1. Sky In The Afternoon

32.3K 951 15
                                    

Terima kasih untuk semua pembaca yang mau baca cerita ini. Harap dibaca semua part, yes, jangan dilewat.

Aku gak apa-apa, kok, gak di vote, yang penting dibaca, itu aja. 😉

Happy reading, guys.

EP. 1. Sky In the Afternoon

********

Bandung, 2013

Bulatan matahari yang menguning telur dan semburat jingga di sore hari seperti menghipnotis siapapun yang memandangnya.

Dengan melihat proses matahari kembali ke peraduannya, bisa menciptakan rasa syukur atas ciptaan Tuhan yang maha segalanya. Bersyukur untuk masih tetap diberi kehidupan sampai sekarang.

Jingga, gadis cantik dengan gaun ulang tahun berwarna peach sebatas lututnya berdiri dengan tangan bersedekap pada beton pembatas yang berada di atap sebuah hotel sambil memperhatikan pemandangan yang ada di bawahnya, taman outdoor luas yang didesain sedemikian rupa dengan dekorasi ulang tahun yang khas.

Terkadang, matanya memicing untuk menghindari cahaya tipis matahahari sore yang tak sengaja mengenai wajah cantik bak perinya.

Jingga memejamkan matanya, meraup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-parunya yang lapang. Jingga, dia membiarkan angin sore menyapa wajah dan memainkan rambut sebahunya yang sedikit bergelombang.

Jingga lantas termenung, sorot matanya memperhatikan orang-orang yang satu per satu mulai berdatangan memenuhi taman hotel di bawah sana.

Taman hotel berkonsep outdoor yang akan menjadi tempat acara pesta ulang tahunnya itu mulai ramai dengan kegaduhan anak remaja seusianya. Mereka heboh dan sibuk berfoto ria mencari angle yang pas.

Jingga mendengus malas melihat apa yang dilakukan teman-teman sekelasnya itu. Tapi yang membuatnya lebih malas adalah acara ulang tahunnya yang harus dirayakan.

Hari ini adalah ulang tahun Jingga yang ke 16.

Karena orang tuanya, Jingga harus terjebak dalam pesta ulang tahun yang menurutnya sangat kekanak-kanakan ini. Terlebih, pesta ulang tahun ini dirayakan bersama dengan sahabat kecilnya yang kebetulan mereka lahir di tanggal dan tahun yang sama, dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun, sejak mereka masih berada di Taman Kanak-Kanak sepuluh tahun yang lalu.

Orang tuanya benar-benar kekanak-kanakkan, bukan? Mereka masih memperlakukan Jingga dan sahabat kecilnya seperti bocah kecil berumur lima tahun.

"Happy birthday, semoga panjang tangan, kepala, pundak, lutut, ka. . . ., aww." Jingga menghentikan ocehan seorang anak remaja laki-laki seusianya dengan cara menendang tulang kering anak laki-laki itu.

"Sakit, Ji." Protes anak laki-laki itu meringis sambil mengusap-usap kakinya, Langit.

Sementara Jingga hanya menatap jengkel Langit yang selalu petakilan itu. Dia lantas memperhatikan penampilan Langit dari atas sampai bawah, cowok itu cukup tampan dengan balutan tuxedo berwarna senada dengan gaun ulang tahun yang dia kenakan.

Jingga mendelik keki. Sekali lagi, bahkan orang tuanya meminta mereka untuk memakai baju yang sama setiap tahun. Semua orang akan mengira jika mereka adalah anak kembar.

"Bisa ngucapin selamat yang bener, nggak?" Seru Jingga sebal.

"Enggak." Balas Langit seraya menjulurkan lidahnya meledek, lalu membenarkan posisinya untuk berdiri tepat di samping Jingga.

Jingga mendesis sebal, lalu memukul lengan bahu Langit keras-keras hingga membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Bisa nggak, sih, jangan galak-galak?" Langit kembali protes.

STILL IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang