EP. 68. Blue Film
*******
Biru beranjak, lalu berjongkok dengan satu kaki dan menggenggam satu tangan Jingga.
"Tolong jangan melarikan diri lagi. Please, jangan pernah minta aku buat nyerah sama kamu."
Jingga bergeming. Sebenarnya dia tidak tega melihat Biru seperti ini. Tapi sekuat tenaga Jingga mencoba membuka hati, rasa takut dan kecewa itu kembali mencuat ke permukaan.
"Pelan-pelan aja, terima aku lagi di hati kamu. Hum?" Biru masih mendominasi percakapan.
"Aku nggak yakin itu membutuhkan waktu yang sedikit." Balas Jingga menatap Biru ragu.
"Nggak masalah. Aku bisa nunggu kamu selama apapun itu."
"Kamu nggak bisa nuntut aku untuk cepat kembali bersikap kayak dulu lagi." Jingga memastikan sekali lagi. Bagaimanapun, memperbaiki kepingan kaca yang retak itu tidak mudah, bahkan mungkin tidak akan kembali seperti semula. Ke depannya, mungkin akan selalu ada ragu untuk Biru di hati Jingga.
Biru menggeleng dengan seulas senyum tipis. "Aku nggak masalah. Tapi Jingga, aku mau minta satu hal sama kamu."
Satu alis Jingga terangkat mewakili pertanyaan yang ingin diajukannya.
"Aku tahu ini sedikit keterlaluan." Biru melepaskan genngamannya, kini tangan itu beralih mengelus pipi Jingga. "Tapi kalau bisa, tolong lupain semua hal yang membuat hati kamu sakit karena aku. Jingga aku janji mengganti semua itu dengan kebahagiaan."
Jingga terdiam menatap kesungguhan dari mata kelam Biru. Namun tetap saja, dia takut mencoba untuk kembali menggantungkan harapannya pada cowok itu.
"Jangan berharap banyak." Elusan lembut di pipi Jingga terhenti saat Biru mendengar ucapan itu, sorot matanya berubah sedih, tapi tak lama setelah Jingga berucap. "Tapi aku akan mencobanya. Aku akan berusaha sebisa aku."
"Kamu nggak akan melarikan diri lagi dari aku, kan?" Tanya Biru memastikan. Jingga hanya mengangguk samar sebagai jawaban.
Biru tersenyum, tapi perasaan takut terselip di dalam hatinya. Takut jika besok Jingga berubah pikiran dan kembali mengabaikannya seperti sebelumnya.
"Boleh aku peluk kamu?" Tanya Biru penuh harap. Jingga terdiam sebentar, lalu kembali mengangguk.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Biru lantas beranjak dan berhambur memeluk Jingga. Hatinya bungah karena Jingga tidak defensif lagi meski tak ada balasan untuk pelukannya tersebut. Kedua tangan Jingga menggantung di sisi tubuhnya.
"Aku sayang kamu." Bisik Biru sambil membenamkan ciuman cukup lama di ceruk leher Jingga yang tertutup rambut.
Untuk beberapa saat Jingga membiarkan Biru memeluknya. Rasanya tidak berubah, tubuh kokoh yang sedang mendekapnya itu masih terasa nyaman dan menyenangkan.
Biru menarik diri, menyisakan jarak yang begitu dekat di antara mereka hingga Biru masih bisa mencium jelas harum wangi parfum dari tubuh Jingga.
Biru menangkup kedua sisi wajah Jingga, mengusap-usap wajah halus itu menggunakan ibu jarinya. Mereka saling berpandang untuk beberapa saat.
"Boleh?" Tanya Biru hati-hati saat elusan ibu jarinya turun di bibir kemerahan Jingga.
Gadis itu terdiam bingung selama beberapa detik, tapi tanpa persetujuan kepalanya mengangguk kecil.
Biru tersenyum senang, lantas dengan bersemangat cowok itu mendekatkan wajah mereka, dan ketika jarak mereka semakin terkikis, Jingga dengan cepat menunduk hingga bibir Biru hanya menyentuh kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...