19. Graduation Day

4.2K 259 10
                                    

EP. 19. Graduation Day

********

Hari Minggu sore, Biru dan Jingga berpiknik di taman bermain, mereka menggelar tikar dan keranjang piknik di bawah pohon akasia. Sengaja mereka memilih waktu sore hari agar taman sepi dan mereka bisa berduaan tanpa khawatir ada orang di sekitar.

Suasana sore hari yang tenang, angin sepoi-sepoi menggerakan dedaunan menambah suasana semakin nyaman. Tidak heran banyak orang menikmati waktu sore.

Biru merebahkan dirinya dengan paha Jingga dia gunakan sebagai bantalan kepalanya. Tangan gadis itu dia genggam dan tempelkan di pipinya, sesekali dia mengecupi punggung tangan dan jemarinya hingga Jingga protes merasa kegelian.

"Aww, sakit, Kak." Pekik Jingga karena tiba-tiba Biru menggigit gemas jari tangannya. "Ish..." Lalu dengan sebal dia memukul pelan bahu Biru. Cowok itu malah cengengesan.

"Habis jari kamu gemes banget. Kan jadi pengin aku gigitin kayak gini." Biru kembali menggigit kecil jari Jingga, tapi tak menimbuklan rasa sakit. Dia hanya gemas saja. Jingga mendengus geli melihat tingkah Biru.

"Ohh, iya, Ji. Aku mau ngembaliin sesuatu sama kamu." Biru beringsut bangun saat dia teringat sesuatu.

Jingga memperbaiki posisi duduk, matanya memperhatikan Biru yang sibuk merogoh-rogoh tas untuk mengambil benda yang akan diberikan kepadanya.

"Ini." Biru mengacungkan gantungan tas karakter babi berbulu warna biru.

"Lho, kok, bisa?" Tanya Jingga heran sambil meraih gantungan tas tersebut. Dia pikir itu terjatuh dan sudah hilang entah di mana.

"Bisa, dong. Namanya juga jodoh." Sahut Biru tersenyum bangga. Jingga hanya mencebik tak membalas kata-katanya.

"Katanya kalau sesuatu itu benar-benar milik kita, maka itu akan kembali pada kita, sejauh apapun hal tersebut hilang atau pergi." Tutur Biru kemudian yang dibalas cibiran oleh Jingga karena merasa Biru sok bijak dan mendapatkan kata-katanya dari quotes yang ada di media sosial.

"Aku serius. Itu Papa aku yang bilang." Ucap Biru tak terima Jingga mencibirnya.

Gadis itu memutar bola matanya malas. "Iya, deh, iya."

"Kayak aku." Biru lantas kembali merebahkan dirinya di pangkuan Jingga, memejamkan mata, dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku akan selalu kembali sama kamu, sejauh apapun aku pergi. Kamu tahu kenapa?"

Jingga menggeleng. Kata-kata Biru juga terdengar menggelikan di telinganya.

Biru tersenyum, membuka mata, lalu meraih dagu Jingga untuk mencubitnya gemas. "Cause you're my home."

"Ya ampun, aku geli dengernya, Kak. Udah jangan ngomong kayak gini lagi." Cibir Jingga sambil membekap mulut Biru.

"Ihh, serius aku. Kok geli?" Biru terkekeh setelah Jingga melepaskan bekapan tangan dari mulutnya.

Jingga kembali mencibir. "Gombalnya lancar banget. Pengalaman, ya?"

"Yaaa semua pengalaman aku sama kamu. Kamu cewek pertama yang aku gombalin." Ujar Biru sambil meraih tangan Jingga untuk dia genggam.

"Dan akan menjadi yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Nggak akan ada cewek lain yang aku gombalin ataupun masuk ke hati aku. Hati aku udah terkunci buat kamu doang." Lanjutnya mantap. Jingga hanya tertawa antara geli dan mungkin senang bercampur jadi satu.

"Kok malah ketawa? Seriusan aku." Protes Biru merengut sebal.

"Dengerin, ya. Seandainya amit-amit, ya. Semisal otak aku menghianati aku, terus aku hilang ingatan dan kamu kamu ikut hilang dari ingatan aku. Aku janji pada tubuh aku, kamu nggak akan pernah hilang dari hati aku, kamu akan selalu ada di dalam hati aku, jantung aku hanya akan berdebar untuk kamu, dan perasaan aku nggak akan pernah berubah sama kamu seumur hidup aku." Ujar Biru mendadak serius. Tapi meski bisa dibilang manis, Jingga tidak suka mendengarnya.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang