79. Mutation

3.3K 196 6
                                    


EP. 79. Mutation

*********

Saat ini Biru sudah berdiri di atap gedung rumah sakit. Sebenarnya malas sekali menemui Luna. Namun, terpaksa dia harus menemuinya untuk memberi peringatan agar gadis itu tidak menghubungi atau mendekatinya lagi. Terlebih karena dia akan segera menikah dengan Jingga. Biru tidak ingin membuat gadis itu khawatir akan keberadaan Luna.

"Ada apa?" Tanya Biru dingin, lalu kembali memberi peringatan. "Aku udah bilang jangan pernah gangguin aku lagi, baik dalam bentuk chat, telepon, atau apapun."

"Bi, apa kamu nggak bisa ngasih aku kesempatan?" Tanya Luna memelas, tak peduli dengan peringatan yang dilontarkan Biru.

"Kalau kamu minta aku ke sini cuma buat bahas ini, aku pergi." Biru kira Luna sudah menyadari kesalahannya, namun Luna ternyata masih sangat angkuh.

"Tolong jangan ngehindarin aku lagi, Bi." Luna mengejar Biru yang mulai berjalan pergi hendak meninggalkannya, lalu dengan cepat memeluk cowok itu hingga membuatnya membelalak kaget.

"Luna, kamu apa-apaan? Lepasin aku." Biru berusaha melepaskan tangan Luna, tapi nihil karena gadis itu memeluknya terlalu erat.

"Aku udah ada di sisi kamu dari kecil. Tapi kenapa dengan mudahnya Jingga yang dapetin hati kamu, Bi?" Tanya Luna penuh emosi.

Biru mengetatkan rahangnya, berusaha menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan fisik pada Luna karena mengingat ibunya dan Jingga juga seorang perempuan. "Lepasin, atau kamu akan tahu akibatnya!"

"Ini nggak adil. Bahkan dia akan menikah sama kamu." Lanjut Luna menggebu-gebu, masih mengabaikan peringatan Biru.

Ingatan tentang semalam ibunya mengatakan bahwa Biru akan segera menikah dengan Jingga minggu depan membuatnya benar-benar tak terima. Ini tidak boleh terjadi.

"Sejak awal kamu tahu kalau kita nggak bisa lebih sekedar dari teman." Ujar Biru tegas.

Luna menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Sekarang lepasin aku!" Biru mendorong tubuh Luna kasar hingga pelukannya terlepas, tapi buru-buru gadis itu kembali memeluknya, meski sakit hati atas perlakuan Biru barusan.

"LUNA." Bentak Biru yang sudah hilang kendali diri, kembali mendorong tubuh Luna agar menjauh.

"Apa kamu nggak bisa ngasih sedikit aja cinta kamu ke aku?" Luna mulai terisak.

"Cinta? Bahkan untuk berteman sama kamu aja aku nggak mau. Kamu orang yang licik, Luna." Sahut Biru penuh penekanan.

Luna menggeleng dengan air mata berhamburan. "Enggak, Bi–"

"Dan setelah aku tahu semua kelicikan kamu, kamu bahkan sama sekali nggak sadar." Sambar Biru cepat. "Selama ini kamu udah berhasil nyiksa Jingga dengan cara manfaatin hubungan pertemanan kita."

"Jingga yang bilang gitu?" Bibir Luna terangkat membentuk seringai. Kedua tangannya lantas mengusap air matanya asal. "Tck, si pick me yang suka playing victim."

"Aku nggak nyangka ternyata kamu sesombong ini. Berhenti menyudutkan Jingga, Luna." Biru menatap tajam gadis di depannya. Terselip amarah dan kekecewaan di sana.

Seringai di wajah Luna semakin lebar. "Aku nggak tahu apa udah yang Jingga kasih sampai kamu bisa segila ini. Tubuh dia?"

"Brengsek!" Maki Biru nyaris tak membuka mulutnya, tangannya terkepal erat-erat, matanya nyalang tajam, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak memukul Luna.

"Pergi dari hadapan gue sekarang juga!" Perintah Biru dingin dan tegas. Dia benar-benar muak melihat wajah Luna. Tidak akan dia biarkan siapapun menghina gadisnya.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang