EP. 95. A True Man
*********
Sore harinya, Jingga tiba di apartemen dengan beberapa kantong belanjaan dan sebuah kantong plastik kecil berisi alat tes kehamilan di tangannya. Niat untuk keluar membeli alat tes kehamilan di apotik tadi pagi, seketika terurungkan tatkala Mama Lisa tiba-tiba datang ke apartemen dan mengajaknya untuk jalan-jalan ke mall.
Alhasil, seharian ini Jingga menyusuri mall bersama ibu mertuanya. Namun, dia cukup senang karena Mama ternyata orang yang sangat asyik dan bisa diajak bertukar pendapat mengenai barang-barang yang hendak dibelinya tadi. Mama adalah ibu-ibu kekinian hingga Jingga tidak merasa bosan saat jalan bersamanya.
Dan yang lebih menyenangkannya lagi, ibu mertuanya itu membayar semua barang belanjaan miliknya. Katakanlah dia tak tahu malu, walaupun sedikit tak enak hati, tapi tetap saja ujung-ujungnya senang. Jingga tak ingin menyangkalnya.
Menyimpan semua kantong belanjaannya di samping sofa yang ada di kamar, Jingga segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekaligus ingin mencoba alat tes kehamilan yang tadi dibelinya di apotik selepas Mama mengantarnya pulang.
Hanya dengan menegenakan bathrobe dan handuk kering membungkus kepalanya, Jingga lantas membuka bungkusan plastik putih yang tadi dia bawa ke kamar mandi, lalu mengeluarkan isinya dari sana.
Tangannya lantas menggenggam tiga jenis test pack dari yang paling murah hingga mahal yang akan memastikan apakah malaikat kecil yang dia pikirkan sudah ada di dalam rahimnya saat ini.
Jingga kembali merasakan jantungnya berdegup hebat. Dia sangat berharap apa yang dipikirkannya memang ada di sana, bayi kecil tumbuh dengan baik di dalam rahimnya.
Seharusnya Jingga melakukannya di pagi hari saat buang air kecil pertama kali, karena katanya konsentrasi urine di pagi hari memiliki konsentrasi paling pekat dan mengandung hGC lebih tinggi daripada waktu lainnya agar tak mendapatkan hasil yang bias atau salah. Namun, Jingga sudah sangat penasaran. Dia tidak bisa menunggu sampai besok.
Mengambil sampel urine dalam wadah penampungan urine, lalu dengan tangan berkerigat dingin Jingga mulai mengunakan ketiga jenis test pack tersebut sesuai dengan cara yang direkomendasikan pada masing-masing kemasan.
Pertama dia meneteskan urine menggunakan pipet pada test pack stick. Lalu terakhir dia mencelupkan test pack strip dan digital secara bersamaan ke dalam wadah.
Jingga menunggu beberapa saat dengan harap-harap cemas, dia memejamkan matanya sambil merapalkan doa, berharap semua hasilnya positif.
Setelah beberapa menit berlalu, Jingga membuka matanya, kemudian dia melihat salah satu test pack menunjukkan dua garis merah.
Jantungnya semakin berdebar, namun dia masih belum ingin mengambil kesimpulan, lantas Jingga beralih pada test pack lainnya yang ternyata menampilkan tanda positif.
"Oh my God." Jingga mulai terharu. Tangannya semakin gemetar, dia lalu beralih pada test pack digital.
"Pregnant 2-3." Jingga membaca tulisan yang ditampilkan dalam layar kecil test pack digital tersebut. Itu berarti, dia tengah mengandung dan usia anaknya sudah sekitar dua hingga tiga minggu.
"This is real?" Jingga menatap layar kecil itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Jingga bisa merasakan kebahagiaan kini menyelimuti hatinya. Mungkin, jika dia sedang berada di dunia komik, dia sudah melayang tinggi ke angkasa saking bahagianya. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk mengatakan ini pada suaminya, Biru. Jingga tidak ingin menyimpan kabar bahagia ini sendirian terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...