49. Exert Yourself

3.7K 248 2
                                    

EP. 49. Exert Yourself

********

"Eung, Ji." Panggil Langit kemudian setelah meneguk minumannya.

"Hmm." Jingga mendongakkan kepalan untuk mempertemukan pandangannya dengan Langit yang sejak tadi duduk berhadapan dengannya.

"Main jujur-jujuran, yuk." Jingga hampir tersedak dengan pizza yang sedang dia kunyah di mulutnya saat mendengar ucapan Langit yang terdengar sangat konyol dan menggelikan ini.

Langit terkekeh melihat reaksi Jingga yang menurutnya sedikit berlebihan. Dengan kedua tangan, dia memegang erat botol air mineralnya, dia kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Permainan apaan, tuh?" Jingga tak langsung menyetujui untuk ikut bermain.

"Ikutin aja. . . ." Ucap Langit tak mau berdebat.

Menghela napas panjang, Langit kemudian berpikir sebentar untuk mengingat-ingat semua moment yang sudah dia lalui bersama Jingga.

"Hmm. . ., jujur, sebenarnya aku sebel banget waktu kita masih TK, kamu suka manggil aku hey, atau lembek. Udah gitu tengil banget lagi manggilnya. Pas TK, kamu tuh, kayak preman tahu. Mana suka banget gangguin aku lagi." Langit mendengus di akhir kalimatnya.

Jingga tersenyum, ingatannya melayang jauh pada saat dia dan Langit masih berada di taman kanak-kanak.

Langit dan Jingga kecil memiliki sifat yang berbanding terbalik. Jika Langit pendiam, sangat lemah, dan suka dirundung. Maka Jingga adalah anak perempuan yang aktif, sikapnya sedikit angkuh, kuat, dan akan membela siapa saja yang mendapat perlakuan tidak adil termasuk Langit.

Benar, saat masih berada di taman kanak-kanak, Langit adalah anak yang selalu dirundung teman-temannya karena sikapnya yang sangat pendiam, sulit bergaul, sehingga tidak memiliki teman, sebelum kemudian Jingga datang membela dan mengajaknya untuk berteman.

Bagi Jingga, Langit adalah teman pertama dan satu-satunya. Walaupun Jingga adalah anak yang aktif, Jingga tidak memiliki teman yang benar-benar dekat dengannya. Itu karena tubuhnya seolah mampu memproteksi dirinya mengenai siapa yang boleh mendekat atau dia dekati. Jingga memilih teman berdasarkan kata hatinya, dan Langit adalah orang yang boleh berteman dengannya, biarlah dia dikatakan sombong.

Langit yang suka menyendiri sebenarnya risih dengan kehadiran Jingga yang selalu mendekati dan mengganggunya setiap hari. Jingga selalu mengajaknya bicara dan bermain bersama, namun Langit selalu mengabaikannya. Sampai suatu saat, Jingga merasa gemas dan merebut buku gambar milik Langit dan memasukan ke dalam tas miliknya.

Hingga akhirnya Langit kesal dan meminta Jingga untuk mengembalikan buku gambarnya. Jingga tersenyum puas karena akhirnya Langit mau berbicara dengannya. Kemudian, Jingga dengan segala keusilannya mengatakan bahwa Langit harus mau berteman dan bermain dengannya kalau buku gambarnya ingin kembali. Sejak saat itulah mereka menjadi dekat.

"Haha, itu karena dulu kamu emang lembek. Mana ada anak cowok yang dibully, tapi diem aja. Udah gitu ya, kamu, tuh, pendiam banget kayak orang yang nggak bisa ngomong. Makannya aku suka gangguin kamu." Jingga tergelak menimpali.

"Jujur, aku juga sebel sama kamu kalau kita jalan-jalan ke mall. Masa iya, aku yang ngikutin kamu dari satu toko ke toko lain, udah gitu bawa belanjaan kamu yang seabrek lagi. Di mana-mana tuh, biasanya cowok yang ngikutin cewek belanja, ini malah sebaliknya." Tambah Jingga. Langit mendengus antara kesal dan geli.

"Itu, kan, hobi aku." Langit membela diri. Jingga hanya memutar bola matanya malas. Heran saja sampai sekarang karena Langit memiliki hobi belanja berlebihan seperti itu.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang