EP. 65. Chance
********
Biru yang sedang bermain bola dengan anak-anak di halaman samping panti asuhan mengejar bola yang tak sengaja menggelinding jauh dari tempat mereka.
"Maaf, bolanya–" Ucap Biru saat melihat seorang gadis memakai long coat warna pastel berpadu mini dress warna abu-abu sedang berjongkok mengambil bolanya.
Biru begitu terkesiap saat gadis itu berdiri tegap dan mendongakkan kepala ke arahnya. Nampak gadis itu sama terkejutnya melihat Biru, hingga tanpa sadar dia menjatuhkan bola yang ada di tangannya.
"Jingga . . . ." Panggilnya lirih. Tubuhnya seketika menegang begitu mendapati gadis yang ada di hadapannya ternyata Jingga, pandangannya terpaku menatap gadis yang sangat dirindukannya itu.
Tidak ada yang berubah dari gadis itu, masih sama seperti saat terakhir kali Biru bertemu dengannya, cantik. Yang berbeda hanya rambutnya yang pendek dengan potongan layer sebahu, dan itu membuatnya semakin cantik hingga mata Biru enggan untuk berkedip.
Dengan jantung yang berdebar hebat, seiring dengan rasa rindu yang menumpuk di hati, perlahan kakinya bergerak maju mendekati Jingga, tangannya lalu mulai menyentuh kedua lengan bahu gadis itu dan meremasnya seiring dengan napasnya yang mulai tercekat. Biru hanya ingin memastikan bahwa dia nyata.
Dipandanginya kembali wajah Jingga yang kini juga sedang menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. Matanya tampak berkaca-kaca mendapati sosok Jingga yang ada di hadapannya saat ini tanpa kekurangan apapun. Hatinya lega dan bersyukur sedalam-dalamnya mengetahui Jingga masih hidup dan pulang dengan selamat.
Lalu tanpa bisa menunggu lebih lama lagi, Biru langsung membawa tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Dia tumpahkan semua kerinduan yang tertumpuk di dalam hatinya selama ini.
"Makasih kamu udah kembali." Ucap Biru dengan suara yang kian memberat.
Detik berikutnya Biru dibuat terkejut saat Jingga tiba-tiba mendorong kasar tubuhnya hingga pelukannya terlepas. Gadis itu kemudian memundurkan dirinya dengan perlahan untuk menjauhkan jarak dengan Biru.
"Ji?" Suara Biru terdengar pelan, tatapannya memelas, dia kemudian berusaha untuk kembali merengkuh tubuh Jingga, namun gadis itu menepis tangannya.
Biru menatap Jingga dengan tatapan terluka, hatinya mencelos sakit saat melihat penolakan Jingga, terlebih raut wajah Jingga yang menatapnya tanpa ekspresi.
Senyuman dan tatapan hangatnya seolah lenyap dan berubah menjadi bongkahan es dalam seketika. Kenapa begitu menyakitkan?
"Jingga." Biru kembali memanggil namanya, panggilan itu terdengar penuh permohonan. Namun, tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Jingga, seolah mulutnya terkatup rapat untuk Biru.
Lantas dengan gerakan perlahan Jingga berbalik dan melangkahkan kakinya untuk berlalu pergi dari sana. Biru bersiap mengejarnya dan membuka mulut untuk memanggil nama gadis itu. Namun suara bu Kinan mendahului memanggil nama Jingga, membuat Biru mengatupkan kembali mulutnya.
"Jingga."
Gadis itu menghentikan langkahnya saat suara yang sangat dia kenal memanggil. Mau tidak mau, dia kembali membalikkan tubuhnya. Terlihat Bu Kinan sudah berdiri di samping Biru.
"Mau ke mana, Ji?" Tanya Bu Kinan heran karena Jingga datang, tapi tidak langsung masuk seperti biasanya.
"Bu Kinan." Cicit Jingga dengan suara tercekat.
"Kamu mau ke mana, Ji? Kenapa nggak masuk?" Ulang Bu Kinan dengan kening mengernyit.
"Maaf, aku harus pulang lagi, Bu." Jawab Jingga tersenyum tak enak hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...