28. Give Up

4.4K 262 0
                                    

EP. 28. Give Up

********

"Bisa kita jalan-jalan sebentar?"

Jingga terperanjat kaget mendapati Biru sudah berdiri di hadapannya begitu dia keluar dari kamar mandi. Gadis itu mengelus dada.

"Tapi makan malam –"

"Udah selesai. Mereka lagi ngobrol di ruang tamu sekarang." Sambar Biru cepat.

Jingga mengerjap, lalu melihat jam tangan pintar di pergelangan tangannya. Ternyata hampir 30 menit dia berada di dalam kamar mandi.

"Maaf lama. Perut aku kurang enak." Jingga berdalih.

"So?" Tanya Biru sekali lagi.

Gadis itu hanya mengangguk, lalu berjalan di depan Biru melewati lorong dapur menuju pintu belakang dan berbelok hingga mereka sampai di taman belakang rumah yang cukup luas. Cowok itu dengan santai mengekorinya.

"Jadi, kamu kenal aku?" Tanya Biru seraya menyeimbangkan langkahnya dengan langkah kaki Jingga yang berjalan sangat lambat di depannya.

Jingga berhenti, membuat Biru yang berjalan di belakangnya nyaris saja menubruk punggung gadis itu.

Dari jarak sedekat itu Biru bisa mencium aroma parfum Jingga yang manis, strawberry. Entah memang banyak aroma seperti ini atau de ja vu, Biru benar-benar tidak asing dengan aroma ini. Rasanya menenangkan.

"Sedikit, cuma tahu." Jawab Jingga tanpa menoleh, nada suara gadis itu terdengar datar. Lalu kembali melangkah menuju jembatan kecil dengan kolam ikan hias yang asri di bawahnya.

"Sejauh mana?" Tanya Biru memancing. Dia masih curiga jika Jingga tahu lebih banyak tentang dirinya.

"Aku udah jelasin itu di ruang makan tadi." Jawab Jingga malas seraya mendudukkan dirinya di pinggir jembatan, Biru mengikutinya.

Jujur, saat ini Jingga butuh waktu sendiri untuk mencerna dan menerima semua kenyataan yang baru dia dapatkan. Ini terlalu mengejutkan untuknya.

"Bisa bantu aku buat ingat itu?" Pinta Biru mencoba bersabar akan sikap dingin Jingga.

"Itu nggak terlalu penting." Ucap Jinggga malas.

Menghembuskan napas kasar, Biru tak menyahuti ucapan Jingga hingga menimbulkan keheningan. Hanya suara gemericik air kolam yang meramaikan suasana di sana.

"Kak. . . ." Panggil Jingga lirih, nyaris seperti berbisik. "Kak Biru. . . ."

Gadis itu menatap Biru yang juga sedang menatapnya. Biru merasa tidak asing lagi dengan panggilan itu.

"Aku mau kita batalin perjodohannya dari sekarang sebelum semakin jauh." Tutur Jingga.

Biru memalingkan pandangannya tak suka, beralih menatap ikan hias yang bergerombol berenang ke sana- ke mari.

"Kenapa? Karena kamu udah punya pacar?" Tanyanya.

"Hmm." Angguk Jingga berbohong.

Mungkin keadannya akan berbeda jika itu dulu. Jingga akan senang mendapatkan Biru sebagai calon suaminya jika mereka masih bersama dan saling mencintai.

Meski Jingga masih mencintai Biru hingga saat ini. Tapi mungkin tidak dengan Biru, Jingga merasa jika saat ini dia sudah menghilang dari Biru.

Biru tidak lagi akan memberinya cinta yang besar seperti dulu.

"Kalau gitu kamu bisa putusin dia." Ucap Biru dingin.

Jingga mendelik tak suka. Ternyata kebiasaan suka memerintah cowok itu tidak hilang.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang