EP. 103. Do You Remember Me?
********
"Ahh, terserah. Pokoknya yang salah Kakak. Terus gara-gara Kakak juga, nih, medali aku jadi rusak." Gadis kecil itu lantas mengacung-acungkan sebuah medali emas dengan talinya yang sudah usang dan terlepas ke hadapan wajah Biru.
"Medali udah jelek gini masih dibawa-bawa." Cibir Biru seraya merampas medali yang digenggam gadis kecil itu, kemudian melemparnya begitu saja hingga membuat gadis kecil itu kembali berteriak kesal.
"Ihh, Kakaaaak." Biru menutup telinganya tatkala suara melengking gadis kecil itu hampir saja membuat gendang telinganya pecah.
"Usil banget, ihh." Jingga memukul pelan bahu Biru menggunakan tasnya.
"Dia ngeselin, kan?" Tanya Biru meminta persetujuan sambil beranjak untuk berdiri.
"Dia siapa?" Bisik Jingga sembari menunjuk dengan isyarat mata si gadis kecil yang kini tengah mencoba menyatukan kembali tali medalinya.
"Dia Raina, anak bungsu Om duda yang semalem aku ceritain." Jingga lantas membulatkan bibirnya membentuk tanda O, dia ingat tadi malam Biru menceritakan bahwa Om Resky memiliki dua anak yang bernama Rakana dan Raina.
"Berarti Om Resky udah datang, dong?" Tanya Jingga tersadar.
Tadi malam Papa memang mengatakan bahwa adiknya akan datang hari ini, tapi beliau tidak mengatakan waktu tepat kedatangannya.
"Kayaknya emang udah. Kalau belum, nih anak nggak mungkin ada di sini." Jawab Biru seakan tak peduli sama sekali dengan kedatangan pamannya, padahal mereka jarang sekali bertemu.
"Rai, Papa kamu di mana?" Tanya Biru, membuat Raina menoleh dengan wajah cemberut.
"Ruang tamu." Jawab Raina ketus.
"Ngomong-ngomong, Kakak cantik ini pasti Kakak iparku, kan?" Tanya Raina memastikan seraya melirik Jingga sekilas.
"Yep. Namanya Kak Jingga." Jelas Biru malas. Jingga lantas tersenyum ke arah Raina, namun tak mendapat balasan.
"Seleranya jelek." Celetuknya sambil menatap Jingga dengan tatapan kasihan. Sementara Jingga yang ditatap seperti itu hanya menautkan alisnya tak mengerti.
"What do you mean?" Tanya Biru dengan wajah tak terima.
"Soalnya kalau aku jadi Kak Jingga, aku nggak bakalan mau nikah sama Kak Biru. Euwh." Jawab Raina memasang wajah tak berdosa, kemudian kembali fokus memperbaiki medalinya.
"Hiish, bocil sia–" Dengus Biru geram, sepupunya ini benar-benar menyebalkan. Seandainya Raina bukan anak kecil dan Jingga sedang tidak hamil, dia mungkin sudah mengumpat dengan kata-kata kasar sekarang juga.
"Udah. Malu, ihh, berantem sama anak kecil." Tegur Jingga sambil menyentuh lembut lengan suaminya agar berhenti adu mulut dengan Raina. Biru hanya berdecak dan menatap Raina sebal.
"Ya udah, yuk, ke kamar aja. Males banget aku lama-lama lihat Raina, nanti anak kita mirip dia lagi." Tutur Biru bergidik ngeri. Namun, Raina yang mendengar itu terlihat tak peduli dan tak berniat membalas perkataan kakak sepupunya itu.
"Nggak nemuin Om Resky dulu?" Tanya Jingga menahan lengan Biru hingga menghentikan langkahnya yang hendak menaiki anak tangga.
"Nanti aja, lah. Nggak penting juga." Jawab Biru malas.
"Nggak sopan, ihh. Kan kita udah tahu dia datang, mending kita nyapa dulu sebentar." Tegur Jingga yang merasa tidak enak hati. Lagipula, bukankah dia juga harus memperkenalkan diri sebagai keluarga baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL IN LOVE [END]
Romance"Aku butuh bantuan kamu untuk ngembaliin ingatan aku." Ucap Biru tak berperasaan. Di usia yang hampir menginjak 25 tahun, Jingga dipaksa oleh orang tuanya bertunangan dengan seorang laki-laki tampan anak dari salah satu teman baiknya. Namun siapa sa...