86. Awkward

3.2K 178 5
                                    

EP. 86. Awkward

*********

Biru menggeliat kecil dalam tidurnya, tangannya refleks bergerak mencari-cari tubuh Jingga untuk dia peluk.

Keduanya saat ini masih bergelung di bawah selimut setelah beberapa jam yang lalu baru saja tiba di rumah orang tua Jingga dari kepulangannya berbulan madu.

Biru dan Jingga tiba di rumah sekitar tengah malam, rasa lelah di tubuh masing-masing karena perjalanan jauh membuat mereka ingin berlama-lama beristirahat dan enggan untuk bangkit dari tempat tidur.

Merasakan tubuhnya tertarik, Jingga yang juga tengah tertidur mulai terbangun. Perlahan, dia membuka matanya hingga terbuka dengan sempurna. Kedua sudut bibirnya tertarik tatkala mendapati wajah Biru ada di hadapannya.

Wajah tampan Biru adalah pemandangan yang selalu Jingga lihat setiap kali membuka matanya di pagi hari akhir-akhir ini, dan Jingga menyukainya. Dia tidak akan pernah bosan meski harus setiap detik melihatnya.

"Bangun. . . ." Suara Jingga terdengar lirih. Dia sedikit mengambil jarak agar lebih leluasa untuk mangamati wajah tampan Biru. Tangannya lantas terulur mengelus rahang sang suami yang terasa halus tanpa ada sedikit bulu pun karena laki-laki itu rajin melakukan facial hair.

"Sayang. . . ." Panggil Jingga sekali lagi, namun laki-laki itu hanya melenguh.

"Capek banget, ya?" Jingga tersenyum gemas menatap wajah polos Biru yang tampak sangat tenang. Berbeda sekali saat dalam keadaan sadar, laki-laki itu akan sangat menyebalkan dan terus mengganggunya.

"Manis banget, sih, kalau lagi tidur." Ucap Jingga gemas, ingin sekali dia mendaratkan cubitan di pipi Biru, namun dia enggan melakukannya karena tak ingin membuat suaminya terbangun.

Pada akhirnya, bukan cubitan yang mendarat di pipi Biru. Tapi sebuah ciuman penuh kasih sayang dari Jingga.

"Morning kiss." Gumam Jingga sesaat setelah mendaratkan kecupan di pipi suaminya. Lalu, dengan gerakkan perlahan melepaskan tangan Biru yang melingkar erat di pinggangnya, kemudian dia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah membersihkan diri, Jingga memilih untuk keluar dari kamar, meninggalkan Biru yang masih tertidur lelap. Lantas dia melangkahkan kakinya menuju ke lantai bawah, menghampiri Bunda yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.

"Pagi, Bun." Sapa Jingga riang begitu langkahnya tiba di dapur.

Terlihat Bunda yang bergerak lihai menyiapkan keperluan sarapan dibantu dengan Bibi asisten rumah tangga. Biasanya Senja yang membantunya, namun karena kondisinya tengah hamil besar, Bunda jadi melarangnya untuk melakukan apapun.

"Ciee, yang udah punya suami, bangun tidur langsung ke dapur. Biasanya juga susah bangun, tuh."

Jingga mendengus dengan wajah tersipu begitu mendengar Bunda menggodanya.

"Bunda apaan sih. Kok, ngeledekin aku?" Ujarnya dengan wajah merengut lucu.

Lantas dengan manja Jingga mendekati dan memeluk Bunda dari belakang, menyerukkan wajahnya di ceruk leher wanita yang telah melahirkannya itu, dia kemudian mengendus aroma tubuhnya yang selalu terasa menenangkan.

"Ya ampun, Jingga. Kamu kalau nggak mau bantuin, jangan ganggu Bunda kayak gini, dong." Bunda yang sedang memotong bawang merah dengan serius merasa terganggu dengan tingkah manja putri semata wayangnya itu.

"Kangen banget sama Bunda." Jingga semakin mengeratkan pelukannya. Baru seminggu dia tidak bergelayut manja dengan ibunya, tapi Jingga sangat merindukan kebiasaan ini.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang