EP. 84. Our Love Story
*********
Sore harinya, Biru dan Jingga sudah siap untuk memulai acara bulan madunya. Mereka kini sudah berada di international lounge untuk menunggu keberangkatan pesawatnya ke Swiss.
Keduanya memilih kota St. Moritz sebagai tempat bulan madu mereka. Biru dan Jingga ingin menikmati pemandangan kota St. Moritz yang dikelilingi banyak pegunungan bersalju.
Namun, bukan hanya itu alasan mereka memilih kota St. Moritz sebagai tempat bulan madunya. Biru memilihnya jelas hanya untuk menikmati dinginnya kota itu untuk dia gunakan bergelung di bawah selimut bersama Jingga. Dia menginginkan sensasi yang berbeda.
Lain halnya dengan Jingga, dia memilih kota tersebut karena di sana akan banyak ditemui toko dari produk mahal kelas dunia seperti Louis Vuitton, Hermes, Prada, Rolex, Valentino, dan lainnya. Lihatlah, Jingga sekarang sudah senyum-senyum sendiri sambil menyusun rencana di otaknya untuk menghabiskan uang suaminya di sana nanti.
Padahal, tadi sepanjang perjalanannya ke Bandara, wajahnya ditekuk karena sebelumnya Biru kembali menyerangnya di kamar mandi. Meski tanpa penyatuan, tapi Biru menggerayangi tubuhnya tanpa merasa puas.
Jingga kesal, karena ulah laki-laki itu, mereka nyaris saja terlambat untuk penerbangannya.
"Udah nggak ngambek?" Tanya Biru mencolek dagu Jingga begitu dia melihat istrinya itu senyum-senyum sendiri dengan mata yang berbinar.
"Siapa juga yang ngambek?" Elaknya santai. Biru mendesis, gemas sekali melihat istrinya ini.
"Padahal tadi kita bisa main lebih lama." Bisik Biru tepat di telinga Jingga sesaat setelah dia merangkul pundak dan merapatkan tubuh mereka.
"Ishh." Jingga refleks mencubit pinggang Biru hingga membuat laki-laki itu meringis kesakitan.
"Kamu tuh, ya. Kita hampir aja telat, masih aja mikirin itu." Dengus Jingga sedikit kesal.
"Kan hampir, nggak bener-bener telat. Ini juga masih banyak waktu." Sanggah Biru kemudian. Memang Jingga saja yang heboh dan tak sabaran ingin segera berangkat.
"Tahu, ahh, males aku sama kamu." Sahut Jingga kesal. Tapi Biru masih tak ingin berhenti menggodanya.
"Tadi tuh kita masih punya waktu buat . . . ."
"Kak . . . ." Jingga mendelikkan matanya tajam untuk menghentikan Biru agar tidak terus meracau.
"Becanda." Biru terkekeh kecil. "Kalau lagi ngambek gini tambah gemesin."
Jingga mendengus geli sekaligus sebal saat Biru berhasil mencuri satu kecupan di pipinya.
********
Beberapa saat kemudian, Biru dan Jingga sudah mendudukkan dirinya di kursi penumpang di dalam pesawat.
Jingga tersenyum saat melihat gumpalan awan dengan bentuk bermacam-macam dari jendela pesawat. Ini adalah bagian yang paling Jingga sukai saat bepergian dengan pesawat, karena selalu ada pemandangan menakjubkan di atas langit yang tidak bisa dia lihat setiap hari, apalagi di daratan.
"Ji. . . ."
Jingga terkejut karena begitu dia menoleh, Biru tiba-tiba memotretnya dengan kamera polaroid yang selalu dibawanya saat laki-laki itu bepergian.
"Melongo aja masih tetap cantik." Biru tersenyum puas melihat hasil jepretannya.
Dia kemudian mengambil travel jurnal yang pada sampulnya terdapat tulisan "Our Love Journey". Jurnal yang sengaja dia siapkan, yang akan dia isi dengan kisah perjalanan cintanya bersama Jingga, untuk kemudian suatu saat nanti dia bisa ceritakan kisahnya pada anak-anak mereka kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...