58. My Boo

4.8K 284 1
                                    

EP. 58. My Boo

********

Langit tertegun saat matanya menangkap sebuah jurnal dengan sampul biru langit berada di antara barang-barang milik Luna. Matanya menyipit seraya mengingat-ingat di mana dia pernah melihat jurnal seperti itu?

"My Boo." Langit membaca tulisan yang tertera pada sampul jurnal tersebut. Luna yang menyadari itu seketika wajahnya menegang.

"Ada apa, Lang?" Tanya Biru yang mendengar Langit membaca dengan jelas.

"Si anjrit, lo nggak sopan banget baca buku harian orang." Tegur Bian yang ikut berjongkok untuk memunguti barang Luna.

"Ahh, harusnya ini nggak aku bawa." Luna dengan gelagapan buru-buru mengambil alih Bian dan Langit untuk segera memasukkan semua barangnya ke dalam tas.

"Sorry. Gue nggak sengaja, kebaca gitu aja tadi." Ujar Langit tak peduli setelah mereka berdiri.

"Nggak apa-apa. Kalau gitu aku pulang duluan." Ucap Luna masih dengan wajah tegangnya dan berlalu cepat meninggalkan Bian dan Langit yang memandangnya dengan heran karena tingkahnya yang sedikit aneh.

"Lang, lo malah bengong kayak orang linglung gitu. Sana pergi." Langit mendengus sebal mendengar Biru mengusirnya. Baru saja beberapa menit yang lalu cowok itu mengajaknya berteman baik. Benar-benar menyebalkan.

"Ngeselin lo, lagi sakit juga." Langit menggerutu kesal. Dia yang hendak pergi lantas mengurungkan niatnya sejenak saat masih ada perasaan yang mengganjal tentang jurnal yang baru dilihatnya.

"Ohh, iya. Gue kayak pernah lihat buku Luna, tapi gue lupa di mana." Ucap Langit kemudian masih mengingat-ingat.

"Ya elah, buku kayak gitu banyak, kali, di pasaran. Lo lihat di toko mungkin." Sahut Bian cukup masuk akal.

"Buku apaan, sih?" Tanya Biru penasaran.

"My Boo" Langit bergumam pelan, tapi masih jelas terdengar. "Ngomong-ngomong dia punya pacar, ya? Atau isinya tentang elo?" Dia menyindir di akhir kalimatnya hingga langsung mendapatkan delikan sebal dari Biru.

"Sembarangan lo." Sahut Biru tak terima.

"Si kampret malah kepo sama privasi orang." Dumel Bian sambil menoyor kepala Langit. Tapi Langit tak mengindahkannya.

"Jingga." Langit merasakan pikirannya sedikit lega saat dia berhasil mengingatnya.

Langit ingat, beberapa bulan yang lalu Jingga pernah menunjukan jurnal yang mirip dengan milik Luna padanya. Jingga mengatakan akan memberikannya pada Biru untuk membantunya mengingat. Langit memang tidak tahu apa isinya, tapi dia dengan jelas mengingat bentuk luarnya.

"Jingga?" Alis Biru bertaut bingung.

"Jurnal lo, Bi. Itu mirip banget sama jurnal punya Jingga yang pernah lo kasih ke dia." Sahut Langit seraya menunjuk Biru. Biru yang memang tidak tahu hanya bisa mengernyitkan alisnya.

"Udah gue bilang buku kayak gitu banyak. Lo ini aneh banget, Cil." Bian kembali menyahuti. Tapi Langit masih keukeuh jika jurnal itu milik Jingga.

"Emang banyak, tapi sampulnya jelas tulisan tangan." Sahut Langit, lalu pandangannya beralih pada Biru. "Kecuali lo pernah ngasih Luna jurnal yang sama dengan yang pernah lo kasih sama Jingga."

Biru mengerutkan keningnya sebelum kemudian berucap. "Gue nggak pernah ngasih buku apapun sama Luna, dan gue juga nggak inget pernah ngasih buku sama Jingga."

"Waktu itu Jingga mau ngembaliin itu sama elo. Katanya buat ngebantu lo biar cepat inget." Ujar Langit.

"Jingga nggak ada ngasih buku apa-apa sama gue." Jawab Biru yakin. Bahkan dalam kotak barang juga tidak ada buku apapun seperti yang dikatakan Langit.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang