EP. 78. Emergency Call
*********
Siang hari sekitar pukul 13.00 WIB, Jingga baru menyelesaikan operasi pertamanya. Operasi penggantian katup jantung yang menghabiskan waktu selama lima jam itu membuat otot lehernya terasa kaku.
"Semangat, masih ada dua operasi lagi." Bisma yang kini berada dalam timnya sebagai ahli anestesi menepuk pundak Jingga yang terlihat lelah saat mereka berjalan menuju ruang ganti.
"Ohh, iya, aku lupa. Kayaknya aku harus cari dokter pengganti untuk operasi nanti malam." Jingga menghentikan langkah sembari melepaskan surgical cap dari kepalanya saat teringat kalau nanti malam harus pergi ke butik bersama Biru untuk mencoba kembali baju pengantin mereka.
Tante Lisa sudah mengomelinya karena dia dan Biru terus mengundur waktu untuk fitting baju pengantin karena kesibukan.
Sebenarnya Jingga berniat untuk pergi di jam makan siang, tapi jadwal operasinya hari ini tidak memungkinkan untuk itu. Setelah ini saja dia hanya memiliki waktu luang sekitar dua jam sebelum operasi selanjutnya.
"Lho, emangnya kamu mau ke mana?" Tanya Bisma penasaran.
"Aku ada urusan." Jawab Jingga tanpa berniat menjelaskan, lantas melangkah masuk ke dalam ruang ganti pakaian khusus dokter. Bisma hanya mengangguk kecil, tak ingin bertanya lebih.
Setelah mengganti baju OK dengan seragam scrub staf medisnya, Jingga keluar dari ruang ganti. Tak langsung pergi ke ruangannya, Jingga memilih pergi ke kantin untuk makan siang.
Selembar roti tawar yang dia makan di pagi hari, ditambah energinya yang memang sudah terkuras cukup banyak selama setengah hari ini membuat perutnya sudah sangat lapar. Dia merasa harus segera mengembalikan energinya yang hilang.
"Jingga. . . ." Gadis itu menghentikan langkah dan berbalik untuk melihat ke sumber suara yang memanggil namanya. Tampak Bisma tengah berjalan menghampirinya. "Kantin?"
Jingga menjawab dengan anggukkan kepalanya, diam sejenak menunggu ayah satu anak itu mensejajarkan langkah dengannya.
"Pergi bareng." Ucap Bisma lagi. Jingga kembali menganggukkan kepalanya tanda menyetujui.
Bisma dan Jingga berjalan bersisian menuju kantin dengan obrolan ringan mengiringi perjalanan mereka. Sesekali terdengar keluhan dari keduanya saat mengingat mereka harus kembali bergelut di ruang bedah setelah makan siang.
"Kira-kira, menu makan siangnya apa, ya, hari ini?" Tanya Bisma, penasaran siang ini rumah sakit menyediakan menu apa untuk tenaga medisnya.
"Aku denger salad ayam." Jawab Jingga yang memang tadi pagi bertemu dengan koki rumah sakit di lobby, dan dengan iseng dia bertanya tentang menu makan siang untuk staf medis hari ini.
Beruntunglah staf medis yang bekerja di rumah sakit ini karena mereka difasilitasi kantin yang menyediakan makan siang dan makan malam khusus untuk mereka.
"Oke bagus, itu kesukaan kamu." Ujar Bisma.
"Dihh, sok tahu." Cebik Jingga.
"Biru pernah bilang." Jingga hanya berdecak mendengarnya.
"Ngomong-ngomong, kalian beneran udah baikan?" Tanya Bisma kemudian saat teringat akan hal itu, ditambah akhir-akhir ini dia juga sering melihat Biru dan Jingga bersama.
"Ya gitu, deh." Jingga mengedik, lalu mengambil langkah besar dan berjalan mendahului Bisma.
"Gitu gimana?" Bisma yang kepo langsung saja berusaha mensejajarkan langkahnya kembali dan memberi Jingga banyak pertanyaan seputar hubungannya dengan Biru. Namun, gadis itu mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...