya sekitar pukul setengah tujuh, Jingga dan Biru keluar dari butik selepas mereka melakukan fitting baju pengantin. Mereka dalam satu mobil yang sama, sementara Tante Lisa pulang mengendarai mobilnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...