4. The Day We Meet

6.8K 490 4
                                    

EP. 4. The Day We Meet

********

Jingga duduk di kursi taman belakang sekolah di bawah naungan pohon Tabebuya yang melindunginya dari pancaran cahaya matahari sore yang masih cukup menyengat.

Dia termenung, bertanya-tanya apa benar Obi yang sudah iseng mengirimnya foto? Jingga menggeleng. Itu tidak mungkin, karena jika dilihat dari wajah polosnya. Obi tidak mungkin seiseng itu. Tadi pun saat bertemu, cowok itu memasang ekspresi biasa saja.

Tapi jika itu memang Obi, tidak masalah. Toh, Jingga hanya ingin tahu dan bertanya siapa yang mengirim dan kenapa dia iseng memotretnya tanpa izin. Itu benar-benar tidak nyaman karena itu berarti ada seseorang selalu mengikuti atau bahkan menguntitnya.

"Huuft...." Menghembuskan napasnya kasar, Jingga lalu mengangkat dan melihat jam bertali kulit warna kuning yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah empat tepat.

Kepalanya lantas celingukkan, pandangannya menyisir taman belakang sekolah yang cukup luas itu. Terlihat beberapa siswa masih berlalu lalang di sekitar sana.

Jingga bingung, sebenarnya siapa yang sedang dia cari? Sudah 30 menit berlalu, tapi tidak ada siapapun yang menghampirinya sejak awal dia datang ke sana. Tapi meski demikian, Jingga memutuskan untuk menunggu sebentar lagi.

Untuk menepis kejenuhan, Jingga mengambil ponsel dan earphone dari dalam tasnya yang sejurus kemudian lagu Payphone dari Maroon 5 ft Wiz Khalifa mengalun indah di telinganya.

Lagu yang Jingga dengar seolah menjadi pengantar tidur untuknya. Dia kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, lalu matanya mulai memberat dan perlahan terpejam.

Entah setengah sadar atau sedang bermimpi, tiba-tiba Jingga melihat ada sosok jangkung yang berjalan ke arahnya. Aroma maskulin khas laki-laki langsung menyeruak masuk ke indra penciumannya begitu sosok tersebut ada di hadapan dan duduk tepat di sebelahnya. Sosok itu semakin dekat, hingga Jingga bisa merasakan deru napas orang itu menyapu separuh wajahnya.

Sejurus kemudian, benda lembut dan lembab dia rasakan menyapa bibir merah jambuunya, membenamkannya cukup lama, dan menyentuhnya dengan lembut.

"What is this? Is this a dream or what?" Gumam Jingga dalam hati, dia ingin bangun tapi tubuhnya seolah melumpuh.

"This is my first kiss. Stop, please." Jingga berusaha membuka matanya yang terasa dilem, ingin segera sadar dari mimpi yang cukup indah dan aneh ini.

"Eungh. . . ." Lenguh Jingga bangun dari tidurnya dengan napas sedikit memburu. Matanya mengerjap bingung, pun dengan raut wajahnya yang linglung.

"Cuma mimpi, ya?" Gumam Jingga dalam hati sambil menyentuh bibir bawahnya yang sedikit basah. Gadis itu mengira jika dia sudah ngiler saat tidur, buru-buru dia mengelap bibirnya dengan punggung tangan.

Detik berikutnya, rona merah menghiasi wajah cantiknya. Sadar bahwa dia sudah bermimpi mesum. Padahal, menyukai lawan jenis saja dia tidak pernah.

"Ehem." Dehem Jingga untuk menenagkan dirinya. Ahh, dia tiba-tiba malu sendiri.

Sejenak dia kembali menyusuri keadaan sekitar yang semakin sepi dan tidak ada tanda-tanda orang yang ditunggunya akan datang. Gadis itu dibuat terkejut saat mengetahui jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, ternyata dia tertidur cukup lama.

Lalu, bola matanya yang jernih kembali menggerayangi sekitar, tampak langit sore sudah mulai gelap.

Mendadak tengkuk Jingga meremang kala menyadari suasana sekolah yang sangat sepi. Sepertinya semua penghuni sekolah juga sudah pulang.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang