102. Mom and Dad

2.9K 141 2
                                    


EP. 102. Mom and Dad

********

Menginjak usia enam bulan kehamilannya, perut Jingga semakin hari semakin membesar diiringi dengan kenaikan berat badan yang signifikan hingga membuat tubuhnya kian berisi, namun hal itu sama sekali tidak mengurangi kecantikannya. Justru Jingga terlihat semakin cantik, di mata Biru tentunya.

Rencana awal Jingga yang hanya akan mengambil cuti bekerja selama tiga bulan, kini malah dia teruskan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Selain karena semua keluarga melarangnya untuk bekerja, Jingga juga ingin fokus dan menikmati masa-masa kehamilan pertamanya.

Walaupun tidak bekerja, Jingga tidak merasa bosan sama sekali karena dia mengisi kegiatannya dengan berbagai hal, seperti berkebun, bermain games, membaca buku seputar kehamilan dan persalinan, senam hamil, dan masih banyak lagi.

Sesekali Jingga juga berkunjung ke rumah kakaknya Bintang dan bermain dengan keponakan barunya yang ternyata berjenis kelamin laki-laki, tidak sesuai harapannya yang menginginkan keponakan perempuan. Tapi, itu tidak masalah karena sebentar lagi dia akan memiliki anak perempuan.

Satu minggu yang lalu, Biru dan Jingga kembali memeriksakan kandungannya dan melakukan USG sekalian untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang memang sudah terlihat. Hasilnya, ternyata benar apa kata Papa, jenis kelamin anak mereka adalah perempuan.

Semua orang bahagia mendengarnya, terutama Papa yang memang sangat menginginkan kehadiran anak perempuan dalam keluarganya. Seluruh keluarga tidak sabar menantikan bayi perempuan yang dijuluki Starla itu lahir.

Selama Jingga hamil, dia mendapatkan perhatian penuh baik dari Biru maupun keluarga. Mama bahkan ikut tidak bekerja demi menemani Jingga di rumah dan menyerahkkan butiknya pada orang kepercayaannya.

Begitupula dengan Ayah dan Bunda, mereka selalu mengunjungi Jingga dua kali dalam seminggu hanya untuk memastikan putri semata wayangnya itu sehat dan kehamilannya berjalan lancar.

Sementara Biru, sang suami. Laki-laki itu terlihat sangat sabar menghadapi masa kehamilan Jingga.

Misalnya, di saat Jingga mengalami perubahan mood, maka Biru akan berusaha mengontrol emosi istrinya. Saat Jingga menginginkan susuatu dan membangunkannya di tengah malam, Biru tidak pernah protes dan selalu menuruti keinginan istrinya meski dirinya sangat lelah karena seharian bekerja. Begitupula saat Jingga mengeluh pinggang dan punggungnya pegal, maka Biru dengan penuh ketulusan akan mengusap-usapnya.

Biru benar-benar menjadi support system yang baik untuk Jingga, dia selalu berusaha dan bersedia melakukan segala sesuatu demi kepuasan dan kebahagiaan istrinya.

"Aku keringetan, Kak." Protes Jingga risih karena Biru terus bergelayut manja padanya. Selalu seperti ini saat laki-laki itu libur bekerja, menempel pada Jingga layaknya cicak di dinding.

Saat ini Jingga tengah duduk di sofa ruang keluarga setelah beberapa saat lalu dia melakukan senam hamil bersama instruktur senam yang sengaja Biru datangkan ke rumah.

Laki-laki itu terlalu posesif tidak memperbolehkan Jingga mengikuti kelas senam ibu hamil di luar, hal itu semata-mata karena Biru tidak bisa selalu menemaninya, dan dia akan merasa khawatir jika Jingga keluar tanpa ditemani dirinya.

"Nggak apa-apa, kok, aku suka." Ucap Biru sembari menghirup aroma tubuh Jingga dalam-dalam di ceruk lehernya. Aroma parfum yang bercampur keringat tercium jauh lebih baik, Biru menyukainya.

"Jangan gini, ihh. Nanti kalau ada orang lihat gimana?" Jingga menggerak-gerakkan bahunya pelan agar Biru menyingkir, namun laki-laki itu kini malah mencium dan menggigiti kecil telinga Jingga.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang